7 - Meera Himeka Sora

206 91 50
                                    

🌹بسم الله الرحمن الرحيم🌹

•~~اللهمّ صلّی وسلم وبارك علی سيّدنا محمّد~~•

Aku akan wujudkan semua itu, wanita bermata emas dengan hati yang luas seperti langit dan teguh seperti lautan, karena aku adalah Meera Himeka Sora.
.
.
.
🌹

Hai guys, gimana kabarnya? Semoga selalu sehat dan dalam perlindungan-Nya ya! Have a nice day

Happy Reading! \(^.^)/

Kupandangi tujuh stand figure Tinytan yang urung keluar dari kotaknya. Jika mulai besok aku tinggal di rumah Ayah, maka malam ini akan menjadi malam yang sibuk. Mengemasi merchandise yang tersebar hampir di semua sudut kamar ini.

Meski aku memenuhi ruangan 4×5 meter ini dengan pernak-pernik seperti itu, sesekali aku masih akan termenung. Duduk di sudut, menyangga dagu dengan lengan, dan menatap jauh keluar jendela. Merindukan Mama yang biasanya akan mengelus kepalaku tiba-tiba. Merapatkan tubuhnya di sebelahku, dan mengikuti apa yang kulakukan. Kami akan memandang jauh, mengamati cakrawala yang terbentang, dan membicarakan mereka.

"Sayang, nanti langit akan malu jika kamu memandangnya seperti itu."

Mataku yang bulat menatap padanya dan bertanya, "Ma, kenapa mama juga suka memandangi langit?"

Mataku yang bulat menatap padanya dan bertanya, "Ma, kenapa mama juga suka memandangi langit?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan Mama beralih, sorot matanya yang lembut menyapu wajahku. Lalu, dengan suaranya yang tenang Mama mulai bercerita, "Langit itu sangat luas, dan tidak ada yang tahu dimana batasnya. Kadang pertanyaan tentang di mana batas langit itu membuat mama penasaran, mama pikir luasnya langit itu seperti luasnya hati manusia."

"Hati?" Aku bertanya.

"Iya, hati. Sora, tidak ada yang tahu seberapa luas hati manusia, sama seperti langit. Langit menyimpan banyak rahasia, ada matahari yang menyampaikan sinarnya delapan menit yang lalu, ada bulan yang selalu mengikuti bumi, ada bintang berusia puluhan juta hingga miliyar tahun, dan masih banyak lagi yang tak kita ketahui di dalamnya, persis seperti hati manusia."

"Ah, begitu," kuanggukkan kepala seolah mengerti penjelasan Mama.

"Mama ingin hati anak mama bisa seperti langit, luas dan menyimpan banyak keindahan. Makanya namamu Sora,"

Kedua sudut bibir Mama terangkat, giginya yang kecil dan rapi mengintip malu. Tangannya terulur mengelus lembut rambutku, dan aku akan melingkarkan tanganku dipunggungnya, memeluknya erat.

Ah, rasanya baru kemarin semua hal itu terjadi. Semua memori tentang Mama telah terpatri dalam ingatan, dan akan menjadi pengingat juga penyemangat di setiap langkahku.

Iya, di tempat ini. Di tempat yang kutempati saat ini. Saat aku kecil Mama sering mengajakku ke sini. Kamar di loteng galeri ini memang dibuat untukku. Galeri kedua milik Ayah ini usianya lebih tua dariku, dibangun saat bang Tama baru berumur lima tahun.

WA'ALAIKA KOOKIE-SSI! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang