Hermione menekan beberapa angka sandi untuk membuka pintu apartemennya. Dibelakangnya, berdirilah seorang pria jangkung kuyu dengan kantung mata yang makin menghitam.
Setelah membuka pintu, Hermione langsung menggerakan kepalanya untuk menyuruh Draco masuk.
Laki-laki itu menggenggam tali ranselnya dengan gugup. Ia melihat kesekeliling. Merasa aneh karena ini pertama kalinya Ia berada di sebuah tempat seperti ini.
"Tak apakan kalau kau kutempatkan di sini? Di dunia muggle?"
Ya, Hermione membawa Draco ke apartemennya yang berada di dunia muggle. Ia juga tidak bodoh dengan membiarkan Draco tinggal ditempatnya di dunia sihir. Itu akan sangat beresiko.
Draco hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Hermione terdiam seraya melihat Draco dari atas sampai bawah. Merasa diperhatikan, Draco pun menatap Hermione balik dengan tatapan 'kenapa?'.
Hermione menghela napas seraya menggeleng, "Tidak apa-apa. Kau hanya... sudah banyak berubah." katanya. Ya, Draco sekarang terlihat sangat pendiam dan seperti orang yang selalu kebingungan. Entah apa yang terjadi pada dirinya selama ini, yang pasti itu bukan suatu hal yang baik sehingga sangat merubah kepribadiannya.
Mendengar ucapan Hermione, Draco hanya bisa menunduk lesu.
"Ah, iya. Kau jangan salah paham ya,"
Draco mengangkat kepalanya untuk melihat Hermione.
"Aku membiarkanmu tinggal disini hanya karena untuk mempermudah penyelidikan. Bukan karena aku peduli padamu atau apa. Aku dan kau sudah tidak ada hubungan-"
"Aku tahu." potong Draco. Ia tersenyum tipis seraya menurunkan ranselnya dan membukanya untuk mengambil beberapa helai pakaian, "Apa aku boleh meminjam kamar mandimu?"
Hermione menutup mulutnya yang tadi belum sempat selesai bicara, lalu mengangguk. Tangannya menunjuk kearah sudut ruangan dimana kamar mandi itu berada. Draco pun berjalan ke arah sana. Namun sebelum Ia masuk ke dalam kamar mandi itu, Draco membalikan badannya dan berkata, "Jangan pernah peduli padaku lagi, Granger. Apapun yang terjadi, jangan pedulikan aku. Pedulikanlah dirimu sendiri."
...
Harry, Hermione, Ron, dan Draco kini berada di tengah-tengah hutan bambu. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Angin berhembus kuat membuat jubah mereka seakan berterbangan. Kicauan burung hantu dan suara gesekan daun dengan angin membuat malam ini terasa begitu menegangkan.
Lima jam yang lalu..
"Saat aku pergi ke dimensi itu, aku menemukan fakta bahwa diri kita dijadikan sebagai tokoh dalam film yang berjudul Harry Potter."
Harry dan yang lainnya mengerutkan dahi mendengar penuturan Draco. "Maksudmu bagaimana? Aku masih belum paham." kata Harry.
"Aku sudah pernah bilang kan, di dimensi yang lain itu ada orang-orang yang berwajah sama dengan kita namun berbeda nasib?"
Mereka bertiga mengangguk.
"Orang-orang itu berprofesi sebagai aktor dan aktris yang memerankan tokoh-tokoh di film 'Harry Potter' itu."
Hermione memelototkan matanya, "Jika mereka mengadaptasi kisah kita semua, berarti mereka tahu kalau kita nyata? Mereka mengetahui keberadaan kita?"
Draco menggeleng, "Tidak. Orang-orang itu hanya menganggap cerita Harry Potter hanyalah fiksi belaka. Hanya kisah fantasi yang tak nyata."
"Siapa yang mengarang cerita itu? Bagaimana dia bisa membuat cerita dengan Harry sebagai tokoh utama? Dia pasti mengetahui banyak hal tentang dunia yang kita tempati sekarang." seru Ron.

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALLEL
FantasíaBagaimana kalau ternyata kita tidak sendirian di alam semesta ini? Bagaimana jika dunia yang kita tempati bukanlah satu-satunya?