Ipen wikens :
Tema : tentukan sendiri
Majas : bebas
Kata Kunci : minggu ini gak ada.Minimal 500 kata.
Deadline : Minggu_____________________________________
"Bundaaaa! Topi Fian mana?!" suara teriakan seorang laki-laki yang tengah duduk di atas lantai kamar itu membuat ibunya yang berada di dapur mendengkus.
Wanita yang usianya hampir mencapai empat puluh tahun itu langsung mematikan kompor, menghampiri anak semata wayangnya yang duduk bersandar pada ranjang dengan rambut acak-acakan.
Melihat anaknya yang tampak kelelahan---mungkin karena mencari topinya---sang ibu langsung berkacak pinggang. "Memangnya yang pake topi kamu itu bunda? Coba cari dulu, Fian."
"Udah, Bunda. Fian udah cari di seluruh kamar, sampe Fian tadi nyari ke ruang tamu juga, tapi nggak ada, Bunda."
Menjadi anak tunggal, hidup berkecukupan, dimanja oleh orang tua sejak kecil, membuat Fian tumbuh menjadi laki-laki manja. Bahkan, ayahnya yang jarang pulang ke rumah karena bekerja sebagai pelaut pun turut memanjakannya.
Ibunya hanya bisa menghela napas, mulai membantu Fian untuk mencari topi sekolah. Tak sampai lima belas menit mencari, sang ibu langsung melemparkan topi itu ke arah anaknya.
"Makanya, kalau nyari itu yang bener. Orang ada di dalam lemari kamu nyarinya ke mana-mana, ya, jelas nggak ketemu."
Melihat topinya sudah berada di genggaman, Fian langsung berbinar. Laki-laki itu memeluk ibunya erat. "Fian berangkat dulu, Bun. Makasih, ya."
Sebelum pergi, Fian menyalami tangan ibunya, disusul dengan mencium pipi wanita yang tampak masih muda di usianya yang hampir menginjak kepala empat.
***
Berkat jarak sekolahnya yang tak terlalu jauh, Fian bisa tiba tepat waktu walaupun berangkat pukul setengah tujuh. Laki-laki jangkung berkulit putih itu langsung berlari menuju kelas, setelahnya menuju lapangan.Baru saja tiba di lapangan, napas masih tersengal-sengal, Dylan sudah membuatnya semakin kalang kabut.
"Lo ngapain pakai sepatu abu-abu? Sekarang Senin, lo bisa dihukum hormat ke bendera atau bersihin toilet."
Mendengar ucapan teman sebangkunya, Fian menatap sepatu yang dia kenakan. Mulutnya menganga lebar, matanya membelalak. "Astaga! Gue lupa sekarang Senin!"
"Pelupa banget, sih, lo. Siap-siap, deh, hormat dua kali ke bendera." Teman sebangkunya itu langsung mengambil posisi barisan di paling belakang, sedikit mundur agar dapat berdiri di tempat yang sedikit teduh.
SMA tempat Fian sekolah memang memiliki aturan khusus untuk seluruh siswa-siswi di mana harus mengenakan sepatu hitam saat hari Senin. Bukan hanya sepatu, tali sepatu pun tak boleh ada warna lain selain warna hitam. Jika melanggar, sudah ada hukuman yang menanti di hadapan. Dan itu berlaku untuk Fian sekarang.
Benar saja. Upacara belum usai, Fian sudah dibedakan dari barisan kelas. Guru kedisiplinan membawanya ke barisan paling kanan, berkumpul dengan beberapa siswa-siswi yang atributnya tidak lengkap atau berisik saat pelaksanaan upacara.
Terik mentari pagi ini seakan-akan mengejeknya yang tengah hormat sambil memicingkan mata di barisan paling belakang. Berkali-kali Fian mendengkus, sesekali menatap sepatu abu-abunya. Sial sekali! Mengapa dia harus lupa hari?
Tadinya dia kira sekarang hari Selasa. Dia mencari topi sampai kalang kabut karena hari Selasa akan memulai latihan gerak jalan. Fian tentu saja tidak mau kepanasan. Dia bersedia bergabung dalam tim gerak jalan pun karena dipaksa.
Saat tiba di kelas tadi, hanya ada salah satu teman sekelasnya yang berkata dia harus segera ke lapangan. Gadis itu tidak bilang ke lapangan untuk upacara membuatnya benar-benar lupa bahwa sekarang hari Senin.
Melirik sepatu abu-abunya, Fian benar-benar mengumpat dalam hati. Mengapa dia harus lupa hari dan mengenakan sepatu ini? Ah, sudahlah. Intinya Fian tidak ingin disalahkan. Dasar sepatu sialan!
Padahal ini bukan pertama kalinya dia salah mengenakan sepatu. Dia memang sering kali meraih sepatu asal-asalan karena harus mencari barang-barang yang tiba-tiba hilang membuatnya berangkat terlalu kesiangan.
Dua minggu lalu dia mengenakan sepatu olahraga di saat tak ada mata pelajaran olahraga. Tiga hari lalu dia mengenakan sepatu pantofel saat jam olahraga.
Sekali lagi menghela napas, Fian sudah siap menerima hukuman apa pun yang akan diberikan oleh guru kedisiplinan nanti.