Ketahuan

2.9K 445 34
                                    

"Udah? Aman gak?"

Perempuan itu mengangguk lalu mengangkat jempolnya. "Aman!"

"Sip!"

"Mau kemana kita?"

"Makan aja deh, aku laper soalnya."

"Oke!"

Kedua orang dengan hoodie hitam, lebih tepatnya pakaian serba hitam itu segera pergi dengan tangan saling bergandengan.

Mereka berhenti di salah satu restoran fastfood 24 jam.

"How's your day?" Laki-laki itu bertanya pada perempuannya sambil memegang lembut jari tangan si perempuan.

"Hmm, biasa aja. Nothing special."

"Sayang, sampe kapan kita kaya gini?"

Hening, keduanya sama-sama terdiam.

Perempuan dengan rambut panjang itu menghela nafas kemudian melepas genggaman tangan si laki-laki lalu menghempaskan punggungnya pada kursi. "Sampe mbak Arina ngehapus 5 rules itu, mungkin?" jawabnya sedikit ragu.

"Ya tapi sampe kapan? Aku cape kayak gini. Temen-temenku pada pamer mereka punya pacar, aku juga mau pamer punya pacar yang cantik kayak kamu."

"Sama, aku juga pengen pamer ke temen-temen di cafe kalau aku punya pacar seganteng kamu. Tapi, ya gimana dong. 5 rules tuh udah kayak peraturan tetap yang gak bisa diganggu gugat, apalagi aku ngelanggar no 5 yang jelas-jelas paling fatal."

"Yaudah, asal sama kamu, aku bakal tunggu sampe kapanpun."

"Cih, dasar remaja bucin yang menjijikan."

Kedua sepasang kekasih itu menoleh pada sumber suara. Tepat di samping mereka duduk, ada seorang wanita yang tengah melipat tangan di dadanya lalu tersenyum licik.

Mata perempuan itu melotot, kaget. "Loh?! Mbak Jiya ngapain disini?"

Melihat itu Jiya malah tertawa. "Duh, bocil. Lo kalau cari tempat kencan yang jauh sekalian biar gak ketauan, ini malah yang cuman beberapa langkah dari cafe."

"Ya tapi kan ini udah malem, mbak. Semua pegawai cafe udah pada pulang."

"Duh Yerina, lo pikir abis kerja kita bakal langsung istirahat, cuci muka cuci kaki terus tidur gitu?"

"Ih, yaudah terserah mbak! Tapi, tolong jangan laporin aku ke mbak Arina ya? Please!!" Yerina mencoba memohon pada Jiya.

Jiya mengetuk beberapa kali kepalanya dengan jari telunjuk, seolah-olah dia sedang berpikir. "Hmmm, laporin jangan ya?"

"Mbak, jangan dilaporin dong, kasian Yerinya." Kini laki-laki yang bersama Yeri bersuara.

"Lo juga bego, Hen. Bisa-bisanya ngedate ke M*D. Yang elit dikit, kek!" semprot Jiya.

Hendery meringis. "Namanya juga backstreet, mbak. Mana mikirin tempat kencan, yang penting ketemu aja udah seneng."

Jiya mendelik. "Hih, bucyn!"

"Mbak terserah deh mau minta apa aja, nanti Hendery yang bayar. Tapi mbak jangan laporin kita ke mbak Arina, ya." Yeri memohon sekali lagi pada Jiya.

"Dih, kok aku yang bayar?"

"Kan gajiku dipotong waktu itu, Hendery. Udah nurut aja yang penting kita aman."

"Iya, iya."

Alis kanan Jiya terangkat. "Yakin?"

Yeri mengangguk. "Yakin, mbak!"

"Oke deh, bayarin semua makanan gue malam ini ya? Deal?"

"Deal!"


Jiya mengangguk puas lalu tersenyum senang. Asik! Malam ini gue makan bebas, lumayan nih duit bisa ditabung buat jajan yang lain!

 Asik! Malam ini gue makan bebas, lumayan nih duit bisa ditabung buat jajan yang lain!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Hehe kayaknya Hendery X Yeri lucu juga ya? Hendery yang tengil nanti diamuk Yeri, terus Yeri yang jail malah dijailin balik Hendery

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hehe kayaknya Hendery X Yeri lucu juga ya? Hendery yang tengil nanti diamuk Yeri, terus Yeri yang jail malah dijailin balik Hendery. Wkwk

The Puan's | Blackvelvet | ON HOLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang