Aimee sudah menyelesaikan syutingnya di Pulau Nami. Hari ini ia sudah tiba lagi di Seoul. Sebelum kembali ke apartemen, Aimee menyempatkan dirinya bertemu dengan Minghao di asrama lelaki itu.
Sebenarnya Aimee ragu menemui Minghao di asrama, tapi sepertinya sikap manja lelaki itu sedang kambuh. Jadilah Aimee tak bisa mengabaikannya. Lagipula, ia juga sangat merindukan Minghao.
Selama beberapa menit menuju asrama Minghao, akhirnya Aimee sampai juga. Gedung yang tinggi dan besar itu sudah ada di depan matanya. Mobil yang dikendarai sopir pribadinya sudah masuk ke tempat parkir bagian dalam. Sambil membawa beberapa kantong belanja, Aimee bergegas menemui asrama kekasihnya yang ada di lantai 17.
Ini bukan kali pertama bagi Aimee menemui Minghao di asramanya. Hanya saja, dadanya tetap bergemuruh hebat. Ia tak bisa tenang, selalu saja gugup saat akan menemui sang tunangan.
Kini Aimee sudah berada di depan pintu asrama yang ditempati Minghao bersama anggota Achillez yang lain. Aimee menekan bel. Tak lama, Mingyu membuka pintu dan menyuruhnya untuk masuk.
"Di mana Minghao?"
"Ada di kamarnya. Kau langsung ke sana saja." Mingyu memakai sepatunya dan menatap Aimee. "Jangan lakukan hal aneh-aneh dengan Minghao di sini. Aku akan pergi sebentar. Anggota lain bersama manajer kami juga sedang ada urusan di luar, jadi di sini hanya ada Minghao dan Seokmin."
"Iya." Aimee merotasikan bola matanya dengan malas. "Sudah, kau pergi sana."
"Hey, Nona. Ini asramaku, kalau kau lupa. Sembarangan saja kau mengusirku."
"Iya, iya, maaf."
"Beruntung kau kekasih sahabatku. Kalau bukan, aku pasti sudah menyeretmu keluar dari sini."
"Apa katamu?!"
"Aku pergi dulu."
Aimee menggeram kesal. "Dia itu menyebalkan sekali, sih?"
"Eh, Sayang? Kau sudah datang?"
Suara Minghao mengalun. Aimee berpaling pada sang kekasih. Senyum indah lelaki itu menyambutnya. Detik berikutnya, Minghao sudah memeluk Aimee dengan erat.
"Aku merindukanmu," bisik lelaki asal Tiongkok itu.
"Aku juga merindukanmu."
Minghao mengajak Aimee duduk di sofa ruang tamu. Ia membuka oleh-oleh yang dibawa kekasihnya. Perhatian Aime mengarah ke kamar Seokmin yang tertutup rapat.
"Bagaimana pemotretan kemarin? Apakah berjalan lancar?"
"Tidak begitu lancar, sebenarnya."
"Kenapa?"
Minghao mengembuskan napas pelan. "Karena Seokmin terlihat sangat tidak fokus. Dia berkali-kali melakukan kesalahan saat pengambilan gambar. Bahkan, Manajer Park harus menenangkannya dan memberikan pengertian padanya agar tetap bersikap tenang dan mengontrol segala emosi yang ada dalam dirinya."
Aimee terdiam. Pikirannya kini berkecamuk. Haruskah ia mengatakan pada Minghao jika semalam Alexa pergi menemuinya? Apakah ia harus menceritakan pembahasannya dengan Alexa semalam?
"Bagaimana denganmu?" tanya Minghao yang membuat Aimee tersentak. "Syutingmu berjalan lancar?"
"Ya." Aimee mengangguk singkat. "Semuanya berjalan lancar dan baik."
"Kau sudah makan siang?" Pertanyaan Minghao dijawab gelengan kepala dari Aimee. "Makan siang di sini saja. Kebetulan tadi istri Manajer Park datang dan membawa banyak makanan."
Seokmin keluar kamar dengan keadaan yang tak begitu rapi. Melihat Aimee yang berjalan bersama Minghao menuju dapur, ia hanya tersenyum singkat dan berlalu ke kamar mandi. Tak seperti biasanya yang akan selalu menanyakan tentang Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Love
FanfictionSpecial fanfiction for Birthday Gift 🎂🎁 Disclainer: Member Seventeen yang Rav sertakan di cerita ini semuanya milik Tuhan mereka. Rav hanya pinjam nama doang. Untuk y/n atau oc, dan cerita ini punya Rav. Mohon maaf kalau ada kesamaan judul, alur...