Tiga puluh ribu dolar sebenarnya bukan jumlah yang besar untuk seorang Park Jong Gun. Tapi, hei, dirinya masih menghargai uang! Meski beberapa waktu dirinya dan teman rambut kuningnya berpesta di club atau bahkan yacht dengan perempuan-perempuan itu, setidaknya nominalnya telah ditentukan dan dia tahu apa yang dia dapat.
Tapi, mengeluarkan uang–tiga puluh ribu dolar–tanpa 'peringatan', rasanya jadi susah menikmati hidangan fine dining yang sedang ia santap. Mau bagaimanapun, Jong Gun tidak seperti Joon Goo yang lebih senang menghambur-hamburkan uang hanya untuk kesenangan.
"Kita bisa menghubungi CEO Choi untuk tiga puluh ribu dolarnya," kata Eleanor tiba-tiba. Meletakkan peralatan makannya ia menatap Jong Gun. Lantunan musik klasik terdengar menggema dalam ruang dan denting peralatan makanan yang saling berbentur menjadi backsound, sehingga tidak perlu khawatir percakapan mereka terdengar oleh orang lain.
Entah mengapa ucapan Eleanor yang seakan tahu kecamuk isi pikiran Jong Gun, malah membuat ego Jong Gun seakan terketuk. "Tiga puluh ribu dolar jumlah yang kecil untukku," ucapnya pada akhirnya, berbanding terbalik dengan kegusarannya.
Eleanor hanya menganggukkan kepala, acuh tak acuh, tidak membalas perkataan Jong Gun dan mengalihkan perhatiannya kembali pada meja keluarga He.
"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Jong Gun pada Eleanor yang masih sibuk memandang meja keluarga He selayaknya pemangsa mengincar mangsanya. Jas Tom Ford miliknya masih tersampir pada pundak Eleanor, tampak sangat kebesaran. Namun, dengan tatapan milik perempuan itu, dan kontras warna jas dengan gaun merahnya, serta kilap cahaya dari lampu gantung kristal yang menyinari wajah itu, rasanya semuanya tidak masuk akal. Berbeda jauh dengan perempuan yang biasa ia temui di apartemen kecil pada lantai tiga. Sebab, Jong Gun dapat mengatakan bahwa Eleanor menawan pada malam itu.
Ya. Dalam pikirannya, seorang Jong Gun dapat langsung mengatakan bahwa Eleanor menawan pada malam itu. Menawan. Bukannya mengatakan, cantik atau tampan, rupawan atau buruk rupa, seperti sebagaimana dirinya biasa mengkategorikan seseorang berdasarkan penampilan. Aneh, pikirnya. Kata menawan, adalah kata yang paling jarang ia pakai, karena biasa ia konotasikan dengan kemampuan seseorang dalam bela diri atau seberapa kuat orang itu–dan ia jarang sekali bertemu dengan orang yang dapat membuatnya memuji dengan kata 'menawan'. Tapi, bahkan pada malam itu Eleanor tidak sama sekali melakukan teknik bela diri.
"Gun, lady He dan tuan He pergi!" seru Eleanor dengan suara kecil, refleks ia berdiri dan membuat Jong Gun sedikit terkejut.
Tanpa sadar Jong Gun meraih tangan Eleanor dan menggenggamnya. Sadar bila banyak pasang mata pada meja itu sedang memandang ke arah mereka. Maka ia berimprovisasi dengan bertanya sedikit keras, "Apa kau perlu sesuatu, Koibito?"
Dari balik topengnya Eleanor mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Jong Gun. Tidak mengerti apa arti kata terakhir, tapi mengerti mengapa Jong Gun bertanya demikian. Oleh karena itu ia menjawab, "Maafkan aku, aku perlu ke belakang, dapatkah kau menemaniku?"
"Tentu saja, Koibito," balas Jong Gun dan ia sedikit menundukkan kepala kepada tamu-tamu yang berada satu meja dengannya, kemudian beranjak pergi bersama Eleanor.
"Kira-kira kenapa mereka pergi di tengah acara?" tanya Eleanor ketika mereka berjalan meninggalkan hall utama dengan masih mengawasi kepergian tuan dan lady He dari jarak jauh.
"Entahlah," jawab Jong Gun singkat.
Eleanor mengayunkan genggaman tangan mereka pelan, kemudian ia bertanya lagi, "Ngomong-ngomong apa arti dari 'Koibito'?"
Memincingkan mata mendengar pertanyaan itu. Bahkan sejujurnya Jong Gun tidak habis pikir mengapa improvisasinya memilih panggilan itu untuk Eleanor dan tidak tahu mengapa rasanya canggung bila memberi tahu arti sebenarnya. Alih-alih menjawab, ia malah balik bertanya, "Apa itu penting sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[LOOKISM] IF WE WERE VILLAINS | IND Ver.
FanfictionPark Jong Gun adalah sebuah ketakutan yang terbentuk dari gemerlap kota Seoul. Diusianya yang baru menginjak sembilan belas tahun, dirinya memiliki segalanya. Menjadi otak di balik pendanaan yang di dapat dari dunia gelap untuk Perusahaan HNH, dan t...