Tema: Pembalasan
Majas: Personifikasi
Kata Kunci:
- Candu
- Sukma
- Dentum petasan
- Hasrat
- Sabu-sabuLaki-laki dengan kaus dan boxer hitam itu mengintip di balik tembok, menatap tetangganya yang tengah mengangkat pakaian di jemuran. Tetangga yang kemarin membuatnya panik setengah mati.
Yang benar saja! Aldo, laki-laki yang sekarang mengangkat pakaian itu, kemarin berteriak membangunkannya di kosan berkata bahwa sahabat karibnya ditangkap polisi karena terciduk tengah mengkonsumsi sabu-sabu.
Dion yang kesadarannya belum penuh langsung luntang-lantung masuk ke kamar mandi, mencuci muka tanpa sikat gigi, langsung meluncur ke kamar kos sahabatnya untuk memastikan.
Sial sekali! Ternyata sahabatnya itu masih terlelap dengan posisi telungkup di atas kasur. Aldo sialan! Berani-beraninya dia menipu Dion! Awas saja, ya.
Semalaman penuh Dion memikirkan cara untuk membalas perlakuan Aldo. Awalnya dia meminta bantuan Sukma selaku gadis yang paling bisa memancing hasrat perdebatan dengan Aldo. Namun, gadis itu menolak dengan alasan tidak ingin ikut-ikutan ke dalam urusan laki-laki.
Sia-sia dia pergi ke kosan putri, meminta izin pada penjaga kos yang sangat candu mengomel.
Berniat membalas dengan cara melemparkan petasan, itu terlalu berbahaya. Dentum petasan akan membuat orang satu kosan melihat apa yang terjadi.
Membalas dengan menipu juga, sudah pasti tidak bisa. Aldo itu rajanya menipu, mana bisa ditipu semudah itu. Yang benar saja!
Dion harus memutar otak kembali untuk membalas perlakuan Aldo kampret itu.
Setelah memikirkan berbagai cara, Dion memutuskan melakukan yang satu ini. Mengagetkan Aldo dengan sangat tidak estetik. Lihat saja nanti. Aldo akan lari terbirit-birit saat melihat hantu di dekatnya. Dengan begitu Aldo akan malu sekaligus kesal, sama seperti yang Dion rasakan kemarin.
Tepat setelah Aldo masuk ke dalam, Dion bersiap untuk membalas atas perilakunya.
Mengenakan kain berwarna putih polos yang terawang agar bisa melihat jalan, menutupkannya pada kepala hingga menjuntai hampir menutupi kaki. Kain yang dia dapat dari atas lemari kemarin.
Menginjak rumput yang bergoyang diterpa angin malam, Dion melangkah perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara.
Dia mengetuk pintu saat tiba tepat di depan kamar kos Aldo yang berada di lantai bawah. Tak lama, yang ditunggu menunjukkan batang hidungnya, tetapi tidak ada siapa-siapa di sana.
Aldo terlihat mengerutkan kening, dalam hati berucap, 'Perasaan barusan ada yang ngetuk pintu.'
Dion hanya terkekeh pelan, mundur beberapa langkah, bersiap mengganggu Aldo lagi hingga hampir menabrak jemuran.
Sial! Dia kelewatan. Terlalu jauh mundurnya. Oke, maju lagi, setelah itu belok kanan.
Untuk kedua kali, Dion mengetuk pintu kamar kos Aldo. Cukup lama, tidak ada tanda-tanda Aldo membuka pintu. Apa jangan-jangan dia mengintip di jendela?
Menoleh ke arah jendela, Dion baru ingat jika di bagian depan tidak ada jendelanya. Astaga, apakah dia harus menunggu lagi?
Mengetuk pintu lagi, suara kunci yang dibuka membuat Dion bersiap.
Tepat setelah pintu terbuka, Dion meluruskan tangannya ke depan, membentuk pose seperti kuntilanak hendak mencekik.
"Siapa---setan!"
Aldo langsung lari terbirit-birit ke dalam kosan tanpa menutup kembali pintunya.
Dion sendiri sedikit kebingungan atas reaksi Aldo yang berlebihan, tetapi tidak apa, artinya dia berhasil membalas Aldo yang mengejutkannya kemarin.
"Yes, berhasil!" pekik Dion sebelum akhirnya pergi meninggalkan halaman kamar kosan Aldo.