Yeonjun urung mengetuk pintu. Itu karena Nara lebih dulu membukanya. Tetapi anehnya dia keluar mengenakan padanan sweter putih dan ripped jeans, bukan seragam sekolah.
"Kamu nggak berangkat sekolah?" tanya Yeonjun.
"Enggak, aku mau ikut antar Kakak ke bandara. Boleh kan?" Dengan tanpa berdosa Nara menampilkan senyum termanisnya untuk Yeonjun.
"Jangan ngada-ngada deh! Sekarang ganti baju terus berangkat ke sekolah." Yeonjun berseru sambil menunjuk ke dalam kamar. Ia menyuruh adiknya itu kembali masuk dan berganti pakaian. Ia tidak suka jika sesuatu yang harus prioritaskan malah ditinggalkan.
Senyum Nara mendadak hilang. Ia menjatuhkan pandangan ke bawah—menatap kosong. Jika sudah seperti ini, Yeonjun yang melihatnya merasa tidak sanggup. Hatinya sedikit terluka karena dunianya tengah kecewa.
Yeonjun menarik napas, lalu membuangnya singkat. "Oke, kamu boleh ikut," putusnya dengan pasrah.
Mendengarnya, Nara terdongak bahagia. Bola matanya yang jernih menatap lekat dua mata indah Yeonjun. "Serius?"
Yeonjun tersenyum sambil terangguk-angguk. Walaupun tidak suka tapi demi senyum di wajah adiknya, ia akan memberikannya. Apa pun itu dan segalanya untuk Nara.
"Ahh makasih." Nara bersorak penuh kegembiraan. Kedua tangannya terlulur mengoyang-goyangkan sebelah lengan Yeonjun ke sana kemari.
"Hm, ya udah sarapan dulu, yuk!"
Dengan langkah sama, Yeonjun dan Nara berjalan menuju ruang makan yang berada di lantai bawah. Kini, di meja makan hanya tersisa Amora yang tengah menyantap sarapan.
"Pagi sayang." Disela-sela kegiatan menguyah, Amora menyapa lembut kedua buah hatinya. "Loh, Nara nggak sekolah?" tanyanya yang heran melihat putrinya itu tidak mengenakan seragam.
Nara menyeringai, menampakkan susunan giginya yang rapi. "Aku mau ikut antar kakak ke bandara," jawabnya. Di tempat seperti biasa, ia duduk dan mencomot kimbap dengan sumpit. Olahan nasi yang digulung dengan rumput laut lalu diisi sayuran, telur dan sosis pun masuk ke dalam mulut Nara. Dengan lahap ia mengunyahnya.
"Mama sendiri enggak kerja?" tanya Nara setelah menelan suapannya yang pertama.
Amora yang berpenampilan simpel casual pagi ini ikut membuat Nara terheran-heran. Biasanya, ibunya tersebut mengenakan pakaian formal layaknya pekerja kantoran pada umumnya, tapi sekarang tidak.
"Nggak sayang. Mama ambil izin untuk datang ke acara temen mama."
Mulut Nara mengurva, membuat huruf O. Ia juga mengangguk paham atas penjelasan tadi. "Hmm ... kalo Papa mana?"
"Baru aja berangkat ke kantor," jawab Amora.
"Terus Kakak diantar siapa?" tanya Nara. Pasalnya ia mengira jika Choi yang akan mengantar Yeonjun ke bandara.
"Jake," sahut Yeonjun. Dengan tenangnya ia duduk sambil menyantap makanannya.
"Kak Jake?"
"Iya. Kebetulan dia lagi free," ujar Yeonjun. Kemarin malam, ia mengabarkan kepada yang lain jika akan pergi ke Jeju. Berbagai tanggapan ia dapatkan, mulai dari yang tidak percaya, biasa saja dan senang karena akan bebas mendekati Nara.
Jake berkuliah di universitas yang sama. Tetapi jurusannya tidak sama dengan Yeonjun, Heeseung, Jay dan Sunghoon. Ia berada di jurusan teknik. Maka dari itu, ia menawarkan diri untuk mengantar Yeonjun ke bandara pagi ini.
┊🌸┊🌸┊🌸┊
"Kak, jangan pergi," rengek Nara sambil memeluk Yeonjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝐎𝐔𝐑 𝐏𝐑𝐈𝐍𝐂𝐄𝐒𝐒
Fanfic𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒 𝟐 ↪ 𝐟𝐭. 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍, 𝐓𝐗𝐓 Mereka yang katanya mengistimewakan Nara lebih dari seorang princess, nyatanya hanya membuat kesedihan Nara bertumpuk. Dengan dalih tidak ingin melihat kesedihan dan kekhawatiran Nara, mereka sepakat me...