Chapter 13

1.4K 145 11
                                    

Devan menundukkan kepalanya saat Nathan berjalan mengelilingi kelompoknya. Berharap bahwa kakak tingkatnya ini tidak bisa mengenali. Langkah Nathan terhenti, matanya menatap seseorang yang seperti beberapa waktu lalu pernah dia temui.

Melihat hal itu, Devan semakin memalingkan wajahnya agar tidak terlihat. Namun sikap seperti itu malah membuat Nathan sedikit tersinggung.

"Kamu, yang malingin wajah ada masalah apa? Gasuka liat wajah saya?" Tanya Nathan dengan penekanan.

Devan dengan pelan berbalik. "Ngg.. Nggak kok Kak. Tadi ada barang saya yang jatuh."

"Barang apa?" Tanyanya selidik.

Devan menjawab gugup. "Uang saku saya Kak!"

"Ck. Makanya kalau nyimpen benda tuh hati-hati, lurusin, rapihin, masukin saku hatu-hati. Segala sesuatu itu harus disimpan dengan rapih supaya mencegah kayak jatoh, tumpah, dan lain sebagainya." Tiba-tiba saja Nathan malah ceramah mengenai kerapihan.

Anggota kelompok lain saling melemparkan pandangan. Sedikit aneh dengan tingkah kakak tingkat mereka.

Devan yang melihat anggota kelompok lain mulai tidak nyaman, memotong Nathan dengan sopan. "Iya Kak. Saya mengerti, saya minta maaf ya."

"Iya, kamu dimaafin." Akhirnya Nathan menghentikan ceramahnya. Namun dia menyadari sesuatu. "Lo, maksud saya kamu yang waktu itu ke toko buku tempat kerja saya?"

Devan akhirnya mengangguk. "Iya Kak. Saya yang waktu itu."

Ekspresi Nathan berubah menjadi dingin. "Oke. Kita ke topik utama. Di hari pertama ini adalah perkenalan lingkungan kampus. Kalian ditugasin buat ngeliling dan nyatet ruangan apa aja yang ada di lingkungan kampus. Tenang aja di setiap ruangan udah ada kakak-kakak panitia yang bakal ngenalin masing-masing ruangannya. Kalian balik lagi sebelum jam istirahat. Gimana kalian ngerti gak? Kalau belum paham bisa tanya sama saya sekarang."

"Ngerti Kak." Jawab mereka semua serempak.

Setelah memberikan tugas, Nathan beranjak pergi. Dia sedikit menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir bahwa akan bertemu lagi dengan anak menyebalkan yang dia temui waktu itu.

Devan dan kelompoknya tengah berjalan berkeliling untuk tugas yang diberikan tadi. Mereka sudah mencatat beberapa ruangan. Jujur saja mungkin karena ini baru pertama kali mereka bertemu tidak banyak percakapan diantara mereka yang terjadi.

Sang ketua kelompok berhenti, kemudian bicara. "Kita istirahat sebentar di bangku taman ini gimana?"

"Boleh juga tuh, kaki gue juga udah secapek shopping." Jawab salah satu anggota wanita.

Mereka semua sudah duduk disana.

"Em. Dari awal kita kan belum saling ngenalin diri. Sebagai ketua kelompok, kenalin nama gua Fitra. Orang Bandung asli loh." Ketua kelompok mengawali.

Seorang anggota wanita mengikuti. "Kalau gitu, nama gue Sasha. Gue dulu tinggal di Jakarta. Hobi gue ya shopping."

"Nama gue, Lily. Dulu gue tinggal di Bogor sebelum keterima kuliah di Bandung ini." Satu anggota wanita terakhir memperkenalkan diri dengan ramah.

"Gue, Alfi." Seseorang memperkenalkan dirinya dengan singkat.

Kini tiba waktunya untuk Devan. "Nama gue Devano, kalian bisa manggil gue Devan."

Fitra mengangguk. "Devano, rasanya gak asing ya. Kaya mirip gitu sama nama orang lain."

"Mungkin. Orang lain itu kembaran gue." Jawab Devan.

Sasha sedikit terkejut. "Lo punya kembaran?!"

"Gak usah pake toa nanyanya." Sindir Alfi judes.

Revan and Devan - Meaning of Life (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang