Ipen Wiken, 1 Mei 2021
Tema: Jam malam
Katkun:
Noda merah
Air comberan
Klimis
Donat
Kayu lapuk
Majas: SimileJumlah kata: 500-2000 kata
Cerita harus berhubungan dengan gambar. Deadline Minggu, 2 Mei 2021 pukul 12.00 WIB
Pelajaran tambahan adalah hal yang paling tidak Reno sukai. Dia harus pulang terlambat, dekat dengan jam malam. Bahkan, tak jarang dia pulang lebih lambat dari orang tuanya hanya karena pelajaran tambahan dan pergi les sepulang sekolah.Berkali-kali dia mendengkus sambil memperhatikan jalanan yang basah oleh air hujan. Hujan sore ini cukup deras. Beruntung sopirnya menjemput tepat waktu, sehingga dia tidak perlu menunggu di teras tempat les seperti waktu itu.
Jalanan yang cukup padat ini membuat dia semakin bosan, ditambah kendaraan yang berkali-kali terpaksa berhenti saat ada pejalan kaki yang menyeberang sesuka hati atau berhenti di tengah jalan tanpa aba-aba.
"Pak, berhenti dulu. Reno mau ke kafe beli cokelat panas," Reno memberikan instruksi yang diangguki sang sopir.
Pria berusia empat puluh tahunan itu berbelok ke arah kafe di pinggir jalan yang terlihat cukup ramai. Mungkin mereka berteduh sambil minum untuk menghangatkan diri.
Tepat setelah mesin mobil dimatikan, Reno turun dari mobil, masuk ke dalam kafe. Laki-laki dengan kulit putih bagaikan salju itu melangkah santai sambil mengeratkan pegangan pada tasnya dengan sang sopir yang mengikuti di belakang setelah dia paksa ikut.
Laki-laki itu memilih duduk di bangku dekat jendela, memandang jalanan yang penuh oleh lalu lalang pejalan kaki dan kendaraan.
Setelah memesan minuman dan sepaket donat pada waiters, remaja dengan kulit putih bagaikan salju itu meletakkan tas di kursi untuk mengambil jaket semerah noda darah dari dalam tasnya. Walaupun kulitnya seputih salju, dia tidak terlalu tahan pada cuaca dingin. Setiap musim penghujan, Reno pasti sering demam.
Di depannya, Pak Karman selaku sopir pribadi yang bekerja pada orang tua Reno untuk mengantar jemput remaja kelas 2 SMA ke mana pun itu hanya terdiam, mengikuti arah pandang Reno yang menatap lurus ke arah jalanan.
Langit sore perlahan menggelap, tetapi lalu lalang di sana masih padat. Tampak seorang pria dewasa klimis yang menyeberang sambil memegang payung, sementara di depannya ibu-ibu yang mengenakan mantel sambil mendorong sepeda ontelnya berhenti di tengah jalan, juga seorang wanita dengan pakaian press body terdiam di tengah jalan, menatap ke arah tas merahnya.
Huft ....
Reno sudah lelah memperhatikan jalanan di depannya. Hanya berisi lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki yang sembarang menyeberang melewati genangan air di aspal bagai air comberan.
Laki-laki berkacamata itu mengalihkan pandangan, mulai menatap langit yang semakin gelap karena tertutup awan hitam juga jam malam sudah tiba.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi Reno masih enggan bangkit. Lagi pula, hari ini orang tuanya bilang mereka lembur. Paling tidak pulang pukul sembilan atau sepuluh malam. Hujan lebat di luar sana pun rasanya enggan untuk berhenti, membuat Reno semakin mengeratkan jaketnya.
"Aden, itu ponselnya bunyi terus dari tadi. Kayaknya Nyonya telepon Aden." Pak Karman yang melihat ponsel Reno berdering berkali-kali sejak tadi langsung menyadarkan lamunan laki-laki di depannya.
Menoleh ke arah Pak Karman sebentar, Reno langsung meraih ponsel, menerima panggilan dari sang ibu yang berkata mereka sudah pulang karena pekerjaan selesai lebih cepat dan bertanya keberadaan anaknya saat ini.
"Iya, sebentar lagi Reno pulang." Reno meletakkan kembali ponsel pada meja kayu di depannya.
"Pak, langsung pulang aja, ya." Reno bangkit, melangkah terlebih dahulu setelah meletakkan uang di atas meja.
Pak Karman hanya memandang Reno dari belakang sambil tersenyum tipis. Anak majikannya ini tidak sekuat kelihatannya. Dia bagaikan kayu lapuk di bagian dalam. Rapuh, tetapi tetap terlihat kuat di luar.