[5] Kebenarannya

322 54 15
                                    

Note : Harry Potter itu milik JK Rowling seorang. Ini cuma fanfiction, jadi jgn dibawa serius oke? Semua yang ada di sini terinspirasi dari karya JK Rowling dan drama korea The King Eternal Monarch. 100% cuma hasil dari kegabutanku yang tidak jelas. Sekali lagi aku gk berniat mengubah apapun, ini cuma fanfiction! Oke okeee? 

Happy Reading! 

...

"Kau.. Baik-baik saja?"

Seorang laki-laki jangkung bersurai coklat itu tersenyum seraya menatap aneh seseorang di depannya. Ia menepuk pundak seseorang di depannya itu dengan akrab, "Tentu. Aku baik-baik saja. Kau ini seperti kita sudah lama tidak bertemu. Kita kan baru bertemu beberapa minggu yang lalu. Kau lupa?"

Orang dengan surai merah itu tersenyum haru seraya menunduk. Linangan air mata susah sekali Ia bendung. Tangannya terkepal di masing-masing sisi tubuhnya.

Daniel yang melihat itu hanya diam dan menatap mereka dengan lirih.

"Ru, kau ini kenapa? Tidak biasanya kau seperti ini." ujar James seraya melihat wajah seseorang di depannya dengan seksama.

Ron kini mengangkat kepalanya. Ia langsung memeluk James dengan erat, "Syukurlah kau baik-baik saja." Ron menangis.

James terkejut mendengar suara orang yang dia kira Rupert itu seperti sedang menangis, "Hey, Ru. Kau menangis? Kau sedang ada masalah, ya?" tanyanya cemas.

Ron menggeleng. "Aku senang.." katanya terbata, "Aku senang kau baik-baik saja." Dia mengeratkan pelukannya, "Setidaknya kau baik-baik saja disini. Terimakasih karena kau ada di sini. Terimakasih banyak."

James melepaskan pelukannya. Ia meraih pundak Ron dan mengguncangnya pelan, "Hey, kau kenapa? Ada yang mengganggumu? Bilang padaku siapa? Bilang, Ru!"

Ron tersenyum seraya menghapus air matanya.

Bahkan di dunia ini pun kau sangat peduli padaku. 

"Tidak apa-apa. Aku hanya melatih aktingku saja, haha."

James mengerutkan dahinya lalu memukul bahu Ron, "Sial. Ku kira ada apa. Kau membuatku panik, sial."

Ron tertawa.

"Jadi kalian berdua kemari hanya untuk melatih akting saja? Yang benar saja!" protes James.

Daniel berusaha tersenyum, "Selain itu, karena kami sedang lewat sini. Jadi sekalian saja mampir."

James hanya memanggut-manggutkan kepalanya, "Oh, begitu. Tapi saat ini aku harus pergi." katanya menyesal, "Aku sudah ada janji dengan sutradara."

"Tidak apa-apa, kau pergi saja. Kita juga tidak akan lama."

James tersenyum, "Oke. Lain kali telfon dulu kalau mau datang."

Ron dan Daniel mengangguk serempak.

James mendekat dan menepuk kepala Ron dan Daniel bersamaan, "Aku pergi dulu, ya." katanya seperti kepada adik sendiri. Ya, James memang sudah seperti kakak bagi Daniel.

"Ya, selamat tinggal." ucap Ron.

Ron dan Daniel melambaikan tangan ke arah kepergian James. Ron kini tersenyum lega.

Setidaknya kau hidup di dunia ini. Setidaknya aku bisa mengucapkan selamat tinggal padamu.

Aku.. Merindukanmu.
...

"Kau mengenalku, kan?"

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya itu sekarang terkejut ketika melihat Harry yang duduk dihadapannya. Ia menelan salivanya susah payah dan duduk dengan gelisah.

PARALLELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang