Dahulu, aku pernah punya mimpi bisa berpegangan tangan denganmu di tepi kanal Khour Mukalla. Tapi, mimpi tetaplah mimpi.
Akhirnya, kita sama-sama menjalani skenario yang sudah dituliskan oleh takdir, tanpa harus bersama.
Yah, begitulah pola takdir bekerja. Meski pernah saling cinta "dalam diam", pernah menelan pahitnya kecewa, lantaran rindu yang tidak hanya sekedar tertunda, namum terlarang untuk selamanya.
Kini, namamu adalah asa yang terlupa. Sedangkan hari ini adalah kehidupan yang nyata, meski kita pernah berjumpa dalam secangkir rasa dan segudang luka.
Dan, aku masih di Mukalla, berteman luka-luka, yang aku rasa tak kan lama.
Peternak Rindu.
Mukalla, 17 Jan 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peternak Rindu
PoesíaPeternak Rindu Oleh: Imam Abdullah El-Rashied Ini adalah lembaran-lembaran keresahan yang kutumpuk dalam seikat kenangan. Keresahan-keresahan karena jarak yang lantas menyesatkanku di lembah kesendirian. Waktu yang menghalang, serta nafas yang setia...