"Huaaammmm" Pak Min menggeliatkan tubuhnya, tangannya meregang keatas beberapa saat. Saraf-sarafnya membangunkan sistem motorik sensorik dalam tubuhnya. Dia duduk dan mengucek-ngucek matanya.
"Bapaakkkkk...." Teriak gadis kecil itu memecahkan kesunyian yang tiba-tiba hinggap diruangan itu, sembari berlari kepelukan bapaknya.
"Lohhh Indah.... Ibu?? Kok kamu bisa disini?" Tanya Pak Min bingung.
"Alhamdulillah ya Allah.... Akhirnya kamu bangun juga Pakkk!" Seru Bu Min memeluk suaminya, dan diikuti satu persatu anaknya.
"Lohh loh.... orang aku baru tidur sebentar kok.... Lagian kok kalian bisa disini?" Ujarnya masih belum menyadari keadaan.
Pak Agi dan Pak Iksan yang memang sejak pagi sudah berada dirumah mereka, menyeruak masuk ke kamar Pak Min setelah Tomo memberitahu mereka keadaan Pak Min. Ucap syukur yang sama pun keluar dari mulut kedua pria, yang hampir disetiap waktu senggang mereka, bergiliran melihat kondisi Pak Min.
"Jadi awal kejadiannya bagaimana toh Pak?" Tanya Pak Iksan setelah Pak Min dan keluarganya tenang.
"Waktu itu saya pulang dari sawah lewat sumantenan pak, lalu ketemu Pak Adanu dan ditawari kerja....." Pak Min menceritakan kronologi kejadian dari awal dia bertemu Adanu sampai saat ia tertidur dan tiba-tiba terbangun dirumahnya sendiri.
"Bapak itu sudah empat puluh hari tak sadarkan diri Pak" Ujar Pak Agi.
"Masa empat puluh hari Pak? Orang saya hanya ditawari kerja sepuluh hari kok."
"Alam kita dan mereka itu beda Pak." Pak Iksan menambahkan.
"Jadi maksud kalian, saya beneran tidak sadarkan diri selama empat puluh hari? Dan selama itu saya dialam lain?" Tanya Pak Min dan dijawab kompak dengan anggukan kepala Pak Iksan, Pak Agi dan keluarga Pak Min.
Dalam kebingungan, Pak Min merogoh saku yang berada dibawah bajunya. Ia semakin terkejut ketika mendapati bungkusan yang diberikan oleh Tetua desa masih ada. Dikeluarkannya bungkusan itu dari saku baju dan ditunjukkan pada Istri dan kepada mereka yang ada dikamarnya.
"Apa itu Pak?" Tanya Bu Min yang juga terkejut, pasalnya, selama ini ia selalu mengganti pakaian suaminya.
"Ini bungkusan yang diberikan Tetua desa sebelum bapak pulang kerumah Pak Adanu, Bu." Jelasnya, membuat siapapun yang mendengar terkejut.
Pak Min menatap bungkusan yang dibungkus dengan kertas buku yang telah menguning itu. Dengan perlahan Pak Min membuka bungkusan itu, "Allah huakbar!" seru mereka bersamaan saat melihat isi bungkusan itu, ternyata segepok uang sepuluh ribuan.
Seminggu setelah kejadian itu, Pak Min dan keluarganya mengundang anak-anak panti dan penduduk desanya untuk acara syukuran kecil-kecilan dirumahnya, menggunakan uang yang ia terima dari Tetua desa sebagai upah kerjanya selama sepuluh hari di alam lain. Sisanya ia pergunakan untuk keperluan pendidikkan anak-anaknya.
Setelah mengantarkan besekan ke salah seorang tetangganya, yang tak dapat datang ke acara syukuran yang ia adakan, Pak Min berhenti sejenak didepan jalan setapak yang mengarah ke dalam kebun sumantenan, "Siapapun kamu, terimakasih telah membantuku dan mengembalikkanku pada keluargaku." Batin Pak Min dan berjalan pulang dengan hati penuh syukur.
-End-
=====
Apa yang dianggap tak ada bisa jadi ada,
apa yang dianggap ada bisa jadi tak ada.
Karena sesungguhnya, masih banyak hal lain yang tak dapat dijangkau oleh sebagaian, namun telah dijangkau oleh sebagian yang lain.Terimakasih untuk Mbak Nisa dan para pembaca. Semoga kalian menikmati cerita kali ini. Sampai jumpa dicerita lainnya.
Saya Nesia, undur diri 🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Horror
HorrorKumpulan Cerita-Cerita Horror Yang diangkat dari kisah nyata