X : Our Past

528 66 4
                                    

Wajah manis yang selalu Draco sukai terdiam dengan rona merah di pipinya. Sebenarnya, apa yang barusan Draco ucapkan? Seingatnya, ia barusan memuji Harry. Mungkin efek dipuji. Itu masuk akal.

“Kenapa, Harry?” Draco mengangkat salah satu alisnya yang berwarna pirang platina. Tak lupa ia menyeruput Vanilla Latte-nya yang sangatlah enak. Pandangannya masih tertuju ke Harry dan tidak lepas dari Harry. Dia terlalu menyukai Harry.

“Yang barusan kau katakan — itu sangatlah — yah – memalukanku.” Harry mengulum bibirnya setelah berucap, kedua tangannya di atas pahanya yang putih dan ditutupi oleh rok putihnya. Draco mencoba mengingat ingat. Kenapa ia mendadak lupa? Apa ia terserang amnesia mendadak? Tidak mungkin. Ia barusan mengatakan nama pemuda di depannya!

Draco menaruh gelas Vanilla Latte-nya, “Maksudmu? Perasaanku mengatakan bahwa aku baru saja memujimu —” Ia berusaha meyakinkan Harry.

“Kau baru saja berkata tentang mencicipiku, and not to mention kau juga bilang kalau aku ini 'enak'. Dasar otak mesum!” Harry melotot,ucapannya terdengar seperti bisikan. Ya, Harry berkata dengan pelan.

Dan saat Harry mengatakan itulah, Draco mendadak ingat. Semburat merah memenuhi wajahnya. Oh dia tidak percaya ia baru saja mengatakannya! Ia memijat pelipisnya seketika.

“A-ah. Aku tidak sadar — maafkan aku.” Draco meminta maaf sambil memijat pelipisnya, kelopak matanya menyelimuti matanya yang berwarna silver. Siku kanan Draco ada di atas permukaan meja bundar, karena Draco memijat pelipisnya dengan jari jemarinya di tangan kanan. Sementara tangan Draco yang satunya di atas pahanya.

“Jangan mengatakan itu lagi, oke? Kau ini aneh aneh saja. . Lihatlah nanti jika orang tuaku mengetahui tentang ini!” Harry menggeram,bibirnya dimajukan

“Baiklah.” Draco tersenyum gugup.

ϟ

Draco mengantar Harry pulang hanya dengan berhenti di depan pagar rumah Harry,lalu pergi saat Harry sudah pergi begitu saja tanpa mengucapkan 'selamat tinggal'.

Saat Harry membuka pintu,ia terkejut saat menemukan Dudley dihadapannya,tersenyum lebar dan merentangkan tangannya lalu memeluk Harry kuat kuat.

“Hayes! Kau tidak tahu betapa aku merindukanmu!” Kata Dudley disela sela kegiatan memeluk Harry. Harry memeluk sepupunya untuk membalasnya. “Aku juga merindukanmu.” Harry tersenyum lebar.

“Dud, bagaimana kabarmu?” Harry melepaskan pelukan mereka secara sepihak. Dudley tersenyum gugup.

“Baik baik saja.” Balasnya.

“Hayes” Suatu suara feminin memanggil,dan Harry mengenali suara itu.

“Bibi Petunia.” Harry berlari kearah wanita yang ia panggil 'bibi'. Bibi Petunia menangkap Harry yang melontarkan diri ke pelukannya. Sementara Paman Vernon sedang berbicara dengan James,ayahnya Harry.

Petunia melepaskan pelukan mereka. “Lily,ibumu menyuruhku datang ke sini sebagai kejutan 2 hari yang lalu. Dan Hayes, aku melihat mobil Mercedes-Benz G63 AMG di depan pagar rumahmu tadi, apa kau sedang berpacara—” Sebelum Petunia bisa menyelesaikan kalimatnya, Harry memotong. “Pa — pacaran? Ah – ahaha – tentu saja tidak, bi!” Harry memerah karena kata 'pacaran' itu. Otaknya langsung saja memberikan Harry imajinasi yang baru saja mereka buat buat. Oke . . so . . begini ceritanya. Harry dan Draco sedang berciuman di ruang tamu rumahnya, kedua orang tuanya sedang pergi, dan hanya tertinggal mereka berdua. Mereka sedang menonton TV, tapi TV itu terabaikan. Ruangan sedang gelap,dan mereka berciuman dengan panas. Harry mengalungkan tangannya di leher Draco,sementara salah satu lengan Draco ada di bahu Harry dan satunya memegang pinggang Harry.

Unchanging [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang