💜#Tidak Berdaya

125 94 161
                                    

Hai, stalker 🙋🏻‍♀️
Selamat datang di cerita gue. Nggak capek lo ngestalk semua akun sosmed gue? ☺️.

Dear : stalker

--• SKIP •--
HAPPY READING ¶

TERIMA KASIH UNTUK READERS SETIA NYK 💜😘
LOVE U ALL

Typo? COMMENT, GES!

_💜💛💜_

"Kalau butuh apa-apa bilang ke gue, El. Nggak perlu sungkan-sungkan."

Elena mengangguk sembari tersenyum. "Kalau gue butuh hati lo, gimana?"

Sheyla, Ankaa, dan Sita terdiam bersama. Sita memutuskan untuk keluar, tidak mau ikut campur dalam urusan remaja. Tangan Sheyla sudah mengepal kuat di belakang punggungnya. Bagaimana jika Ankaa menjawab setuju? Ingin sekali Sheyla pergi dari tempat ini sekarang. Ia benci melihat tatapan Elena kepada Ankaa yang sangat dalam. Akhirnya, Sheyla memilih beralih melihat ke segala arah, kecuali arah keberadaan Ankaa dan Elena.

"Untuk itu, gue nggak bisa."

Elena memaksakan untuk tersenyum. Kepalanya semakin sakit mendengar Ankaa berkata.

"Kenapa, Kaa? Kita sudah berteman lama, masa lo nggak pernah ada rasa sedikit ke gue? Tanyakan lagi ke hati lo," ucap Elena lembut.

Ankaa menggeleng. "Lo itu sahabat gue, El--"

"Buktinya, lo bisa suka dengan Rere saat itu  dan hubungan kalian juga sahabat, kan?!" Elena mengambil alih tangan Ankaa. "Lo tanya lagi ya sama hati lo," pinta Elena.

"Hati gue sudah menjawab," balas Ankaa cepat. "Sudah ada perempuan lain di hati gue, El."

Sheyla memejamkan matanya sebentar. Tangannya sudah gatal ingin menutup telinganya.

"Si-siapa?" tanya Elena menahan tangis.

Sheyla tidak tahan lagi. Ia menguatkan dirinya untuk tidak menangis. Ayolah, Sheyla jangan lemah seperti ini! Gadis itu memutuskan pergi dari kamar Elena. Ia salah menyukai seseorang seperti Ankaa. Ia juga salah saat memilih mencari tahu siapa Ankaa. Sheyla melangkah pergi dan itu dapat dilihat oleh Ankaa dan Elena.

"Sheyla ...."

Tanpa berbalik badan, Sheyla berkata "Apa? Gue mau ke to--"

"Cewek itu yang ada di hati gue." sebut Ankaa yang ternyata menjawab pertanyaan Elena bukan memanggil Sheyla.

Tatapan Ankaa mengarah pada Sheyla yang membelakangi. Sheyla diam, berusaha mencerna jawaban Ankaa. Ia tertawa garing sembari membalikkan kepala.

"Ngaco dia, El. Nggak usah diper--"

Kalimat Sheyla terpotong saat suara tepuk tangan dari pintu. Semua berbalik menatap seseorang yang baru datang.

"Lingga?" sebut Sheyla heran dengan keberadaannya.

"Kenapa? Kaget? Kemana saja kamu? Kabur dari rumah?" tanya Lingga memojokkan Sheyla dengan senyuman yang tidak bisa diartikan. Ia mendekat pada Sheyla. "Oh, iya, kebetulan kamu di sini, Sayang. Aku ada kabar gembira loh, La." Kemudian Lingga mendekatkan bibirnya pada telinga Sheyla.

"Kita akan bertunangan sebentar lagi," bisik Lingga penuh penekanan. Tatapannya lurus pada Ankaa.

Ankaa dan Elena dapat mendengar bisikan Lingga.

"Nggak!" tolak Sheyla mendorong tubuh Lingga.

"Dan jika kita sudah bertunangan nanti, tidak ada yang bisa memisahkan kita lagi," sindir Lingga menatap licik ke arah Ankaa, "termasuk Lewis Ankaa Arcturus."

Nikah Yuk, Kaa! [OTW TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang