"Hey, Lee Seokmin!" panggil Minghao seraya menepuk keras punggung Seokmin. "Bangun, bodoh!"
"Apa?" Seokmin berujar malas. "Aku lelah dan mengantuk, Xu. Biarkan aku istirahat sebentar. Oke?"
Minghao berdecak kesal. "Bocah ini benar-benar, ya?!" Ia menendang bokong Seokmin hingga membuat lelaki itu terjatuh. "Hey, bangun! Temani aku makan siang di luar!"
Mendengus pelan, Seokmin menatap malas Minghao setelah mengambil bantal dan menyamankan posisi berbaringnya di lantai. "Sudah kukatakan padamu, aku sedang lelah dan mengantuk. Besok saja aku temani kau makan di luar."
"Aku ingin pergi sekarang, hari ini. Bukan besok atau lusa atau minggu depan. Kau mengerti bahasaku atau tidak, sih?"
"Aku tak peduli," ujar Seokmin sambil menutup telinganya dengan bantal.
"Ayolah, Lee Seokmin! Aku sudah sangat kelaparan!"
"Kalau kau ingin makan di luar sekarang juga, ajak saja Jeonghan. Lumayan, kau bisa sekalian minta traktir padanya."
"Aku ingin pergi bersamamu, bukan bersama yang lain. Lagipula, aku mau kau yang menyetir mobil sekalian."
"Pesan kendaraan online saja kalau begitu. Kau ini suka sekali mempersulit diri. Sudah, sana keluar. Jangan menggangguku!"
"Astaga, Tuhan!" Minghao menghela napasnya. "Tolong, ampuni makhluk-Mu yang satu ini."
Seokmin masih mengabaikan Minghao. Lelaki itu tetap berada di posisinya. Berbaring tengkurap dengan bantal yang menutupi kepalanya.
"Dasar pemalas," gerutu Minghao. "Seharusnya Alexa merasa rugi karena menerimamu menjadi kekasihnya."
"Yak!" seru Seokmin tak terima. "Sembarangan saja kau bicara!" Ia melempar bantal ke arah Minghao yang dengan sigap langsung dirangkap. "Alexa tidak akan pernah rugi menerimaku menjadi kekasihnya."
"Percaya diri sekali kau."
"Hey, itu fakta. Aku tampan dan suaraku bagus. Lalu sikap, sifat, dan perangaiku baik, tak pernah terlibat skandal berat yang melanggar norma hukum dan agama. Lalu satu lagi yang terpenting adalah aku memiliki kekayaan yang cukup untuk tujuh turunan."
Minghao memutar bola matanya malas. "Sudahlah, hentikan omonganmu itu." Ia menendang bokong Seokmin agar segera bangun. "Cepat rapikan dirimu dan segera ikut aku makan siang."
"Kau ini benar-benar tidak mengerti situasi dan kondisiku sekarang, ya?"
"Justru aku sangat mengerti situasi dan kondisimu sekarang, maka dari itu aku mengajakmu makan siang bersamaku."
•••
Seokmin yang sedang menyetir mobil mewah milik Minghao itu menggerutu kesal. Sekarang ini Minghao sedang melakukan panggilan video dengan Aimee. Melirik tingkah Minghao, Seokmin mendecih pelan.
Usai melakukan panggilan video tersebut, Minghao tersenyum lebar ke arah Seokmin. Merasa sebal dengan sikap Minghao, Seokmin mengusap wajah lelaki itu. Minghao hanya tertawa pelan dan menyuruh Seokmin fokus menyetir.
"Makan di tempat biasa, kan?"
"Kita ke Restoran Rosella."
"Kau tidak salah?"
"Tidak," jawab Minghao tak acuh. "Sudah, langsung ke sana saja. Kau ini sopir, ikutilah apa yang kukatakan dan jangan banyak protes."
"Hah~ sialan." Seokmin mendengus pelan. "Seharusnya aku istirahat saja di asrama."
"Berhentilah menggerutu seperti itu, Tuan Lee." Minghao memukul pelan kepala Seokmin. "Dasar kau ini."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Love
FanfictionSpecial fanfiction for Birthday Gift 🎂🎁 Disclainer: Member Seventeen yang Rav sertakan di cerita ini semuanya milik Tuhan mereka. Rav hanya pinjam nama doang. Untuk y/n atau oc, dan cerita ini punya Rav. Mohon maaf kalau ada kesamaan judul, alur...