Part 3: Felix and his ambigay roommate

2.7K 55 5
                                        

Berdua dengan Fajar adalah hal yang sudah biasa bagi gue. Mungkin dia itu sudah seperti buntut bagi gue. Kalau kata temen-temen kampus, kita berdua ini seperti upin-ipin. Tapi yang satu besar seperti kingkong dan agak lamban. Ya sudah pasti Fajar.

Wajar sih. Namanya juga roommate. Ibaratnya Fajar itu 24/7 nya gue. Kemana-mana ada dia. Entah kenapa gue gak pernah menaruh rasa dengan cowok brewok itu. Mungkin karena sudah bosen ketemu dia terus. Pokonya gue udah menganggap dia sebagai saudara laki-laki beda orang tua.

Tapi, perlakuan sweet tadi entah kenapa sedikit membekas di hati gue. Padahal hanya sekedar memakaikan helm di kepala gue. Tapi kenapa gue jadi flustered sendiri ya? Untung gue waktu itu gak sange. Eh

Seperti saat ini, gue tengah dibonceng ama cowok yang gemar game ini. Fajar tumben sekali bawa motor pelan. Mungkin cuma 40km/h. Biasanya dia bawa motor kesetanan kaya dikejar badak.

"Lix, peluk ya ke pinggang gue kalau takut jatoh" sahutnya dibalik helm fullfacenya itu.

Takut jatoh ndasmu!

Ini cowok kenapa sih? Mendadak sikapnya jadi mellow kalem begini!? Seakan dia sedang berhadapan dengan cewek yang disukainya. Padahal kan jelas-jelas dia sedang bersama gue yang tiap saat selalu bertengkar terus. Gue bisa denger dia jelas banget. Tapi gue pura-pura enggak denger

"HAH NGOMONG APASIH LU? Gue kaga denger tau!" gue sedikit meninggikan volume suara di telinganya yang mungkin membuat sang empu telinga sedikit tercengit.

"Aduh biasa aja dong lix! Gausah galak-galak"

"Apasih lu! Biasanya gue galak gini ke lu ah! Buruan bawa motor lelet banget! Gue laper nih ayo mampir dulu ke pecel lele" sambil menepuk-nepuk kencang pundak si bongsor dan sedikit membuat dia mengaduh.

"A-ah iya iya. Siap nyonya ku"

Dan si goblok berulah lagi. Okay Felix, jangan panik. Stay calm.

Orang bilang ketika kita sedang dalam keadaan gay panicked, maka justru hal tersebutlah yang menunjukan sisi gay kita. Gue harus ngalir aja sama keadaan. Gue harus cari tahu kenapa si kunyuk ini mendadak jadi sweet banget.

*****

"Pakde, ini temen saya belum dapet kobokannya" Fajar bertanya pada si bapak penjual pecel lele

"Oh ambil aja mas tuh di meja belakang temen sampeyan"

Fajar berdiri kemudian berjalan ke meja yang persis berada di belakang gue. Kemudian mengambil mangkok berisi kobokan untuk gue.

"Ini. cuci tangan dulu sebelum makan"

Gue menatap dia yang berdiri sambil menaruh mangkok itu di meja. Gilak. Kenapa Fajar terlihat ganteng dan gentleman banget! Gue sempat tersipu untuk beberapa saat sebelum gue sadar

Don't be gay panicked.

"Oke thanks ya" ujar gue dibuat sedatar mungkin kemudian langsung mencomot ayam goreng dan sambal korek yang ada di hadapan gue. Laper, cuy!

Tapi lain dengan si bodoh yang berada di depan gue. Ia memasang muka masam dan kesal.

"Kenapa lu?" tanya gue ketus. Gue kini kembali ke diri gue yang sebenarnya. Boti galak.

Busted!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang