Tumbal Pesugihan (1)

1.5K 41 0
                                    

Narsum : Chandra Irawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Narsum : Chandra Irawan

"Kringggg.... Kringgg"  Tiba-tiba hp bapakku berbunyi, menyela yang sedang asik berbincang dengan bapak.

“Iya de... Ada apa?” tanya bapakku kepada si penelfon itu.

“Ohh ya sudah, saya tunggu dirumah ya” lanjutnya.

Setelah bapak menutup telp itu aku pun bertanya.

“Siapa pak?”

“Mamang mu... Katanya mau kesini”

“Oh... ya sudah kalau begitu pak.... Chandra keluar dulu”

“Ati-ati”

“Iya pak” pungkas ku seraya melangkahkan kaki keluar rumah.

Hari ini matahari bersinar sedikit malu-malu, berbeda dengan angin yang tanpa beban menerpa wajahku. Waktu yang tepat untuk bermain bola bersama kawan-kawan.

Oh iya, perkenalkan aku Chandra Irawan, tukang bercanda dan dermawan hahaha.

Sehari-hari aku hanya bertiga saja dengan Bapak dan Ibu. Biasanya Bapakku membantu Ibu diwarung yang letaknya lumayan agak jauh dari rumah kami. Terkadang aku pun membantunya, jika tak ada hal lain yang harus ku kerjakkan. Namun seperti yang aku katakan, hari ini begitu indah, sayang sekali jika harus terlewatkan begitu saja. Jadi kukumpulkan teman-teman dilapangan berumput yang biasa kami pakai untuk bermain bola.

Setelah puas menghabiskan waktu, aku pun memutuskan untuk pulang. Dari kejauhan terlihat kerumunan orang sedang berkumpul didepan rumahku. Takut sesuatu terjadi pada bapak, aku mempercepat langkah kaki ku, jantung berdebar dengan kencang.

Saat mendekati halaman rumah, tiba-tiba Mang cecep menarik tanganku.

“Chan... Jangan masuk kerumah... kamu langsung aja kerumah mamang.... nginep dirumah mamang ya malam ini” ujar Mang Cecep.

“Emang kenapa Mang?” tanyaku.

“Gini Chan... Tadi kan Mang Dadi ke rumah mu... Terus berantem gitu ama bapakmu” jelasnya

“Berantem gimana Mang?? Bapak ngak kenapa-napa tapi kan Mang?” Aku bertambah panik, bersiap ingin melihat kondisi Bapakku.

“Ehhh sabar atuh kasep”,tarik Mang Cecep “Bapak mah ngak kenapa-napa.... Tadi tengkar mulut aja sama bapakmu...” imbuh Mang Cecep sambil menggandengku menuju rumah nya.

“Sebenarnya ada apa sih Mang?” tanyaku penasaran.

“Tadi Bapak mu cerita ke Mamang... Kata nya Mang Dadi mengajak Bapak untuk pesugihan... Dan tumbal pesugihan itu harus anak kandung”

“Haaa??? Apa Mang Dadi sudah gila?” ujarku tak percaya dengan apa yang baru saja diceritakan Mang Cecep.

Memang sudah menjadi rahasia umum di kampungnya, kalau Mang Dadi suka dengan pesugihan atau hal-hal seperti itu. Tapi aku sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa sampai seperti itu.

“Itu dia Chan... Bapakmu jadi mengkelap.... Bapakmu udah coba nasehati Mamang mu itu, tapi sepertinya Mamang mu tetep kekeh”

“Sekarang Mang Dadi masih dirumah Mang?”

“Udah pulang pas tetangga pada dateng.... Mamang aja kaget denger suara bapak mu marah-marah” Mang Cecep menjelaskan panjang lebar kejadian tadi siang dan kenapa aku harus menginap ditempatnya sambil membawakan segelas minuman untuk ku.

Ada sedikit penyesalan yang tertinggal di hati ku, seandainya saja aku tadi dirumah. Tapi ya syukurlah Bapakku tidak kenapa-kenapa. Dengan perasaan gelisah, akhirnya malam itu pun aku tidur di tempat Mang Cecep.

****

Satu minggu setelah pertengkaran Bapak dan Mamang, kami kembali mendapatkan telpon dari salah seorang kerabat kami. Telpon yang mengabarkan berita duka. Melati, anak Mang Dadi yang pertama, meninggal dunia. Aku bersama Bapak dan Ibu pun langsung kerumah Mang Dadi.

Diperjalan menuju rumah Mang Dadi, tersirat sejuta tanya dibenakku. Terlebih saat Bapak bercerita, kalau baru dua hari yang lalu bapak bertemu dengan Melati yang sedang bermain dengan teman-temannya. Kenapa tiba-tiba? Apakah ini ada hubungannya dengan pertengkaran minggu lalu? Benarkah Melati, sepupuku yang baru 10 tahun itu sudah menjadi tumbal? ku tepis semua itu, tak ingin berprasangka buruk pada Mamang. Tak mungkinlah ia setega itu, hanya untuk kenikmatan duniawi ia mengorbankan putrinya.

Kumpulan Cerita HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang