NETRA Jisung menatap bingung melihat dua pasang makam yang saling berdampingan.
Sedangkan Lisa merasakan kedua matanya mulai memanas, tapi ia tahan sekuat mungkin. Lisa sudah berjanji tak akan menangis lagi ketika mengunjungi makam.
"Ini Ayah," Lisa memegang lembut makam yang berada di samping kirinya.
"Ayah? Yang ada di poto sama Mama?"
Lisa mengangguk.
Ia sudah menunjukkan banyak foto Chanyeol pada Jisung, di antaranya ada sebuah foto ketika Chanyeol menggendong Jisung untuk pertama kalinya.
Raut tegang dan takut tampak jelas di wajah Chanyeol.
Lisa masih ingat ketika ia mengambil foto tersebut, tangan Chanyeol bergetar kencang ketika Jisung menggeliat kecil. Bahkan tubuh kakaknya kaku dan hampir tak mau bergerak.
Ketika melihatnya, Jisung tertawa lalu berkata dengan polos.
"Ayah kayak kebelet ke kamar mandi,"
Kala itu Lisa terbahak keras mendengar ucapan Jisung. Menggelengkan kepala heran atas perumpamaan Jisung yang agak aneh pada ayahnya sendiri.
Pada akhirnya Jisung memanggil Chanyeol sebagai Ayah, karena posisi Papa sudah ada yang mengisi. Lisa juga tak keberatan, seharusnya memang seperti itu karena Rose sendiri dipanggil Ibu.
"Yang ini Ibu."
"Ibu yang ngasih mobil?"
Lagi-lagi Lisa mengangguk.
Entah karena alasan apa, Jisung tak mengingat banyak kenangannya bersama Rose. Yang Jisung tahu, Rose sempat memberinya dua mainan mobil. Namun kini hanya ada satu di rumah, mobil warna merah.
Setelah itu tak ada lagi percakapan yang terdengar.
Tatapan Lisa semakin lama semakin sendu. Terlalu banyak penyesalan yang ia pendam, tetapi beruntung masih ada orang menyadarkan Lisa dan mendukungnya bangkit.
Beberapa menit kemudian Lisa dapat merasakan salah satu pundaknya memberat. Ketika ia melirik, Jisung sudah jatuh tertidur.
Karena cahaya matahari semakin terik, Lisa menyudahi kunjungannya dan berbalik pergi setelah mengelus nisan Chanyeol dan Rose bergantian.
Taeyong yang bersandar pada mobil langsung berdiri tegak ketika melihat Lisa. Tanpa berbicara pria itu membukakan pintu belakang dan membiarkan Lisa menidurkan Jisung di sana.
"Ayo pulang, Kak."
Dia hanya mengangguk. Perjalanan kembali pun terasa sangat hening, masing-masing tak berniat memecah sunyi dan sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
Ketika sampai di depan rumah Lisa, keduanya pun tidak langsung keluar.
Taeyong menatap ke depan dengan tangan yang masih berada di setir. Sementara Lisa memandang wajah tenang Jisung saat tertidur.
"Soal ucapan Kakak tadi, aku tau kok."
Lisa bersuara pertama, mengawali percakapan.
"Aku gak pernah ngerasa sendirian. Ada Kakak, Mbak Irene," Lisa menatap Jisung penuh kasih sayang. "Aku juga masih punya Jisung."
Taeyong menolehkan kepala perlahan, menemukan wajah Lisa yang tampak keibuan.
"Jangan khawatir, Jisung juga sayang kamu sama besarnya. Kalian berdua sosok paling tegar yang pernah aku liat."
Lisa tertawa kecil mendengarnya.
Taeyong sosok yang cukup unik. Pria itu selalu menyempatkan diri untuk mengapresiasi hal kecil, membuat orang yang berada di dekatnya merasa dihargai.
"Makasih udah bertahan sejauh ini, Lisa. Dari mengandung Jisung, melahirkannya, sampai saat ini ngebesarin sendirian. Kamu perempuan yang tangguh."
Sontak Lisa memandang Taeyong kebingungan. Ia ingin bertanya, tapi suasana terasa tidak sesuai karena Taeyong tampak serius ketika mengucapkan hal tadi.
***
|Loh? Aku gk pernah crita full ke adik aku kok
Maksud mbak gimana?|
|Aku ngira km udah ngasih tau taeyong, jd dia tau kalo jisung cm ponakanmu
Lisa melongo membaca pesan dari Irene. Tak lama kemudian ia terkekeh pelan.
Ternyata selama ini Taeyong mengira Lisa adalah ibu kandung Jisung.
Namun Lisa tidak berniat memberitahu sekarang, biarkan saja sebagai kejutan suatu saat nanti. Lagi pula itu bukan hal besar baginya.
"Mama..."
Ia mengalihkan pandangan dari layar ponsel, lalu meletakkan benda pipih tersebut. Sementara Jisung berjalan perlahan dengan mata setengah terbuka.
"Kenapa, sayang? Kalau masih ngantuk tidur aja." Lisa mengusap kepala Jisung yang memeluknya.
Jisung berdengung tak jelas, "Icung mau tidur sama Mama."
Dengan sigap Lisa mengangkat Jisung ke kasur dan membaringkan tubuh mereka. Jisung tampak bergerak beberapa kali untuk mencari posisi yang nyaman di pelukan Lisa.
"Icung sayang Mama,"
Gumaman itu terdengar kurang jelas karena Jisung sudah di ambang batas kesadaran. Namun Lisa masih dapat memahami maksudnya.
Benaknya terasa seakan meledak karena bahagia.
Lisa berjanji pada Chanyeol dan Rose, bahwa dirinya akan menjaga Jisung sebaik mungkin.
Ia sudah dititipi seorang malaikat kecil yang sangat berharga di hidupnya. Kenangan terakhir dari Chanyeol dan Rose, juga seorang anak yang sangat Lisa kasihi.
"Mama juga sayang Icung,"
Lisa menjawab lirih lalu mengecup kening Jisung perlahan.
[end.]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.