Di sinilah aku sekarang. Berada di kamar Taehyun. Hari sudah mulai gelap, tapi aku enggan untuk pulang. Tadi siang, Taehyun sudah menelfon bunda, jika aku sedang berada di rumahnya untuk menenangkan diri. Dan bunda mengizinkan aku untuk menginap.
Saat ini Taehyun sedang di dalam kamar mandi. Aku yang memaksanya mandi. Bisa-bisanya sudah hampir setengah tujuh malam dan ia tidak akan berangkat mandi jika tidak aku suruh. Dasar manusia jorok.
Sekedar informasi, kamar mandi Taehyun ada di samping dapur. Cukup jauh bukan?
Aku sendiri sedang membaca novel miliknya sambil duduk di depan meja belajar Taehyun.
Gelak tawaku pecah ketika membaca adegan yang lucu. Tanpa sengaja tanganku menyenggol gelas berisi teh hangat yang sudah mulai dingin. Langsung saja teh tersebut membasahi celana panjangku.
"Loh, tumpah," ucapku seperti tidak melakukan kesalahan apapun.
Dengan refleks, aku meraba celanaku untuk memastikan bagian mana saja yang basah karena air teh.
"Burungnya masih ada disitu kok, takut banget kalau ilang ya? Sampe dicariin sambil raba-raba gitu," celetuk Taehyun tang ternyata sudah ada di depan pintu.
Sontak saja aku terkejut dan jatuh dari kursiku. Bukannya menolongku, Taehyun malah tertawa melihat aku terjatuh.
"Dasar ceroboh."
"Ish Tae, sakit tau. Mana celanaku basah semua ketumpahan teh. Kamu sih taruh teh kok diatas meja belajar," omelku sambil berusaha untuk kembali berdiri.
"Kok gue yang salah?"
"Ya nggak tau. Pokoknya kamu yang salah."
"Yaudah iya. Terus celana lu gimana? Basah sampe ke dalam nggak?"
"Kayaknya sih iya, rasanya dingin."
Dia berjalan mendekat, tanpa aba-aba tangannya memegang celanaku. Dengan cepat aku menepis tangannya.
"Nggak sopan, pegang-pegang," protesku.
"Eh bukan gitu, gue cuma pengen ngecek, celananya basah banget apa nggak."
"Basah banget tau. Kan udah aku bilang, basahnya sampe ke dalam."
"Yaudah, pake celana gue aja ya. Gue punya celana training yang lama gak kepake," ucapnya sambil berjalan menuju lemari.
"Terus celana dalamnya gimana? Masa aku pinjem juga? Kalau gak ganti, nanti aku digigit semut dong."
"Buat sementara gak usah pake dulu. Namanya juga keadaan darurat."
"Malu," lirihku sambil memainkan ujung jariku.
"Udah gausah malu, kayak sama siapa aja," jawabnya.
Setelah Tae memberikan celana yang ada di dalam lemari kepadaku. Aku langsung membilas tubuhku di kamar mandi dam mengganti celanaku dengan punya Taehyun.
Saat aku kembali ke kamar, ternyata Taehyun sudah selesai mengepel teh yang ada di lantai. Ia sedang berbaring sambil fokusnya pada ponselnya.
"Serius amat, lagi lihat apa?" tanyaku.
"Lagi main game, sini tiduran di samping gue."
"Ngapain?"
"Biar apa coba?"
"Ya biar anget aja."
"Dasar gila."
Apa-apaan, bisa-bisanya dia memintaku untuk tidur di sebelahnya. Karena aku tidak kunjung menuruti ucapannya, Taehyun menarik tubuhku dan memeluknya erat. Ponsel yang sedari tadi ia mainkan tergeletak begitu saja di atas kasur.
"Jangan peluk-peluk ih."
"Siapa yang ngelarang? Sesama teman boleh berpelukan tau," jawabnya dengan nada menyebalkan.
Sialnya kaki Taehyun berada tepat di atas area sensitifku. Dan aku tidak bisa bergerak untuk memindahkan kakinya. Tanganku terkunci oleh pelukan Taehyun.
"Tae kakimu berat," protesku. Sebenarnya kakinya tidak benar-benar berat sih, aku hanya mencari alasan.
"Gak kok, sejak kapann kaki gue berat."
Damn, dia malah menggerak-gerakkan kakinya. Taehyun, aku benci kamu.
"Minggir!" Seru ku sambil mendorong tubuhnya menjauh.
Taehyun keheranan melihatku. Tapi hal itu tidak bertahan lama, karena setelahnya ia langsung tertawa terbahak-bahak. Dasar teman sialan.
"Iya iya bawel, nih gue jauhan."
"Bodo, aku ngambek sama kamu."
"Gyu, udah lama kita ga ciuman. Ayo ciuman," ucapnya tanpa memikirkan keadaan jantungku.
"Gak, gak mau. Napas mu bau bangkai kapal," tolakku sambil tidur membelakanginya.
"Sekali aja kok."
"Nggak mau."
"Yaudah deh," ucapnya pasrah. Membuatku merasa tidak tega.
"Yaudah, dikit aja ya?"
Aku membalikkan tubuhku, dan duduk diatas perutnya. Jantungku berdetak sangat kencang. Sekali lagi keraguan itu muncul. Apakah wajar sesama teman melakukan hal itu?
Tapi lagi dan lagi, logikaku tidak berdaya. Perlahan aku menundukkan badanku dan melumat bibir bawah Taehyun.
Tidak puas dengan lumatanku, Taehyun mendorong kepalaku semakin mendekat, lidahnya dengan bebas menjelajahi setiap inchi dari rongga mulutku.
Ketika mulai kehabisan napas, ia melepaskan tautan kami dan kembali melumat bibirku tanpa jeda. Membuat suara kecapan kami terdengar di seluruh penjuru kamar.
Tidak hanya itu, kini tangannya telah meremas benda kenyal di bawah sana. Ya, ia memainkan pantatku. Membuat tubuhku merasakan hal yang aneh. Aku, nafsu kepada Taehyun? Itu tidak mungkin, kami sama-sama laki-laki.
Kegiatan kami terhenti ketika terdengar suara dering dari ponsel Taehyun. Ketika aku akan turun dari atas tubuhnya, ia menahanku.
"Disini aja," ucapnya sambil menjawab panggilan telepon.
"Tae aku laper," lirihku ketika sambungan teleponnya dimatikan.
"Mau makan apa? Gue cuma punya supermi sama telur di kulkas."
"Ayo masak mie," ajakku sambil turun dari atas tubuhnya dan menarik kedua tangan Taehyun agar segera bangkit dari tempat tidur.
Kami memasak berdua di dapur. Sudah seperti pasangan suami istri saja.
Kini kami sedang menikmati makanan satu sama lain. Aku dengan mie kuahku dan taehyun dengan telur mata sapinya.
"Tae, coba icip telur kamu dong, kayaknya enak tuh telur gorengnya," ucapku.
Tiada ku duga, ia menyuapkan satu sendok telur ke mulutku. Seperti yang terlihat, telur goreng buatannya memang enak.
Seusai makan, kami bersiap untuk tidur. Tapi sebelum itu, si manja Taehyun memintaku untuk mengusap rambutnya. Katanya karena ia merindukan ibunya. Dulu ketika Tae masih kecil ibunya selalu mengusap kepala Taehyun sebelum tidur.
Tidak butuh waktu lama untuknya tertidur. Ia terlihat seperti anak kecil jika sedang tidur, lucu sekali. Perlahan aku menaikkan selimutnya, dan mengecup bibir Taehyun.
"Terimakasih, kamu sahabat terbaikku," bisikku di telinganya sebelum ikut memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Masa Gitu [ Taegyu End ]
FanfictionKita hanya teman, hanya sebatas teman. Dan akan terus seperti itu. Apapun yang kita lakukan, aku akan menganggapnya sebagai hal yang wajar dilakukan oleh seorang teman. Perihal rasa, aku sendiri tidak paham seperti apa perasaanku padamu. Mungkin kam...