XII : It's Just A Dream

584 56 7
                                    

Hanya peringatan,ada anu anunya di akhir :')

Harry terengah engah,ia butuh pasokan napas sekarang juga, karena itu dia mengakhiri ciuman mereka.

Your first kiss, Potter?” Ucap si sombong pirang dengan senyuman sombong tersungging di wajahnya.

Harry mengelap bibirnya yang basah entah karena salivanya sendiri atau milik Draco. Dia tidak percaya dia barusan saja dicium si sombong itu. Apalagi dia juga mencuri ciuman pertamanya! Menyebalkan.

Tapi harus di apakan lagi? Toh Harry menjawab ciuman itu. Jangan lupakan saat tangan putih Draco menyelusup masuk ke dalam bajunya. Sekarang,dia benar benar harus mengganti pakaiannya. Selesai mengelap bibirnya,dia menatap Draco tajam.

“Kenapa kau menciumku?” Tanyanya.

“Entahlah,mungkin karena aku menyukaimu?” Draco menjawab dengan seringaiannya. “Ayolah Harry,jawabanmu? Jika ya,maukah kau menjadi kekasihku?” Lanjutnya.

Harry mendengus,lalu memutar kedua bola matanya. Lantang dan percaya diri, ya?

“Kau ini terlalu percaya diri,kau tahu itu?” Harry menonjok dada Draco.

“Tentunya. Kau suka?” Draco mendorong Harry dengan lembut,punggung Harry menyentuh dinding lagi.

“Y— maksudku tidak!” Harry mulai mengamuk seiring kata kata yang Draco ucapkan. “Dan tidak,aku tidak akan pernah menyukaimu, titik!” Lanjutnya dengan nada lantang dan pergi meninggalkan Draco.

ϟ

Sekolah sudah berakhir,dan dia sudah berbicara dengan ibunya tentang ciuman itu. Ibunya hanya menjawab kalau berciuman itu hal normal yang dilakukan remaja 17 tahun. Sayangnya Harry tidak memberitahu ibunya terntang sentuhan Draco. Kalau diberitahu,pasti bocah pirang itu sudah dikubur hidup hidup. Ibunya juga pasti akan mengocehi Harry karena tidak bisa menjaga diri sendiri,tapi Harry sudah berupaya.

Perasaan Harry berkata kalau misalnya Harry mengiyakan permintaan Draco untuk menjadi kekasihnya,pastinya ibu dan ayahnya langsung melompat lompat kegirangan dan berteriak seperti kambing.

Memang orang tua yang gila.

Tidak bisa dipungkiri kalau perasaan cintanya sudah meronta ronta ingin dilepaskan hanya untuk Draco. Jelas jelas Harry mempunyai perasaan untuk Draco, ya, dia tahu Draco itu mantan musuhnya dan mereka belum terlalu baikan. Tapi dia yakin ada sisi lain dari Draco.

Akhir akhir ini dia sering memimpikan seseorang berambut pendek hitam,berkacamata bundar, sedang menyusui seorang bayi dengan seorang pria pirang di sampingnya,menangis bahagia. Dia tahu kalau orang yang tengah menyusui seorang bayi itu dia sendiri. Siapa lagi kalau bukan dia? Ciri cirinya saja sama. Pria pirang itu? Dia tidak terlalu yakin.

Sekarang,dia sedang makan malam dengan keluarganya, dia diberitahu oleh orang tuanya kalau ibunya sedang hamil. Cepat sekali, batin Harry. Karena itu banyak suara suara aneh dari arah kamar orang tuanya minggu lalu,ternyata mereka sedang membuat anak. Memikirkannya saja sudah membuat Harry geli. Ah,enyahkanlah pikiran itu.

Dia sedang menyantap Mac and Cheese-nya,sedangkan orang tuanya memakan burger. Harry tidak menyukai burger, rasanya aneh. Memakan daging itu eugh!, kanibal, kalau kata Harry.

“Harry senang punya adik?” Ayahnya,James Potter bertanya saat sedang mengunyah, membuat Lily memberikan James tatapan maut miliknya.

“Baik baik saja, sebenarnya. Aku tidak terlalu suka menjadi anak tunggal.” Aku Harry sesudah menelan makanannya,lalu mengubrak abrik mangkuk Mac and Cheese-nya.

“Kau bukan anak tunggal lagi,Harry.”  Lily tersenyum,lalu dahinya mengerut dan mencubit James. Ayahnya mendesis kesakitan dan mengusap usap bagian lengannya yang dicubit oleh istri setannya.

“Aku sudah selesai,Mum, Dad, aku akan pergi ke kamar.” Ucapnya,bangkit dari kursi meja makan dan pergi ke wastafel untuk menaruh mangkuk kotornya.

Lily dan James hanya mengiyakan,dan melanjutkan acara mengisi perut mereka.

Harry mendesah pasrah saat memijakkan kaki ke anak tangga, dia berbohong kepada orang tuanya tentang 'tidak terlalu suka menjadi anak tinggal'. Padahal dia ketagihan menjadi anak tunggal. Karena dia tidak berbagi dengan siapapun dan tidak ada yang menggangu.

Dia tertunduk,membuka pintu kamarnya yang tertulis 'Harry' dan melemparkan dirinya di atas ranjang,meraih ponselnya yang ditaruh di atas nakas. Dia membuka passwordnya,dan mengecek WhatsApp miliknya. Seperti biasa,dia suka membuka status orang dengan jiwa kepo nya.

Dia mengecek status Draco, tertulis:

'Bocah itu! Padahal aku sudah menghadiahkannya ciuman panas ku yang spesial untuknya,dan dia menjawab! Tapi saat kutanyai untuk menjadi kekasihku,dia menolak mentah mentah! Geez! Padahal hampir semua perempuan ingin berada di sepatunya'

Harry ingin tertawa melihat itu. Sepertinya tuan muda Malfoy marah. Siapa tahu kalau Draco memang ingin Harry sadar atas perbuatannya? Harry merasa perbuatannya benar,waktu terlalu cepat untuknya.

Begitu juga hubungannya dengan Draco. Padahal baru saja baikan, tapi Draco sudah langsung ingin menyuruhnya menjadi kekasihnya. Dari awal masuk sekolah sampai hari ini,dia sudah menyimpan perasaan untuk orang itu,tapi takut mengakui.

Pantas saja Draco terlihat marah saat ditolak mentah mentah oleh seseorang yang ia sukai. Walaupun Harry menjawab ciuman itu dengan ragu. Membalas bukan berarti mencintai, ya kan?

Dia menaruh ponselnya di atas nakas,bangkit untuk menggosok gigi sebelum pergi ke alam mimpi.

ϟ

Kasur itu membuat suara suara yang aneh karena ada dua manusia yang tengah melakukan aktivitas reproduksi mereka. Ya, membuat manusia baru yang akan bergabung dengan populasi manusia. Ruangan besar itu juga penuh dengan lenguhan dan desahan si mungil yang ditindih. Sementara yang menindih sedang sibuk memaju mundurkan tubuhnya demi kelangsungan aktivitas mereka. Yang menindih ikutan menggeram karena yang ditindih sangatlah ketat.

Jangan lupakan penampilan keduanya, si mungil yang ditindih berambut raven berkacamata bundar dengan mata hijau yang indah, serta lenguhannya dan desahannya seperti musik untuk yang pirang. Yang menindih dan berperan menusuk berpenampilan tampan,menarik, tinggi, dan berdada bidang. Mata kelabunya yang seperti awan yang penuh dengan air hujan menatap tajam si surai raven. Tak lupa juga dengan rambut Surai platinanya yang tampak bersinar di malam hari, terang bulan tambah membuatnya semakin tampan.

“Oh 'Rry, you should take off that old-fashioned glasses of yours. It's covering your beauty. Apalagi kita sudah menikah.” Si pirang mendadak berhenti memaju mundurkan tubuhnya,yang dipanggil dengan sebutan 'Rry' berhenti mendesah.

But i won't be able to see your handsome face, dear.” Ucapnya,mengelus pipi si pirang platina yang berperan menusuk dalamnya, lalu dia mendesah keras saat yang menindih tiba tiba mendorong kuat, alasannya karena kepala penisnya tersisa didalam. Lalu si dominan mulai mendorong masuk dan keluar lagi,menyisakan kepalanya saja. Hal itu berulang ulang terus.

“Drayhh . . stop. .  when are you going to come out in me? . . You're taking so long.” Yang ditindih,menatap iris kelabu itu sayu.

Harry, i will stop when i come out.” Ucapnya,lalu mencium ganas bibir kemerahan milik submisifnya.

Dan saat itulah Harry yang berumur 17 terbangun,terkejut dengan mimpinya yang bisa dibilang untuk orang dewasa. Dan apa yang baru saja disebutkan oleh si pirang? Ya, yang menindih surai raven. Kalau diingat ingat, 'Harry'. Yaitu namanya.

Jangan jangan itu adalah masa depan. Dia pernah mendalami Instagram dan menemui 'Mimpi menjadi nyata?'. Dia tahu pasti siapa yang bersurai pirang platina,ya, dari cara si submisif berkata, dia jelas jelas menyebutkan nama 'Dray' saat mendesah.

Semoga itu tidak terjadi di masa depan, Harry harap itu.

Kurang bagus ya scene draco sama Harry di masa depan? :(( Boleh ralat koqs

Unchanging [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang