Jangan lupa untuk vote dan komen ya!
Kelas yang dihadiri oleh Felix dan Fajar akhirnya selesai. Keduanya bersama teman-teman mereka biasanya nongkrong terlebih dahulu. Entah di kantin, taman kampus atau di lobby gedung fakultas mereka.
"Gila cuy! Pas kelas Bu Diana tadi lu pada gak fokus kan?" tanya bocah petakilan yang bernama Randy pada teman-teman sejawatnya. Yang dibalas oleh anggukan setuju dari kawan-kawan lelakinya.
Termasuk si absurd Fajar dan si gay yang berkamuflase, Felix.
Kalau Fajar sih, dibilang lelaki yang memasuki umur-umur gen Z yang pengetahuan tentang sex nya bisa dibilang ambigu. Apapun yang di ceritakan teman-temannya entah tentang pengalaman sex, wanita-wanita sexy, atau apapun itu pasti Fajar antusias. Tipikal lelaki-lelaki muda.
Tapi urusan prakteknya. Fajar masih cupu. Ciuman saja belum pernah. Apalagi melangkah ke hal yang lebih jauh seperti ngewe. Teman-temannya pun sering bilang bahwa sangat disayangkan Fajar yang notabene pria dengan fisik yang wah malah mensiasiakan pemberian Tuhan. Padahal Fajar bisa saja menggaet perempuan-perempuan beda tiap malamnya untuk sex.
Tanggapan Fajar hanya; Aduh gue masih inget dosa dah kalau zina, bokep aja cukup.
Pernyataan tersebut nampaknya cukup familier juga untuk Felix. Bedanya, Felix bukan ingat dosa. Tapi takut identitasnya terbongkar.
Obrolan tentang Bu Diana dosen sexy janda muda itu masih berlanjut. Diselingi tawa-tawa nakal dari pria-pria muda itu yang kerap menceritakan tentang baju Bu Diana yang katanya 'sesak, minta dibebaskan'. Serta imajinasi-imajinasi liar mereka yang membayangkan tubuh sexy dosen mata kuliah K3 itu disertai umpatan-umpatan kotor.
Di kumpulan tersebut, Felix nampak antusias. Bukan karena Bu Diana yang mereka ceritakan. Tapi tentang teman-teman lelakinya yang begitu bersemangat dan bergairah. Itu cukup menjadi tontonan gratis dan pemanja telinga Felix. Andai mereka tahu kalau ternyata Felix sedari tadi salah fokus.
"Buset kalo gue peluk tuh Bu Diana bisa khilaf gue!"
"Mantep kali ya kalo kita bawa Bu Diana ke hotel"
"Alamak enak banget kayanya klo di BJ ama hot mama kaya dia"
Di otak Felix sudah terprogram otomatis "Replace 'Bu Diana' with 'Felix'". Sehingga dia bisa membayangkan kalau dia adalah objek dari teman-temannya. Pertahanan Felix pun langsung runtuh membayangkannya.
"Oyyy Lix. Ngelamunnya biasa aja dong" kata Randy membuyarkan lamunan Felix. Teman-temannya pun tertawa.
"Lu lagi ngelamunin apa sih? Kayanya enak banget ngelamunin Bu Diana nih" goda Randy pada Felix. Sementara si absurd Fajar hanya tertawa-tawa kecil.
Bukan bodoh! Jelas jelas gue lagi ngebayangin digerayangin lu-lu pada! batinnya
"Engga!–eh maksud gue iya!!" gagap Felix. Sial. Kenapa otaknya ini malah otomatis mengeluarkan kalimat seperti itu.
Randy tersenyum miring kemudian cengirannya menjadi lebar dan menatap Felix penuh arti.
"....hmmm masa sih? Tapi yakin ga nih. Lu ngaceng ga sih liat Bu Diana?"
Gelak tawa memenuhi tongkrongan tersebut karena candaan dari Randy ke Felix. Felix memutar matanya kemudian tertawa kecil. Tidak. Felix tidak terintimidasi dengan candaan tersebut. Felix bukan orang yang kehabisan akal. Dia tidak lemah.
"Alah atau jangan-jangan lu yang gak ngaceng kali Rand makanya lu cerita yang paling heboh disini biar keliatan kalo lo paling sange liat Bu Diana. Padahal aslinya engga. Atau impoten juga kali lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Busted!
Teen Fiction🔞🔞🔞 Felix hanyalah seorang mahasiswa biasa yang hidupnya tidak pernah terlibat masalah. Ibarat sungai, hidupnya tenang mengalir. Tapi, tidak ada yang tahu dibalik karakter ramah, supel dan cerdas itu. Ia adalah seorang discreet-gay yang binal sek...
