7

691 124 7
                                    

Sudah 3 hari berlalu, tapi bunda belum mau menjawab chat maupun teleponku. Aku sangat sedih dan cemas. Ingin rasanya aku segera berangkat ke kampung halamannya. Tapi Taehyun tidak mengizinkanku untuk berangkat sendirian. Ia pun belum bisa mengantarku.

Selama tidak ada bunda, aku semakin jarang keluar kamar, makanku tidak teratur dan pikiranku sangat kacau. Aku bahkan tidak ingin bertemu dengan Taehyun sebelum ia bersedia mengantarku.

Cukup sudah aku menunggu. Aku sangat ingin menemui bunda, dan aku akan bertemu dengannya hari ini juga.

Aku sama sekali tidak memperdulikan ucapan Taehyun lagi, dan membulatkan tekat untuk berangkat hari ini juga. Dengan membawa ransel berisi beberapa pasangan pakaian, aku bahkan tidak berpamitan pada papa. Sama halnya dengan Taehyun, papa pasti melarangku.

Kebetulan sore ini Taehyun belum pulang kerja, jadi aku tidak perlu takut ketahuan olehnya. Setelah memesan ojol, aku berangkat menuju terminal untuk menaiki bis yang menunju ke kampung halaman bunda.

Kampung halaman bunda lumayan jauh, jika aku berangkat sore hari, mungkin aku akan tiba di sana sekitar pukul lima pagi.

***

Sudah tiga jam bis yang ku tumpangi melaju. Rasa kantuk mulai menghampiri. Aku sengaja menarik ponselku, karena sedari tadi papa dan Taehyun terus menelponku. Mereka pasti menyadari aku sudah tidak ada di rumah.

Baru saja aku hampir terlelap, tiba-tiba aku merasakan bis yang ku tumpangi kehilangan kendali. Membuat tubuhku terlempar kesamping, penumpang di sampingku tak dapat menahan keseimbangan tubuhnya dan menimpaku.

Rasanya sakit sekali, keadaan sangat kacau, tubuhku terguncang dan terlempar. Kepalaku terbentur kaca bus dengan sangat keras. Hingga bis berhenti terguncang, tubuhku terasa sangat lemas. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhku.

Samar-samar aku mendengar teriakan minta tolong dan tangisan. Hingga lama kelamaan suara itu memudar dan aku tidak bisa melihat apapun.

***

Suara tangisan bayi yang sangat nyaring mengagetkanku, mataku sangat berat untuk dibuka. Aku merasakan ada hal aneh di tangan dan kakiku. Sebenarnya apa yang terjadi?

Mataku berhasil terbuka beberapa detik kemudian. Aku berada di rumah sakit bersama beberapa orang lainnya. Tangan kananku terbalut perban dan entah benda apa yang ada di sana. Membuatku tidak bisa menggerakkannya.

"Suster," panggiku pada seorang berseragam putih yang kebetulan berjalan di depanku.

"Ada yang bisa dibantu?"

"Anu, apa yang terjadi padaku?"

"Bis yang kamu tumpangi mengalami kecelakaan dan jatuh ke jurang. Tulang hasta di tangan kirimu mengalami patah tulang dan beberapa luka ringan lainnya."

Aku mengangguk paham, setelahnya perawat tersebut pun melanjutkan langkahnya. Lalu sekarang apa? Aku harus bagaimana?

Ah, ponselku. Terkahir aku menaruhnya di dalam saku. Dengan satu tangan aku coba mengambil ponselku di saku celana.

"Ya tuhan, layarnya hancur. Apakah ini masih bisa digunakan?" gumamku setelah melihat keadaan benda pipih tersebut.

Untungnya ponselku masih bisa dinyalakan. Aku melihat jam yang terpampang di layar. Ternyata sekarang sudah tengah malam.

Teman Masa Gitu [ Taegyu End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang