Leaving you

484 82 11
                                    

Jam menunjukkan pukul 9 pagi namun seluruh peserta rombongan itu kini sudah mendarat dengan selamat di Bandara Leonardo Da Vinci-Fiumicino, Roma. Mereka telah menempuh perjalanan selama 40 menit dari Taormina menuju Catania. Kemudian 1 jam 30 menit dari Catania menuju Roma.

Gun kini memeriksa handphonenya. Ia tak menyangka ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari asisten ayahnya yang bernama Channarong atau biasa dipanggil Pak Chann. Walau para peserta rombongan yang lainnya sekarang sudah berkumpul untuk persiapan melakukan mobilisasi menuju Colosseum, Gun masih terpaku pada handphonenya. Ia mencoba menghubungi asisten ayahnya itu.

"Halo, Pak Chann? Ada apa?"

"Halo, tuan. Ayah sakit. Tadi pingsan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit."

"Apa? Ayah sakit apa?"

"Kata dokter, sepertinya serangan jantung. Masih akan diobservasi lebih lanjut. Namun hingga sekarang ayah tuan belum sadarkan diri."

"Kalau begitu aku akan pulang hari ini juga, Pak Chann. Tolong jaga ayah untukku ya. Terimakasih."

Gun panik. Kepanikan itu bisa Off liat dari wajahnya. Gun kini berlari ke arah Jane masih dengan wajah paniknya.

"Jane." Panggilnya pada Jane yang kini sedang mengobrol dengan Tay.

"P'Gun? Ada apa?"

"Aku harus kembali ke Bangkok sekarang. Ayah sakit. Tadi pingsan dan belum sadarkan diri sampai sekarang. Kau mau ikut pulang bersamaku atau bagaimana?" Tanya Gun.

"Aku ikut pulang saja." Ucap Jane.

"Off, Tay, maaf sepertinya aku tak bisa melanjutkan tour ini. Aku harus segera pulang. Aku akan mencari penerbangan tercepat ke Bangkok sekarang juga." Ucap Gun. Wajah Off berubah sedih. Gun tahu betul kenapa wajah Off nampak muram seperti itu.

"Off, maafkan aku ya. Tapi kau tau kan aku tak punya siapa-siapa di dunia ini selain ayahku. Aku harus pulang."

"Aku tau. Pulanglah. Bagaimanapun juga kesehatan ayahmu lebih penting." Ucap Off yang dijawab dengan anggukan oleh Gun. "Tay, bisa kau lanjutkan tour ke Colosseum sendirian? Aku akan menemani Gun dan Jane di sini sampai mereka terbang kembali ke Thailand."

"Iya, tenang saja. Kau temanilah mereka. Aku akan memandu yang lainnya ke Colosseum. Ku tunggu di sana ya."

Sesuai kesepakatan mereka, Tay kini pergi bersama peserta rombongan yang lain untuk memandu mereka ke Colosseum. Sedangkan Off kini menemani Gun dan Jane mencari jadwal penerbangan. Jadwal penerbangan tercepat menuju Thailand setidaknya masih harus menunggu 2 jam lagi, sehingga mereka kini masih terdampar di Bandara Leonardo Da Vinci.

"P'Off, tidak apa. Kau kembalilah bersama P'Tay memandu ke Colosseum." Ucap Jane.

"Tidak apa-apa. Aku akan menemani kalian."

"Menemani kami atau menemani P'Gun?" Goda Jane. Membuat Off tersenyum. Namun entah kenapa senyuman itu tak nampak tulus.

"Off, maaf ya."

"Tidak apa-apa, Gun."

"Kau bisa tetap menghubungiku kapanpun."

"Gun apa kau akan kembali kesini?" Tanya Off sedih.

"Aku tak tau. Mungkin tidak."

"Aku akan menunggumu di ujung dunia."

"Aku tak akan bisa datang, Off. Saat tour ini berakhir mungkin aku masih harus menyelesaikan banyak urusan di Thailand."

"Aku tak peduli. Aku akan tetap menunggumu sampai kau datang."

"Off, jangan keras kepala." Ucap Gun pada Off yang kini menundukkan kepalanya.

Setetes air mata lolos dari mata Off. Walau ia sudah menahannya sejak tadi namun ternyata berhasil lolos juga. Ia menangis, untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Terakhir kali ia menangis adalah saat ia kehilangan ibunya untuk selamanya. Namun sekarang, mungkin ia memang telah jatuh terlalu dalam pada Gun. Sampai-sampai saat Gun harus pergi meninggalkannya untuk pulang ke Thailand, Ia malah menangisinya.

"Off..." panggil Gun lirih.

"Aku baik-baik saja." Ucap Off sambil terisak.

Gun tak tahan lagi. Ia kini memeluk Off sambil setengah berjinjit. Berusaha menenangkan pria bertubuh tinggi itu agar tak menangis lagi. Namun justru dirinya sendiri yang kini ikut menangis bersama Off.

Sebenarnya ia sama sedihnya dengan Off. Tapi bagaimanapun juga ia harus pulang. Ayahnya, satu-satunya orang yang ia miliki sejak kecil hingga kini, sedang sakit. Ia tak ingin membiarkan ayahnya sendirian. Maka dari itu ia harus pulang. Walau sebenarnya ia juga masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Off. Namun ayahnya tetap nomor satu dalam hidupnya.

"Maafkan aku." Ucap Gun yang kini juga meneteskan airmatanya.

"Tidak apa-apa, Gun. Aku baik-baik saja." Ucap Off yang masih terisak sejak tadi. Ia tak balik memeluk Gun. Ia takut saat ia memeluk tubuh mungil itu, mungkin ia tak akan mampu untuk melepaskannya.

"Jika kita memang ditakdirkan bersama kita pasti akan bertemu lagi, Off."

"Aku akan selalu menunggu saat itu tiba."

"Bisakah kalian jangan menangis. Aku jadi sedih." Ucap Jane merusak momen haru itu. Gadis itu kini berkaca-kaca.

"Kau ini mengganggu momen kami saja." Ucap Gun sambil tersenyum walau air matanya masih mengalir. Ia melepaskan pelukannya dari Off lalu membawa Jane untuk turut berpelukan bertiga.

"Kalian pasti akan bertemu lagi. Jadi jangan menangis. Aku jadi ingin menangis juga." Jane kini merengek. Ia menangis juga namun dengan tangisan yang menggemaskan. Seperti bayi yang sedang merajuk meminta makan.

Jam 12 siang itu, pesawat menuju Bandara Suvarnabhumi lepas landas membawa Gun dan Jane pulang ke Thailand. Off masih disana, menatap keberangkatan pesawat itu. Merasakan jiwanya kembali kosong sejak Gun pergi dari sisinya. Baru saja ia merasa bahagia, namun kebahagiaan itu pergi begitu saja meninggalkan kekosongan dalam hatinya.

Tak jauh berbeda dengan Off, Gun kini masih menatap keluar jendela pesawat. Menyaksikan pemandangan Kota Roma dari udara. Hatinya masih tertinggal di sana. Bukan, bukan di kota itu. Tapi di hati orang yang saat ini ada di kota itu. Berat baginya untuk meninggalkan Off. Tapi lagi-lagi ia tak punya pilihan lain selain melakukannya.

Ia yakin, jika memang mereka ditakdirkan bersama maka mereka akan bertemu lagi. Entah di Thailand, Italy, Spanyol, bahkan di ujung dunia sekalipun. Jika memang Off diciptakan untuknya, maka ia akan bertemu lagi dengan Off suatu saat nanti.

"Semoga kita bertemu lagi, Off."

"Kita akan bertemu lagi, Gun."

• Journey to The End of The World •

Journey to The End of The World [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang