[6] Perjalanan Pertama

261 47 3
                                    

Dunia ini tampak asing. Mungkin sama dengan dunia 'tanpa sihir'nya. Namun, dunia ini benar-benar berbeda dari dunia dimana dia tinggal. Dunia sihir.

Tapi, kenapa Ia merasa nyaman? Ia berjalan ditengah kota. Melihat gedung- gedung tinggi menjulang. Berjalan melawan arus manusia. Sendirian. Tanpa ada yang mengenalnya dan Ia kenal. Namun kesendirian itu entah kenapa membuatnya sedikit bisa bernapas lega.

Ternyata benar, impian terdalamnya selama ini bukanlah mati. Tapi hanya pergi sejauh mungkin menuju tempat di mana tidak ada orang yang mengenalnya. Tempat dimana dia bisa hidup menjadi orang yang berbeda. 

Tempat dimana dia bisa benar-benar merasa 'pulang'.

Pria bersurai platina itu memasukkan kedua tangannya dalam saku celana. Berhenti lalu menatap dunia di depannya yang tetap berjalan meski dia berhenti berjalan. Kini dia mengerti, walaupun dia berhenti, dunia akan tetap berjalan seperti biasa. Maka dari itu dia memutuskan untuk terus berjalan. Sampai dia bisa menemukan 'rumahnya' yang tepat. 

Draco Malfoy kembali melanjutkan jalannya ketika lampu untuk pejalan kaki sudah berubah berwarna hijau. Ia lihat orang-orang mulai menyebrangi jalan, maka dia mengikutinya. Namun baru beberapa langkah menuju tengah jalan, dirinya harus terpelanting jauh akibat mobil yang menghantam tubuhnya.

Hening. Suara bising yang terdengar sempat menghilang sekejab ketika tubuhnya sudah bertemu dengan tanah. Samar-samar Ia melihat mobil merah itu. Dia mencoba membaca plat nomernya, sebelum mobil itu pergi tancap gas. Tidak mempedulikan orang-orang yang berusaha menghentikannya.

Pandangan Draco mengabur. Ia melihat banyak orang mengerubunginya. Tubuhnya terasa amat ringan. Dan dia pun tidak merasakan sakit apapun. Namun, bukankah itu yang fatal? Dia melihat genangan darah mengalir melewati wajahnya.

Ia merasa sedang sekarat sekarang. Namun dia tidak bisa berpikir apapun, selain janjinya untuk kembali pada seseorang. Ia terus mengingat itu sampai dirinya tak mampu lagi untuk terjaga.

Maafkan aku,

...Hermione.

...

Dua minggu kemudian..

Berulang kali tanpa sadar Ia berjalan menuju pintu. Mengecek siapa tahu ada yang datang ke apartemennya melalui layar monitor. Dan berulang kali dia kecewa karena tidak pernah ada yang datang. Kalaupun ada hanyalah pengantar paket atau makanan.

Hermione melihat lagi layar monitornya yang menampilkan warna hitam. Berharap layar itu menyala dan menampilkan wajah seseorang yang sangat ingin Ia lihat.

"Ini sudah hari keempat belas." katanya sendu. "Kenapa tidak juga datang?" ia menunduk dalam, "Kau.. Baik-baik saja kan?"

...

Laki-laki itu terbangun dari tidur panjangnya. Matanya terbuka perlahan. Ia menyipit karna cahaya lampu yang seakan menusuk matanya. Samar-samar Ia mendengar suara orang-orang yang heboh karena dirinya yang sudah sadar.

Tak lama datang seseorang dengan jas putihnya lalu mengecek keadaannya. Setelah melakukan beberapa tes, orang itu tersenyum hangat. "Akhirnya kau sadar. Mungkin kau akan kesulitan bergerak untuk beberapa waktu, tapi itu tidak berlangsung lama kalau kau melakukan terapi."

Draco mengangguk kecil, "Tanggal berapa sekarang?" tanyanya dengan suara serak.

"16 Agustus."

Laki-laki itu menghela napasnya.

Berarti sudah dua minggu Ia tidak sadarkan diri. Sudah banyak waktu yang terbuang percuma ketika dia tidak sadar.

"Kau istirahat dulu. Nanti perawat akan membantumu melakukan terapi untuk membantu memulihkan saraf-sarafmu."

PARALLELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang