IV.

2K 260 72
                                    

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu membuat Jaehyun yang tengah berbaring disofanya kebisingan, netra yang semula terpejam kini terbuka, Jaehyun baru saja ingin beristirahat, menikmati waktu senggang yang kini bisa ia dapatkan. Dokumen-dokumen yang semula menumpuk telah ia selesaikan sebab lembur tadi malam.

Dan kini seseorang dengan berani malah mengganggunya. Merasa risih Jaehyun menggeram, "ck! Masuklah!"

Sedangkan pemuda manis yang kini berada dibalik pintu makin merasa bimbang, suara perintah dari dalam ruangan benar-benar dingin dan terkesan tak bersahabat. Haechan benar, suara Sajangnim mereka memang menyeramkan.

Jungwoo menggeleng kuat, berusaha mengenyahkan pikiran yang mulai menjelajah kemana-mana. Matanya melirik sebentar pintu ruangan yang menjadi tempat Wakil Direkturnya. Pipi Jungwoo bersemu merah mengingat perlakuan kecil Sungchan yang membuatnya hilang akal.

Pemuda manis itu menarik nafas lalu membuangnya perlahan. Setelah menetapkan niat, Jungwoo melangkahkan kaki, memutar knop pintu yang menjadi penghalang perlahan, dengan hati-hati, hatinya menjadi tak tenang saat ini.

Pintu terbuka.

Gelap.

Hanya ada secercah cahaya yang memantul, menyoroti seorang pria diatas sofa yang tengah berbaring sembari memejamkan mata. Menghiraukan Jungwoo yang kini makin tak karuan karna rasa gugup yang melanda.

"Permisi Pak..." Sapa Jungwoo sopan sembari menundukkan kepala.

Jaehyun berdehem singkat kala mendengar suara lembut mengalun indah ditelinganya. "Ada apa?" Tanya Jaehyun dingin, masih betah memejamkan mata.

"Wakil Direktur bilang, Anda mencari sa-saya."

Ah anggukkan kecil Jaehyun tunjukkan, ber'oh ria kala tau siapa dan apa tujuan pemuda ini kemari.

"Membawa apa yang saya minta?" Tanya Jaehyun lagi.

Jungwoo kelabakan, kala Jaehyun bilang ia minta dibawakan sesuatu. Apakah bubur ini?

Sepertinya benar.

"Benar Pak, saya membawanya." Ragu-ragu Jungwoo menjawab.

Jaehyun membuka mata, menghembuskan nafas sebelum bangkit dan mendudukkan diri disofa. Obsidian gelapnya mengarah lurus kearah meja didepannya, memandang sengit meja kayu bewarna hitam tersebut seperti ingin menghancurkannya.

"Letakkan."

Tak!

Pria berdimple itu melotot tatkala sang karyawan baru ini menaruh semangkok bubur tadi keatas meja dengan gasrak. Apa pemuda ini tak mempunyai sopan santun sama sekali?! Kalau bukan karena perutnya yang sakit, mungkin Jaehyun akan langsung meninju pemuda yang sedang menundukkan kepala ini.

Hahh akhir-akhir ini emosinya sedang tidak stabil.

Jaehyun menyuap sesendok bubur putih kedalam mulutnya yang sialnya masih panas, "Ahk! Sial!" Jaehyun buru-buru meminum air putih diatas meja, berkumur sebentar untuk meredakan panas dilidahnya yang terasa ingin terbakar.

"Bubur sialan!" Kutuk Jaehyun sembari membanting sendoknya keatas meja, membuat pemuda yang tadi ia hiraukan tersentak kaget karena mendengar suara yang cukup kuat disaat pikirannya sedang berkelana.

Jaehyun menengadahkan kepala, menatap pemuda yang kini tengah menunduk takut, tapi entah mengapa pemuda ini terasa sangat familiar.

"Apakah sepasang sepatu 'murah' kamu itu lebih menarik dari pada saya yang bisa membeli sepatu itu berkali-kali lipat?" Tanya Jaehyun, sembari mengangkat jari tengah dan telunjuk membentuk piece kemudian menggerak-gerakkannya bermaksud mendeskripsikan kata 'murah' dengan nada ejek yang terdengar mengesalkan.

DOMINANT | Jaewoo ft SungchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang