Tema: skandal
Keyword: ah-uh-ih, wik-wik, ea-ea-ea, tirai tiga, survei membuktikan
Majas: ironi"Iya, kemarin dia kena skandal. Wik-wik di dalam mobil sama om-om." Sepintas Anneth mendengar, sudah menjadi tradisi setiap pagi.
SMA Terbuka, tempat Anneth bersekolah hanya ditempati siswa-siswi kalangan bawah yang tidak memiliki minat lebih dalam belajar. Sekadar ingin mendapat ijazah tanpa adanya aturan ketat.
Segala skandal yang terjadi tidak akan dihukum. Sekolah di tempat itu hanya dua hal yang mampu membuat angkat kaki dari sekolah. Hamil dan membunuh. Selain itu, bertingkahlah sesuka hati.
Maka dari itu, tiap hari ada saja berita skandal yang terdengar oleh para siswa-siswi yang lewat. Kebetulan, jalur lewat untuk guru berbeda, tidak melewati koridor kelas. Lebih bebas untuk berbicara apa pun.
Lucu sekali batin Anneth.
Bagi orang lain, memang tidak ada hal yang menggelitik. Hanya saja, Anneth adalah salah seorang gadis yang selalu mengatakan "lucu sekali" saat mendengar hal miring.
Bahkan, tak jarang dia mengatakan hal itu di saat jawabannya salah. Kata "lucu sekali" dengan Anneth seolah tidak bisa dipisahkan.
Berjalan santai tanpa memedulikan lirikan sekilas sepanjang koridor yang membuatnya risi, Anneth tiba di kelas. Kelas yang sangat sederhana, hanya ada sepuluh pasang bangku. Bukan hal yang mengherankan.
SMA Terbuka bukanlah sekolah yang banyak diminati. Selain letaknya yang berada di desa terpencil, kalangan atas—seperti anak Pak RT, Pak Kepala Desa, dan semacamnya—memilih untuk bersekolah di kota, di sekolah elite yang memiliki akreditas baik. Tentu saja itu normal. Namun, bagi mereka yang kalangan bawah dan menyukai kebebasan, apa boleh buat?
Logikanya, mereka tidak ingin sekolah, tetapi dipaksa orang tua. Maka dari itu, SMA Terbuka menjadi jalan ninja.
"Ea-ea-ea! Terusin, Dek!" Baru saja dia duduk di bangkunya, suara seruan sekumpulan laki-laki di bangku belakang terdengar, entah apa yang mereka lakukan. Namun, sekilas Anneth mendengar desahan "ah-uh-ih". Tidak perlu ditanyakan lagi, kali ini dia sudah tahu apa yang mereka lakukan. Apa lagi kalau bukan menonton film porno? Sudah menjadi tradisi setiap pagi dan saat jam istirahat.
Anneth bukanlah gadis yang pandai berbaur. Berada di SMA Terbuka sendiri bukanlah keinginannya. Jika boleh memilih, lebih baik dia tidak bersekolah. Lebih menyenangkan. Semua siswa-siswi di sini hanya berbuat keramaian, menebar skandal untuk digosipkan setiap hari, bahkan tak jarang ada siswi yang datang dengan cara jalan yang terlihat aneh.
Usai menjalani pagi yang memuakkan, Anneth harus menjalani siang yang lebih memuakkan lagi. Saat dia kembali ke kelas usai dari kantin, kelasnya dipenuhi oleh siswa-siswi. Terlihat jelas mereka berusaha mengintip melalui jendela yang tertutup tirai.
"Tirai tiganya buka!" salah satu dari mereka berseru, sementara lawan bicaranya mendengkus.
"Apaan tirai tiga. Nggak jelas!"
Anneth menatap kerumunan, tanpa peduli memutar knop pintu. Tidak terkunci. Dibukanya pintu, mendapati pemandangan yang menjadi sorotan. Sepasang remaja berada di dalam kelas dengan keadaan mengenaskan.
Kancing atas baju si perempuan yang terbuka buru-buru dipasang saat Anneth memasuki kelas.
"Dasar nggak sopan!" umpatnya sebal.
Anneth memutar bola mata lalu menjawab, "Lucu sekali."
"Bilang aja lo iri," ujar gadis itu sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan laki-laki yang saat ini mematung di kursi Anneth.
"Pftt ... gue nggak pernah iri sama hal-hal kotor." Anneth mengibaskan tangannya sombong ke arah gadis itu lalu mengusir laki-laki yang menempati tempat duduknya.
Tanpa butuh survei membuktikan, semua sudah terbukti bahwa Anneth adalah satu-satunya siswi yang tak pernah terdengar skandalnya. Namanya begitu bersih, juga pribadinya tidak suka bersosialisasi. Sebagian siswa-siswi menganggap dia adalah siswi paling suci di SMA Terbuka.
Satu bulan berlalu, semua masih sama. Cerita skandal terbaru setiap pagi, keriuhan tiap istirahat saat ada yang melakukan skandal secara terang-terangan. Hanya saja, ada yang sedikit berbeda kali ini.
Mading yang tidak pernah dilirik oleh siswa-siswi kini penuh, terlihat sangat sesak dengan adanya orang yang berdesakan. Bisik-bisik terdengar, samar-samar Anneth mendengar namanya disebutkan.
Awalnya dia tidak peduli, tetapi melihat tatapan orang sepanjang koridor yang menatapnya aneh membuat dia kau tak mau menerobos kerumunan di depan mading.
Di mading, terpampang jelas fotonya yang baru saja dia ambil satu minggu lalu. Foto yang tidak pernah diketahui siapa pun, hanya ada di dalam ponselnya—mungkin.
Anneth menatap tak percaya foto-fotonya yang terlihat begitu memalukan. Ini bukan editan. Anneth tidak akan menyangkalnya. Dia memang melakukan hal ini satu minggu lalu.
"Pftt ... selamat, ya. Lo benar-benar suci dan nggak suka hal kotor, sampai-sampai foto dalam keadaan bugil. Lucu sekali"
Anneth menoleh. Itu gadis yang melakukan skandal di kelasnya bulan lalu. Satu-satunya siswi yang berbicara dengannya dengan nada saling mengejek. Saat itu, Anneth menang mampu menjatuhkannya. Namun, kali ini dia dijatuhkan.