Lembar Tiga : Hara

225 54 0
                                    

• • •

Kini suasana kelas sudah kembali tenang. Ketika jam mata pelajaran pertama sudah dimulai. Sedangkan Alia masih berkutat di kursinya dengan posisi duduk tegang efek samping dari sosok yang duduk di belakangnya.

"Pak, ada anak baru." ujar ketua kelas.

"Oh ya? Siapa? Coba sini maju ke depan," ujar guru seni. Jidan pun maju ke depan kelas, berbicara sedikit pada sosok guru ketiga yang ia temui hari ini.

"Oh iya, Al, gue mau ngomongin sesuatu dari tadi," ujar Sara.

Alia menoleh, "Ngomongin apaan?"

"Soal anak baru itu. Bukannya muka dia mirip sama yang lo omongin kemarin?" tanya Sara.

Alia mengangguk antusias, "Iya, kan? Sumpah, gue aja pangling sendiri,"

"Ini beneran nyata kan?" lanjut Alia.

"Sini gue cubit tangan lo," ujar Sara.

"Enak aja! Ngapain?" tanya Alia.

"Ya kan buat ngeyakinin ini nyata apa enggak?"

"Yaudah coba cubit, tapi pelan-pelan aja!" ujar Alia sembari mengulurkan lengannya. Tanpa pikir panjang, Sara dengan cepat mencubit lengan Alia cukup keras.

"Aaaaa!" Alia meringis kesakitan cukup keras lalu memukul Sara.

"Lo nyubit kagak pake mikir anjir!" celetuk Alia.

Sara menyengir, "Ya lagian mana ada nyubit pake mikir, lo kira mau ngerjain soal mtk pake mikir dulu?" Alia pun membalas dengan tatapan kesal.

"Baiklah anak-anak, pelajaran seni akan segera dimulai. Seperti yang sudah direncanakan minggu lalu, bahwa hari ini kita akan melakukan kerja kelompok membuat kerajinan seni rupa murni,"

"Yang mana kerajinan hasil kerja kelompok kalian akan dipajang ketika festival sekolah dilaksanan pada bulan depan. Jadi, bapak harap kalian membuat kerajinan dengan niat yang penuh dan serius," ujar guru seni tersebut.

"Yasudah, silahkan ke kelompoknya masing-masing,"

Anak kelas pun mulai berbondong-bondong berpindah tempat duduk dan berkumpul pada anggota kelompoknya masing-masing. Mereka pun mulai mengeluarkan alat dan bahan yang kali ini lebih terlihat niat.

Jidan yang tampak bingung pun maju ke depan dan bertanya, "Pak, saya gabung ke kelompok mana ya?" tanya Jidan.

"Oh iya, Bapak lupa. Kamu bebas milih untuk gabung ke kelompok mana aja," jawab guru seni. Jidan pun mengangguk paham dan kembali ke kursinya. Tapi masih saja ia bingung dan sedikit sungkan untuk tiba-tiba gabung tanpa diajak. Sebab ia juga belum terlalu dekat dengan salah satu anak di kelas.

"Jidan, lo belom punya kelompok kan?" tanya ketus kelas.

"Iya, belum."

"Sini aja sama kelompok gue!" ajak ketua kelas yang kebetulan tempat kumpul kelompoknya di depan meja Jidan, alias di bangku Alia dan Sara.

Jidan pun menggeser kursinya sedikit dan bergabung dengan kelompok Sara dan Alia. Tanpa mengulur waktu panjang, mereka pun mulai sibuk mengerjakan tugas masing-masing yang sudah dibagi tiap orang.

Kali ini kelompok Alia mengangkat jenis seni rupa mozaik. Dengan membentuk gambar yang sudah digambar oleh Azka, salah satu anggota kelompok.

Sibuk dengan tugasnya masing-masing, Alia memecah keheningan dengan tiba-tiba berujar, "Ntar ngerjain seni fotografinya kapan?" tanya Alia.

"Nah iya, yang punya kamera bagus juga siapa? Gue sih udah nentuin tempat," sahut Raka.

"Gue ga punya kamera," jawab ketua kelas.

ANDAI : PARK JEONGWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang