9

683 122 11
                                    

Hari ini aku sudah diperbolehkan pulang. Aku sangat senang karena akhirnya aku bisa pulang dan bertemu dengan bunda. Dua hari di rumah sakit membuatku sangat bosan.

Walaupun aku belum bisa berjalan dengan lancar, tapi dokter yang memeriksaku berkata jika besok atau lusa luka memar dan bengkak di kakiku akan sembuh.

Dengan berpegang pada lengan Taehyun, aku berjalan menuju tempat parkir. Papa meninggalkan mobilnya di tempat parkir agar aku bisa pulang dari rumah sakit dengan nyaman. Di dalam mobil, aku duduk di sebelah kursi kemudi.

Pada usianya yang baru menginjak 19 tahun, Tae sudah memiliki SIM dan mahir mengemudikan mobil. Jadi aku tidak perlu takut ketika harus pulang bersamanya.

"Tae, pasangin sabuk pengamanku dong," pintaku sambil memberikan senyum termanisku.

Ia mendekatkan tubuhnya padaku lalu memasangkan sabuk pengaman. Ketika wajahnya berada di dekat wajahku, aku mencium pipi kirinya. Hal itu membuat Taehyun langsung menoleh kearahku.

Tanpa ku duga, ia malah memberikan kecupan di bibirku. Mataku langsung terbuka lebar dan tanganku refleks mendorong tubuhnya. Aku benar-benar terkejut ketika ia melakukannya secara tiba-tiba.

"Sabuk pengamannya belum terpasang, udah main dorong dorong aja," protesnya sambil kembali mendekatkan tubuhnya untuk memasang sabuk pengaman.

"Siapa suruh cium bibirku. Aku kan malu."

"Siapa yang mulai duluan?" Sial, dia membalikkan omonganku. Sekarang aku tidak bisa mengelak lagi.

"Iya, aku yang mulai, aku yang salah."

"Mau morning kiss?"

Astaga naga, Tae benar-benar sudah kehilangan kewarasannya. Bisa-bisanya dia membuat jantungku berpacu sangat cepat hanya dengan satu kalimat.

"Dari responnya, lu gak bakal nolak kan?"

Dasar gila, siapa yang mau menolak ciuman darimu Tae. Demi kerang ajaib dan bapaknya Khong Guan, aku gak bakal bisa nolak.

Di dalam mobil kami berciuman, kami sudah tidak peduli lagi ada berapa orang yang sedang berada di parkiran. Tempat ini, ah tidak. Dunia ini seperti hanya milik kami berdua.

Dengan bibir yang saling bertaut, dan lidah yang saling bersentuh aku menyalurkan perasaan yang tak seharusnya aku miliki.

Tiap lumatan yang diberikannya membuatku ingin merasakannya lagi dan lagi. Bibir Taehyun sudah menjadi candu bagiku. Lalu, bagaimana aku bisa berhenti?

Dengan masih berciuman, Taehyun menekan tengkukku. Ia ingin kami memperdalam ciuman. Setelah napas kami mulai tersengal, Taehyun melepaskan ciumannya.

Keringat bercucuran di dahinya, membuat jantungku semakin berpacu. Melihatnya dengan jarak sedekat ini, rasanya aku sudah hampir gila.

Bukannya melajukan mobil yang kami tumpangi, Taehyun malah membuka dua kancing bajuku. Membuat dadaku sedikit terekspos.

Tanpa meminta persetujuan dariku, ia menjilat dan menghisap kulit leherku. Membuatku memejamkan mata karena merasakan sensasi aneh.  Sebuah tanda kemerahan ia tinggalkan di leherku.

"Ungg, Tae...."

Aku ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi ia tidak memberiku kesempatan untuk bicara.

Setelah memasang kembali kancing bajuku, Taehyun langsung melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Berlagak seolah tidak terjadi apapun.

Selama di perjalanan, aku terus memegangi dadaku. Tepatnya di tempat Taehyun membuat kissmark. Aku merasa senang tetapi juga takut.

"Tae," panggilku dengan nada pelan.

"Maaf, tadi gue kelewatan."

Aku hanya menunduk tidak berani menatap matanya. Andai saja dia tau kalau aku menyukai perlakuannya barusan.

Sepertinya aku benar-benar menyukai Taehyun. Tapi seperti yang kita semua tau, kami sama dan tidak akan pernah bersama. Untuk perasaanku padanya, biarlah hanya aku yang tau. Aku tidak ingin Tae menjauhiku karena hal itu.

"Gyu, lu marah ya sama gue? Maaf ya, janji nggak bakal gue ulangi lagi."

"Sans aja Tae, katamu sesama teman wajar jika berciuman."

"Nggak, nggak wajar sebenernya. Tapi gue bilang gitu biar bisa cium lu."

Hampir saja jantungku lepas dari tempatnya. Aku sangat terkejut mendengar pernyataannya. Apakah Tae mengatakan hal itu secara sadar? Tidak, tidak. Sepertinya aku yang sedang berhalusinasi.

"Tae, maksudnya?"

"Udah, jangan dipikirin lebih lanjut. Mending lu tidur aja, biar ga kecapean di perjalanan."

"Tapi Tae."

Ah sudahlah, jika Taehyun berkata tidak ingin membahas lebih lanjut, maka dia tidak akan pernah membahasnya lagi. Ia seorang yang konsisten.

Selama di perjalanan kami tidak saling bicara. Entah kenapa, suasana menjadi canggung. Rasa kantuk pun tak kunjung datang padaku. Aku yang biasanya banyak bicara, mendadak tidak tau harus mengatakan apa untuk membuka percakapan.

Diam-diam ku pandangi wajahnya. Taehyun terlihat tampan jika dilihat dari samping. Sayangnya dia tidak akan pernah bisa ku miliki.

Daripada suasana terus canggung akhirnya kupejamkan mata. Siapa tau dengan berpura-pura tidur, rasa kantuk bisa benar-benar datang padaku.

Sepuluh menit sudah aku memejamkan mata, tapi rasa kantuk sialan itu tidak kunjung datang. Aku ingin tidur selama di perjalanan, tetapi kenapa aku tidak bisa tertidur juga.

"Gyu," panggil Taehyun seperti sedang memastikan apakah aku sudah tertidur.

Tak ingin membuat suasana kembali canggung, aku sengaja tidak menjawabnya. Membiarkan Taehyun benar-benar mengira bahwa aku sudah tertidur.

Suasana kembali hening, sepertinya Taehyun hanya memastikan aku sudah tertidur. Lagipula aku berharap apa darinya?

Mobil yang dikendarai Taehyun berhenti, sepertinya kami sedang berada di lampu merah. Aku bisa merasakan Taehyun menggenggam tanganku. Jemarinya bertaut dengan jemariku. Hingga mobil kami berjalan, Taehyun belum melepaskan genggamannya.

Dalam situasi ini, jantungku berdetak sangat cepat. Tapi aku sama sekali tidak berani membuka mata. Aku menahan senyum yang sudah akan terkembang di bibirku. Semoga saja Taehyun tidak menyadarinya.

Mobil terus berjalan dengan kecepatan rendah. Hingga saat Taehyun melepaskan genggamannya, ia menaikkan kecepatan mobil. Hari ini aku mendapatkan kesempatan yang tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

Sebagai gantinya teman bicara, Taehyun memutar musik di dalam mobil. Alunan lagu memenuhi seisi mobil. Karena merasa lelah terus berpura-pura tidur, akhirnya aku membuka mata. Kami sedang berada di jalan tol.

"Loh sudah bangun?" tanya Taehyun dengan mata masih berfokus pada jalanan di depan kami.

"Iya." jawabku singkat.

"Musiknya bangunin lu ya? Maaf ya Gyu, gue puter musik biar nggak ngantuk."

"Aku bangun bukan karena suara musik kok, tapi karena pengen bangun aja."

Begitulah percakapan singkat kami berakhir. Baik Taehyun maupun aku tidak ada yang membuka percakapan lagi.

Teman Masa Gitu [ Taegyu End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang