VIII : Having Fun With Him

804 78 11
                                    

jangan ketipu judul ya para otak otak mesum :))

“Kau itu aneh aneh saja,kau tahu?” Harry menatap Draco sinis. Jari jemarinya dimainkan,membuat gerakkan berputar putar yang diulangi terus. Draco tersenyum miring,sebenarnya ia ingin membalas Harry dengan 'dan kau menyukainya.' tapi itu akan sangat canggung,canggung bukan main. “Aku tidak tahu.” Akhirnya Draco menjawab.

Harry mengangkat salah satu alisnya,lalu tersenyum mengejek. Ia tampak senang dengan dirinya sendiri. “Apa maksudmu dari 'aku akan merubahmu'?” Harry bertanya dengan suaranya agak dimirip miripi seperti suara Draco yang dalam saat ia mengatakan kata kata Draco sebelumnya.  “Atau jangan jangan kau ingin aku kembali menjadi perempuan? Aku lebih mencintai diriku seperti ini.” Harry mencibir,kedua lengannya dilipat di depan dadanya. Buah dadanya agak besar,oh Tuhan,Draco, jangan menatapi dadanya! Bawah sadar Draco berteriak marah marah.

“Lebih baik jika kau mengiyakan kebenarannya. Kau perempuan.” Draco berusaha membuat wajahnya sedingin mungkin.

Dear God Malfoy! Kau tidak pernah diajari untuk respect dan toleransi ke Transgender ya?! Kau tidak bisa mengubah hidupku, titik!” Harry mengumpat dan memutar kedua bola matanya setelah berucap marah.

“Potter,cara berpakaianmu juga seperti perempuan,apa kau ingin menggubah cara berpakaianmu? Yang benar saja,orang orang semakin curiga denganmu jika kau terus terusan memakai baju seperti itu.” Draco berujar, memberitahu Harry tentang pakaiannya yang sangatlah girly.  “Oh, Kau sudah mulai menjadi seorang ibu ya! Lihatlah di lemari bajuku,coba carikan aku pakaian yang tomboy.” Harry melotot. Draco menganggapnya sebagai tantangan walaupun Harry tidak serius dalam mengatakan kalimat kalimat itu.

“Baiklah kalau kau menantangku.” Draco menyeringai.

Dia merangkak menuju lemari pakaian Harry, membukannya dan bukannya mencarikan pakaian yang akan membuat Harry terlihat seperti lelaki sejati,ia malah memilih rok berwarna putih dan sweater warna merah muda yang bergambar stroberi. Harry mengernyit saat Draco memperlihatkan pakaian yang pas untuknya.

“Ini, pakailah. Dan kau tak boleh mengganti pakaianmu lagi setelahnya. Oh ya,kau perlu mandi,stinky.” Draco memberikan Harry pakaian yang ia pilihkan, lalu menutupi hidungnya dengan telapak tangan kanannya,seolah olah Harry sangatlah bau.

“Terserahlah.” Harry mendengus,beranjak dari posisinya sekarang dan mengambil handuk putih di dekat pintu kamar mandi. Tak lupa ia melempar lipatan pakaiannya yang dipilih oleh Draco ke atas ranjang.

Sebenarnya Draco ingin membelikan Harry baju yang cocok untuk para laki laki. Mungkin saja Harry akan memaafkannya sepenuhnya. Misinya sekarang adalah merubah Harry.

Tapi ada 2.

A. Membujuknya untuk kembali menjadi kelaminnya sebelumnya. Dan juga . . . ide untuk menikahinya . . . Draco tahu itu kelewatan.

Atau . . .

B. Merubah Harry menjadi laki laki total. Mungkin tidak total karena — area privatenya. Draco punya rencana.

Tentunya Draco memilih Misi B. Draco seorang gay, dan menikahi Harry— sebenarnya tidak masalah. Harry itu laki laki bagi Draco. Tidak masalah tentang diri Harry yang dulu. Hayes Potter sudah tidak ada. Tapi bagaimana jika Harry tidak ingin menikahinya? Itu yang ia permasalahkan. Ia harus membangun ikatan pertemanan dengan Harry,meninggalkan sikapnya yang dulu demi cinta pertamanya ini. Maksud Draco adalah:

Misalnya ia diterima oleh pemuda Potter itu,mereka akan menikah. Tentunya orang tua Draco ingin keturunan,Lucius juga akan membatalkan perjodohannya dengan gadis Greengrass misalnya Draco menemukan seseorang yang pas untuknya,dengan satu syarat bisa memberikan keluarga Malfoy seorang keturunan. Narcissa,ibu Draco, ia menerima anaknya walaupun anaknya seorang gay. Kemungkinan Harry direstui 70%. Dan itu sangatlah bagus. Draco tidak mencintai Astoria,sangat tidak mencintainya. Justru ia tambah membenci Astoria waktu ke waktu. Lucius pernah mengatakan bahwa,

“Aku akan membatalkan perjodohanmu dengan putri Greengrass kalau kau menemukan seorang laki laki yang bisa kau hamili,Draco.”

Beruntungnya Draco mempunyai ayah dan ibu yang selalu mengiyakan apa yang ia mau. Ya — tidak terus menerus.

Rencana A akan terbengkalai,oke.

Ia tersentak kaget saat mendapati pintu kamar mandi yang terbuka,pemuda Potter yang terbilang mungil itu muncul dengan handuk yang dipajang di dadanya,menutupi putingnya dan tentu saja area privatenya. Draco bersumpah ia masih memakai handuk layaknya seorang perempuan.

“Kau tidak harus menutupi buah dadamu,kau tahu?” Draco meralat,mengulum bibirnya berusaha untuk tidak menerkam Harry yang sialnya terlihat menggoda.

“Maaf,aku tidak tahu cara laki laki memakai handuk. Tapi masalahnya adalah — buah dadaku — payudara — DIH!!! agak berisi. Maksudku – agak besar – Tch,aku tidak tahu lagi.” Harry perlahan lahan menurunkan handuknya.

“KAU — ASTAGA POTTER BUKAN DI SINI!” Draco meneriaki Harry sebelum buah dada Hary terlihat sepenuhnya.

“Oh, m-maaf.” Harry menaikkan handuknya lagi. Semoga saja Harry tidak salah tingkah. Harry berjalan ke ranjangnya,pakaiannya berada disitu.

“Potter,kau sebaiknya lihat lihat dulu siapa yang berada di dalam kamar tidur bersamamu. Kita bahkan belum terlalu kenal,kau tahu?” Draco beranjak, lalu keluar dari kamar tidur Harry. “Aku akan berada di ruang tamu.” Gumamnya.

Sementara Harry,dia hampir saja salah tingkah. Untungnya Draco tidak memperhatikan. Perlahan lahan ia melepas handuknya, lalu memakai rok — rok? Sebenarnya apa yang pemuda Malfoy ini inginkan? Katanya ia ingin merubah Harry — kenapa ia jadi? — Hah sudahlah,Harry tidak ingin repot repot.

Sesudah memakai rok dan sweater yang dipilihkan oleh Draco, ia menyisir rambutnya asal asalan. Alhasil, rambutnya tetap saja kacau dan berantakan. Seperti sarang burung, batin Harry mengejek.

Ia menuju ruang tamu yang berada di lantai pertama. Tentu saja ada Ibu dan Ayahnya yang suka bucin, dan juga Pemuda Malfoy yang suka menggoda.

“Harry kau sudah man — di? . . Rambutmu berantakan sekali,Harry.” Lily meringis sedikit. “Kamu ini sudah sisiran belum?” James giliran berkata,rela mempause filmnya yang sedang ditonton,Lily menatap James. Letak Lily sekarang di dekat wastafel.

Draco yang sedang minum air putih di meja makan hanya melirik Harry,ia hampir saja tersedak menahan tawanya. Harry sangatlah berantakan.  Draco juga tidak bisa melepaskannya pandangannya dari rok Harry yang berwarna putih, roknya di atas lutut Harry. Draco menaruh gelas bening itu di meja.

“Kau terlihat sangat menyenangkan.” Draco bergumam,gumamnya tidak terdengar.

“Harry . . kenapa kau mengenakan pakaian itu? Bukannya kau — ” Sebelum Lily bisa menyelesaikan kalimatnya, Harry memotong.

Mum tanya saja ke Draco.” Harry berusaha menutupi pahanya yang terlihat. Belum lagi pipi Harry yang memerah. Draco menyeringai. “Maaf, Mrs. Potter, tapi anakmu yang menyuruhku.”

Lily tersenyum manis dan mengangguk. Sementara Harry dengan wajah tak percaya. Rahangnya terbuka,matanya melebar. “Apa?! Tapi aku tidak – ”

“Shhh. Siapa yang akan menilaimu juga,Harry. Hanya ada kami disini, tidak ada orang lain.” James berucap tanpa melihat ataupun melirik Harry. Ayahnya Harry sedang menonton film lain yang bahkan Harry tidak tahu.

“Baiklah . .” Harry memutar kedua bola matanya malas.

“Draco,kau bisa mengajak putri — ah – putra kami untuk pergi jalan jalan. Aku pikir Harry bosan. Lagi pula ini hari Minggu.” Lily tersenyum lalu berjalan kembali ke sofa bersama James dengan membawa dua gelas wine.

“Baiklah, Mrs. Potter. Ayo, Harry.” Draco mengambil tangan Harry yang mulus. “Malfoy kau— Mum!” Harry menjerit entah kenapa. Mungkin ia kira pemuda Malfoy ini akan memerkosanya.

“Diamlah, Potter.” Draco berucap setelah mereka ada di luar rumah The Potters. “Aku pikir kita akan jalan jalan—” Harry memulai. “Ya,kita akan pergi jalan jalan.” Draco menyeringai.

Harry harap ini akan berjalan dengan baik.

Unchanging [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang