cu·pid·i·ty /kyo͞oˈpidədē/
(n.) eager or excessive desire, especially to possess something; greed; avarice
.
IF WE WERE VILLAINS
.
Dalam keramaian manusia yang meliukkan tubuhnya mengikuti dentum musik, Jong Gun terjebak di dalamnya setelah ditarik paksa dua wanita yang mengenakan pakaian eksentrik minim bahan. Dirinya berusaha mencari celah untuk keluar dari kerumunan itu, dua menit berlalu, hingga dirinya berhasil meloloskan diri dan menepi di pinggiran lantai dansa.
Berdecak kesal saat mendapati beberapa kusut pada kemejanya. Jong Gun langsung beralih menuju lantai dua, dimana VIP room dan seorang Joon Goo seharusnya berada.
"Oh, si rambut klimis akhirnya datang!"
Terdengar seruan ketika Jong Gun membuka pintu VIP terujung. Seruan yang memuakkan, hanya saja dirinya sudah cukup terbiasa mendengar itu.
Kim Joon Goo si pemilik suara. Pria dengan rambut yang diwarna pirang seluruhnya. Tersenyum lebar setiap kali dua wanita di sisi kanan dan kirinya tengah membisikkan sesuatu ke telinganya secara sensual. "Aku kira kau tidak akan datang malam ini," suara itu mengejek dan dengan kedua tangan yang sibuk membelai pundak-pundak terbuka.
Jong Gun tidak tahan untuk tidak memutar bola matanya kesal. Mendudukkan dirinya pada sofa seberang si lawan bicara, ia membalas, "aku sudah selesai mengumpulkan semuanya kemarin malam. Sialan."
"Ayo lah, kalian selalu saja bertengkar," salah seorang wanita dengan rambut merah muda beralih dari sisi Joon Goo menuju tempat kosong di sebelah Jong Gun, memangkas jarak secara seduktif, ia berbisik di telinga kiri pria berambut hitam legam, "Aku tuangkan minum untuk meredakan emosimu."
"Sorry, sorry, aku lupa," kata Joon Goo meminta maaf, yang jelas tidak terdengar menyesalnya sama sekali.
"Aku sudah repot menjaga si tuan putri," Jong Gun mendengus, "Aku tidak mau membersihkan kotoranmu juga."
"Minumlah, racikan terbaik malam ini."
Jong Gun menerima minuman yang diberikan kepadanya, lalu menyesapnya perlahan, diikuti dengan senyum merekah pada wajah si wanita berambut merah muda.
"Ngomong-ngomong, kenapa kau akhir-akhir ini sering datang ke tempat CEO?"
"Bukan urusanmu," jawab Jong Gun singkat, lalu meletakkan gelas sloki yang telah kosong di atas meja.
"Ya! Beri tahu aku, dasar rambut lepek," Joon Goo meninggikan suaranya.
Tentu Jong Gun tidak menggubris. Mengabaikannya begitu saja dengan mengambil kotak rokok dalam saku trousers dan meletakkan sebatang rokok pada bibirnya. Sewaktu dirinya mencari pematik untuk menyalakan rokoknya–Aerum, nama wanita itu, telah menyalakan pematiknya, menawarkan bantuan–Jong Gun menghentikan aktivitasnya dan mendekatkan ujung rokoknya pada nyala api, menghisapnya perlahan hingga baranya membakar sebagian kecil tembakau di dalamnya.
Tidak ada percakapan berarti dalam ruang itu selama beberapa waktu, hanya ada dentum musik yang mengalun pelan, dan gelak tawa antara Joon Goo dan wanita berambut cokelat, juga disusul dengan beberapa wanita lain yang baru masuk ke dalam ruang.
"CEO Choi mempekerjakan anak baru," kata Jong Gun setelah menghembuskan asap rokoknya.
"Anak baru?" tanya Joon Goo cepat. "Cowok, cewek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[LOOKISM] IF WE WERE VILLAINS | IND Ver.
FanfictionPark Jong Gun adalah sebuah ketakutan yang terbentuk dari gemerlap kota Seoul. Diusianya yang baru menginjak sembilan belas tahun, dirinya memiliki segalanya. Menjadi otak di balik pendanaan yang di dapat dari dunia gelap untuk Perusahaan HNH, dan t...