8

695 122 21
                                    

Dari kejauhan aku melihat papa berjalan menuju ke arahku. Raut wajah beliau terlihat sangat cemas. Aku jadi merasa sangat bersalah.

"Nak kamu gapapa kan?" tanyanya begitu tiba di samping tempat tidurku.

Aku hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan papa. Beliau menyentuh tanganku yang terbalut perban. Aku bisa melihat bulir air mulai menggenang di matanya.

"Cepet sembuh ya nak," ucapnya seraya menaikkan selimutku.

"Om, Tae mau cari air buat kompres kaki Beomgyu dulu ya. Kakinya bengkak." Setelah mengatakan hal itu, Taehyun langsung pergi. Entah kemana ia mencari air jam segini.

Karena penasaran papa menyingkap selimut yang menutupi kakiku. Papa dan aku bisa melihat dengan jelas jika kakiku sedikit bengkak, dan ada perban yang terbalut di lututku. Sepertinya aku mengalami luka di sana.

"Mau makan? Papa barusan beli roti sama susu buat kamu."

"Nanti aja, beom ngga laper."

"Nanti, kalau papa tinggal kamu gapapa? Ada kerjaan yang harus papa urus besok. Maaf banget ya nak, kali ini kerjaan papa bener-bener nggak bisa ditinggal. Tadi di perjalanan papa udah bilang sama Taehyun, dan katanya dia siap jagain kamu di sini."

Sekali lagi aku hanya mengangguk. Dan suasana pun kembali menjadi canggung antara aku dan papa. Aku jadi teringat akan bunda. Bunda pasti sangat kuatir melihat kondisiku saat ini. Apakah bunda tau aku mengalami kecelakaan?

"Oh iya, papa janji pas kamu pulang dari rumah sakit, bunda udah ada di rumah," ujar papa. Beliau mengatakan hal itu dengan pandangan fokus ke ponsel miliknya. Apakah papa benar-benar sibuk hari ini?

"Beneran?" tanyaku memastikan.

"Iya nak."

Aku melihat Taehyun yang datang dari kejauhan membawa mangkok stainless berisi air. Ia meletakkan mangkok tersebut di atas ranjangku, dan mengambil sapu tangan yang biasa dibawanya kemana-mana. Dengan penuh perhatian, ia membasahi sapu tangan tersebut dan meletakkannya di kakiku.

Berkat kompresan dari Taehyun, rasa sakit di kakiku perlahan memudar.  Kuusap kepala Taehyun dengan satu tangan, usapan tersebut sepertinya membuat Taehyun menatap kearahku.

"Terimakasih Tae," ucapku dengan tulus.

"Masih sakit?"

"Habis di kompres rasanya udah nggak seberapa sakit lagi. Makasih ya."

***

Aku terbangun dan tidak melihat Taehyun di sampingku. Aku panik mencari keberadaan Taehyun, ternyata ia sedang tidur di lantai samping ranjangku.

Dengan susah payah aku berusaha untuk duduk dan menjatuhkan selimutku tepat di tubuhnya. Taehyun pasti kedinginan di bawah sana.

Tapi sepertinya usahaku untuk menyelimutinya malah membuat Tae terbangun. Ia langsung berdiri dan memberikan selimut itu padaku.

"Tae, maaf udah bikin kamu kebangun."

"Gapapa, lagipula ngapain selimutnya dikasih ke gue? Mending lu pake sendiri, biar gak makin sakit."

"Tae, peluk," rengekku sambil menjulurkan tangan.

Tanpa basa-basi, Tae langsung memeluk tubuhku erat. Jemarinya dengan lembut mengusap punggungku. Aku bisa merasakan napasnya dari jarak sedekat ini. Pelukannya terasa sangat hangat.

Setelah beberapa menit, Tae melepaskan pelukannya dan menatapku hangat. Entah mendapat dorongan dari mana, aku langsung mengecup bibirnya.

Telinganya langsung memerah dan is membuang muka dariku. Melihatnya seperti itu, aku tidak bisa menahan tawaku. Taehyun benar-benar lucu.

"Gyu, ini di tempat umum," protesnya.

"Lalu kenapa? Sudah lama aku tidak menciummu. Aku merindukan bibirmu, Tae."

"Oh iya, mau makan? Dari tadi malam lu belum makan kan?"

"Suapin," punyaku.

"Kan yang sakit tangan kiri lu, masih ada yang kanan buat makan."

"Ish, nggamau makan sendiri, aku maunya disuapin." Aku terus merengek agar Taehyun menyuapiku.

Dan aku berhasil, Taehyun menyuapkan Roti yang dibeli papa sedikit demi sedikit. Tiba-tiba terpikirkan hal jail di kepalaku. Ketika Taehyun menyuapkan roti ke mulutku, dengan sengaja aku menggigit jarinya.

"Akh!" Pekiknya.

"Maaf, aku sengaja, hehehe."

Bukannya marah, Taehyun malah mengacak rambutku. Ia tampak kesal tapi tetap tertawa. Dasar Taehyun.

***

Di tengah malam aku terbangun, dengan masih setengah sadar ku coba untuk membangunkan Taehyun dengan menggoyangkan tangannya.

"Tae, anterin aku ke kamar mandi," ajakku begitu dia membuka mata.

Taehyun mengusap matanya dan menguap sebelum akhirnya membantuku berjalan. Rasa nyeri menjalar di kakiku disetiap langkah yang ku lakukan. Setibanya di kamar mandi, aku minta agar Taehyun ikut masuk ke dalam bilik kamar mandi.

Beruntunglah aku karena wc di dalam bilik kamar mandi adalah wc duduk. Dengan bantuan Taehyun aku duduk disana.

"Tae, mau cium." Ucapku begitu Taehyun menutup pintu kamar mandi.

"Hah apa?" Taehyun yang masih mengantuk sepertinya tidak bisa memahami perkataanku.

"Aku mau cium clup clup enak gitu."

Wajahnya langsung tersipu malu. Dengan pipi yang masih memerah, ia mendekatkan wajahnya dengan wajahku dan mengecup bibirku sekilas.

Sesaat sebelum Taehyun menjauhkan wajahnya,  aku langsung menahan tengkuk Taehyun dengan salah satu tanganku dan langsung melumat bibirnya.

Meski sedikit kaget, akhirnya Taehyun juga membalas lumatanku. Kami saling melumat dan menautkan lidah.

Ditangkupnya pipiku, lalu ia melepaskan ciumannya. Menyisakan benang-benang saliva diantara bibir kami.

Ku kecup bibir Taehyun sekali lagi sebelum akhirnya ia benar-benar menjauhkan kepalanya dari wajahku.

"Saat sakit pun, bibir lu tetap manis," pujinya sambil mengacak rambutku.

"Tae ayo balik."

"Loh, gak jadi pakai kamar mandi?"

"Ngga, sebenernya aku cuma pengen cium kamu. Makanya ngajak kamu ke kamar mandi.

"Lu pengen ciuman pas tengah malem gini?"

"Iyaa? Emang salah? Ngga kan?"

Tanpa menjawab lagi, akhirnya Taehyun membantuku berjalan kembali ke tempat tidurku. Ia terus mengusap rambutku sebelum aku kembali tertidur.

Teman Masa Gitu [ Taegyu End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang