Sumantenan (3)

393 25 0
                                    

Mengetahui hari sudah mendekati sholat magrib dan sudah turun gerimis, seorang wanita dengan baskom cucian dipinggulnya, segera memanggil anak keduanya, Tomo, untuk mengantarkan payung ke sawah. Belum sampai Tomo keluar rumah, seseorang sudah berada diambang pintu.

"Bu.... Itu Bapak sudah pulang." Tomo sedikit menaikkan suaranya agar terdengar.

Wanita itu, yang mendengar suaminya sudah pulang, buru-buru keluar dari dapur dengan segelas air putih. Diserahkan gelas yang dibawanya dan ia segera mengambilkan handuk.

"Ini Pak.... Ayo lekas mandi Pak, biar ndak sakit."

"Iya Bu." Jawab sang suami singkat sembari melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Wanita itu pun melanjutkan apa yang sedang dikerjakannya tadi, memasak makan malam. Makan malam yang sederhana untuk keluarga tercintanya.

"Loh.... Kok Bapak ngak siap-siap?" Tanyanya saat melihat suaminya sedang tiduran menonton TV.

"Siap-siap apa Bu?" Sang suami balik bertanya.

"Sholat magrib toh Pak."

"Ibu saja sama anak-anak Bu." Lanjutnya tanpa melihat kearah istrinya.

'Tumben.... Apa bapak sakit? Ahhh sudahlah.' Batin wanita itu heran melihat suaminya.

Suaminya bukanlah tipe orang yang meninggalkan sholat jika tak terpaksa sekali, saat sedang diperjalanan saja, suaminya selalu mencari masjid jika sudah mendekati waktu sholat.

Selesai sholat, keluarga kecil itu pun menyantap makan malam sembari bercengkrama diruang tamu, walaupun harus berdempetan. Malam semakin larut, wanita itu pun tak kuat lagi menahan kantuknya. Dia pun membawa badan lelahnya menuju pembaringan.

Dilihatnya wajah lain yang tak kalah menyiratkan guratan-guratan lelah. Rambutnya yang perlahan memutih dan tubuh yang tak lagi seperkasa dulu tengah berbaring dipembaringannya.

'Biasa tidur miring' batinnya lagi saat melihat hal lain yang tak biasa dilakukan suaminya, namun ia terlalu lelah untuk berfikir terlalu jauh. Dia pun langsung tertidur saat kepalanya menyentuh bantal.

"Pak bangun... Sudah subuh ini," ujarnya membangunkan suaminya, "Pak.... Hayo bangun." Namun tak ada tanda-tanda suaminya akan bangun, hanya suara ngoroknya yang terdengar. Dia pun meninggalkan sang suami untuk menunaikan kewajibannya sebelum memulai harinya.

Matahari sudah mulai meninggi, dia yang baru selesai menyapu halaman, mencoba membangunkan suaminya lagi. Tapi lagi-lagi hanya terdengar suara ngorok sang suami. Meski hati mulai tak tenang, namun ia masih tetap berfikir positif 'mungkin suamiku terlalu lelah'.

Namun sampai matahari telah sampai puncaknya, perasaan wanita itu pun semakin tak karuan karena suaminya belum juga bangun dari tidurnya. Terlebih ketika anak-anaknya silih berganti gagal membangunkan sang ayah.

"Le.... Coba kamu panggilkan Pak Agi." Perintah wanita itu pada Tomo.

Tomo yang mengikuti perintah sang ibunda, kembali kerumah setengah jam kemudian dengan membawa Pak Agi, mantri desa. Pak Agi mengecek kondisi suami wanita itu dengan seksama.

"Ini bapak pingsan bu." Perkataan Pak Agi membuat wanita itu dan keluarganya kaget bukan main.

"Tapi suami saya ndak apa-apa kan pak?"

"Tidak apa-apa Bu, kita tunggu saja sampai Bapak sadar," terangnya sedikit membuat lega, "kalau ada apa-apa panggil saya lagi ya Bu." Lanjut Pak Agi sekaligus berpamitan.

Jam berlalu hari berganti, suamunya masih tak sadarkan diri. Sampai hari ketiga, Pak Agi kembali dipanggil untuk melihat kondisi suaminya. Pak Agi menyarankan untuk membawa sang suami kerumah sakit terdekat agar kondisinya bisa lebih terpantau, tapi apa daya, kondisi keuangan keluarga mereka tak memungkinkannya.

Seminggu sudah sang suami tak sadarkan diri. Berita tentang sakitnya pun telah menyebar keseluruh desa. Satu persatu tetangga membesuk kerumahnya, tak terkecuali Pak Iksan, guru mengaji gadis kecilnya. Saat Pak Iksan melihat kondisi bapak dari anak didiknya, seketika dahinya mengkerut, seperti orang yang sedang berfikir.

"Kenapa Pak?" Tanyanya setelah melihat gelagat Pak Iksan.

"Maaf sebelumnya Bu, sebelum Bapak seperti ini, memangnya beliau dari mana?"

"Dari sawah Pak. Memang ada apa toh Pak?" Tanyanya semakin khawatir.

"Begini Bu...." Pak Iksan menjelaskan perihal yang sedang terjadi kepada suaminya itu. Mendengar penjelasan Pak Iksan, yang memang dikenal memiliki kebatinan yang kuat, ia hanya bisa menangis sambil menatap wajah suaminya.

*****

Kumpulan Cerita HorrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang