malam hari.
Haechan pov.
Aku memosisikan kursi roda ini tepat di depan jendela. Jemariku bergerak perlahan, menyentuh bingkainya yang dingin, sedingin ubin rumah sakit yang masih menjadi tempat kakiku berpijak.
Besok, waktu untuk pulang ke rumah.
Bibir ranumku menyunggingkan senyum senang saat dinginnya angin malam menyapu lembut permukaan paras yang selama belasan tahun hidup dengan menyimpan goresan-goresan lara. Lagi, aku juga menghirup bau khas sisa-sisa hujan beberapa jam lalu dengan rakus.
Kelam semakin meninggi, namun tampaknya rembulan masih enggan untuk keluar menampakkan diri.
Usai menatap lekat awang-awang semesta. Sepasang kelopak mata ini turun terpejam, dan setelah sekian lama, mulutku kembali berucap, "terimakasih tuhan, aku bersyukur masih diberi kehidupan yang lebih baik sekarang."
Aku kini berterimakasih, bukan lagi memohon untuk berpulang seperti yang dahulu biasa kulakukan.
Aku sekarang sudah punya rumah untuk berkeluh kesah, tak lagi hidup dalam bilik-bilik kesepian atau bercerita lewat genangan air mata untuk mengungkapkan semua sesak di dada.
"Chan? tok tok. Aku masuk ya?"
"Renjun? selarut ini?" aku memperhatikan jam yang terpatri di pojok ruangan.
"Ini."
Aku sedikit terkejut saat melihat Renjun tiba-tiba sudah berdiri di depanku, mengulurkan sebuah buku tulis.
"Catatan sekolah."
"Ohh, terimakasih."
"Hm, aku langsung pulang kalau begitu. Sudah malam. Kau juga, istirahatlah sebelum kembali ke rumah."
"Hati-hati di jalan."
Renjun mengangguk, tetapi sebelum ia meraih kenop pintu, tiba-tiba saja aku berceletuk ngawur.
"Ren."
"Ada apa?"
"Kau tau? aku beruntung dan sangat bahagia memiliki sahabat sepertimu."
Renjun melongo, remaja didepanku menatap dengan pandangan tidak percaya. "Kau sangat sangat sangat aneh. Kenapa?"
"Aku hanya habis bersyukur, sampaikan juga pada Jeno dan Jaemin oke? Yasudah, cepat pergilah!"
"Kau tidak seperti biasanya, ngomong-ngomong, aku juga senang memiliki sahabat sepertimu, Lee Haechan! Dadah!" Renjun langsung menutup pintu setelah mengatakan hal tersebut dengan wajah semerah tomat.
Dan kalimat itu, menjadi akhir dialogku dengannya malam ini, dan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
wound ; lee haechan [ ✓ ]
Fanfictionlelah. tentang haechan, yang melekat bersama luka atas rasa sakitnya. - ⚠️ TW // self-harm ⚠️ - © flochnlils