Daniel terus saja tersenyum bahagia menatap layar ponselnya. Kekasihnya yang sekarang berada di new zealand tidak ada hentinya mengirim gambar kesehariannya. Ya, tipikal orang kasmaran. Daniel senang-senang saja menerimanya.
"Hey, kita reunian untuk berkumpul bersama. Bukannya untuk melihatmu asik dengan ponsel." gerutu Emma sehabis mencubit pelan lengan Daniel. Rupert dan yang lainnya tertawa saja.
Reuni kali ini hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. Memang ini bukanlah acara resmi. Hanya sekedar berkumpul biasa. Tidak ada kamera atau apapun itu. Yang datang hanya Tom Felton selaku pemilik rumah, Emma Watson, Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Evanna, Bonnie, dan James Phelps. Sedangkan yang lainnya tidak bisa hadir karena beberapa hal.
James yang tadi hanya diam, kini berdiri dan meminta Daniel untuk bicara berdua saja. Semuanya merasa bingung dengan sikap James. Namun tidak ada yang bertanya karena mereka berpikir mungkin James membutuhkan Daniel secara personal. Dan itu privasinya.
"Ada apa? Apa ada masalah?" tanya Daniel ketika mereka sudah berada cukup jauh dari teman-temannya.
James tampak gelisah, "Bisa kau simpan rahasia?"
Daniel diam saja menatap James yang gugup. Jujur, ditanya begitu membuat jantung Daniel berdegup tak biasa. Seakan dia baru saja menerima kode rahasia negara yang harus dia jaga dengan nyawanya.
"Santai, bro. Ada apa sebenarnya?" kekeh Daniel mencoba tenang.
James menghela napas berat, "Kau percaya doppleganger?"
Kerutan pada dahi Daniel bermunculan, "Orang yang mirip dengan kita maksudnya?"
"Iya."
"Hmm, percaya tidak percaya, sih."
"Begini, kemarin malam saat aku sedang berjalan di area taman dekat rumahku tiba-tiba aku melihat orang dengan jubah panjang."
Daniel menyimak mencoba serius. Meneliti gurat wajah James takut-takut dia ternyata mabuk dan bicara melantur.
"Dia menghampiriku, dan kau tau dia siapa?"
"Siapa?"
"Tommy."
"Tommy?"
"Si Felton, mate."
"Oh.." Daniel membulatkan mulutnya, "Sedang apa dia di sana malam-malam? Pakai jubah panjang segala lagi."
James dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Bukan, bukan. Dia ternyata bukan Tom."
"Ha?"
"Dia orang lain."
"Maksudnya?"
"Dia Draco Malfoy!!"
Hening sejenak. Sampai Daniel tartawa kencang seraya menitikkan air mata, "Ya memang dia itu Draco Malfoy, kau ini bagaimana sih?"
"Huh, bukan itu. Dengarkan dulu!!"
Daniel mencoba menghentikan tawanya dan mendengarkan James lagi. Orang ini pasti benar-benar mabuk, pikirnya.
"Dia Draco Malfoy sungguhan. Bukan Tom yang menjadi tokoh Draco Malfoy! Kau paham tidak, sih?! Duh, aku bingung bagaimana menjelaskannya." James bergerak-gerak gelisah.
"Okay, jadi dia bukan Tom. Bukan juga Tom yang berperan sebagai Draco Malfoy. Tapi dia Draco Malfoy sungguhan yang berwajah mirip Tom." Daniel mencoba mengikuti alur cerita James.
"Ya! Kau benar!"
Daniel mengangguk-anggukan kepalanya, "Lalu?"
"Dia memberikanku ini." James mengeluarkan secarik kertas lalu memberikannya pada Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARALLEL
FantasyBagaimana kalau ternyata kita tidak sendirian di alam semesta ini? Bagaimana jika dunia yang kita tempati bukanlah satu-satunya?