"Buat sekarang, Icung kecil udah lucu di mata Mama. Jangan cepet-cepet besar ya, sayang."
"Kenapa, Ma?"
"Soalnya kalau Icung udah besar, Mama gak kuat gendongnya."
Jisung tersenyum lebar, hingga barisan gigi susu dan gusinya tampak. Kedua matanya pun menyipit imut.
"Ya udah, Mama gendong Icung lagi! Kan Icung masih kecil."
"Ada aja alasannya," gerutu Lisa tetapi tetap menuruti permintaan Jisung dengan senang hati.
"Hati-hati sama anaknya, Bu. Udah malem, rame banget di sini." Ucap si penjaga permainan.
"Makasih banyak, Pak. Saya permisi dulu."
Sambil menggendong Jisung, Lisa melangkahkan kaki ke tempat pembelian karcis agar bisa naik bianglala.
"Icung naik sama Mama kan?"
"Loh, katanya Icung naik sendiri." Goda Lisa.
Mulut Jisung langsung melengkung ke bawah dengan sempurna, dengan kening tertekuk tajam. Tatapannya berubah melas, lebih melas dari yang pernah ia lakukan.
"Mau sama Mama!"
"Tadi bilang udah besar,"
"Nggak, Icung masih kecil jadi naik sama Mama!"
Tak ingin mendengar Jisung terus merengek hingga berakhir tangis, Lisa mengangguk dengan tawa pelan.
Kadang kala menggoda Jisung memang seseru itu.
Namun wajah Lisa berubah saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya. Bibirnya ia gigit pelan, agak takut dengan kemungkinan yang akan terjadi.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya pelan.
"Lisa, dicariin dari tadi."
Pria itu menghela napas lega, seolah ia benar-benar mencari Lisa. Akting yang begitu baik di tengah keramaian.
Matanya terus melirik ke arah lain kemudian mengulas senyum tidak enak. "Maaf, tadi ada cowo aneh di belakangmu."
Lisa yang sedari tadi diam mulai memahami keadaan.
"Terima kasih," ucapnya tulus.
Jisung menatap pria tersebut dengan penuh selidik. Tak lama kemudian langsung berseru riang.
"Paman Yong!"
Taeyong tersenyum lebar, membalas tos tangan Jisung dengan pelan. Cahaya yang remang-remang tidak mengurangi kadar ketampanannya sedikit pun.
"Hai, Icung. Mau naik bianglala?"
"Iyaa! Icung mau naik sama Mama!" jawab Jisung dengan anggukan heboh.
"Paman Yong ikut, yuk!"
Ajakan Jisung tersebut mendapat reaksi yang berbeda dari kedua orang dewasa di dekatnya.
Lisa melongo tapi tak mampu mengatakan apa pun. Jantungnya berdetak kencang karena teringat perkataan Taeyong siang tadi. Posisi keduanya juga terlalu dekat, efek dari kerumunan orang-orang di sekitar.
Sementara Taeyong tertawa sambil mengusap kepala Jisung.
"Cepet besar, ya. Biar bisa jagain Mamamu."
Jisung merengut. "Kata Mama enak kecil, kalau Icung besar Mama gak kuat gendong."
Tawa Taeyong semakin nyaring, menimbulkan seulas senyuman tipis di bibir Lisa. Jisung tampak sangat nyaman bersama Taeyong dan hal tersebut membuat Lisa tenang.
Hingga tiba-tiba Taeyong mengambil alih Jisung dari gendongan Lisa.
"Eh, Icung- maksudku Jisung masih kuat aku gendong kok." Ucap Lisa cepat.
"Gak apa-apa," Taeyong meletakkan Jisung di pundaknya.
Wajah Jisung berbinar, menatap sekeliling dari tempat yang lebih tinggi. Kedua tangan mungilnya digenggam erat oleh Taeyong.
"Woaahhh!" seru Jisung kagum.
Taeyong tertawa pelan, puas melihat reaksi Jisung yang menggemaskan.
"Kan tadi Jisung ajak aku naik, jadi biar aku aja yang gendong." Ujarnya pada Lisa.
Lisa tak mampu menyanggah, sehingga dirinya terdiam kaku di samping Taeyong.
Di saat Lisa gugup karena dekat dengan Taeyong, pria tersebut malah bersikap seolah tidak ada masalah.
"Ayo,"
Manik Lisa menatap Taeyong dengan pandangan bingung. Dibalas gerakan dagu menunjuk ke arah bianglala.