#31 Hoon - Titik Terang

102 11 0
                                    

Aku adalah wanita yang jarang nangis. Bahkan didepan Hoon sekalipun, aku gak pernah menangis kecuali saat nonton film Miracle in Cell No.7.

Itupun aku menangis akibat sudah banyak beban kerja dikepalaku, jadinya emosiku meledak begitu aja.

Selain itu, semua bisa aku pendam. Aku gak mau dinilai jadi wanita cengeng, lemah, dan rapuh. Alhasil aku punya pribadi yang terkadang kasar, dan gak suka basa-basi yang gak bawa manfaat.

Pribadi itu juga yang menjadi alasan ibu Dae Ho gak setuju denganku. Kata beliau, aku gak bisa berbaur, gak bisa ngobrol cantik dengan beliau dan teman-teman arisannya.

Ya, alasan aku putus dengan Dae Ho hanya karena ibunya yang gak setuju denganku. Selain itu, gak ada yang mengganjal.

Dae Ho sangat sayang padaku, dan begitu pula aku sangat senang bisa bersamanya. Hubungan kami hanya bisa bertahan 1,5 tahun menjelang akhir SMA.

Dae Ho dengan sifatnya yang penyayang, membuat pribadiku yang kasar terkadang luluh. Dia benar-benar tipe pacar yang romantis dan lembut.

Saat SMA, dia selalu mengusap bahuku, saat aku marah karena temanku yang menghilangkan tipe-x. Dia menggenggam tanganku saat menyebrang dilampu merah (meskipun aku gak suka tipe pacar yang clingy). Tapi dia bilang, dia cuman ingin mastiin aku gak bengong di tengah zebra cross.

Tapi mau dikatakan apalagi. Hubungan kami gak direstuin orang tuanya. Aku yang tipenya gak mau ribet, dan gak suka berurusan dengan orang tua akhirnya mengalah dengan hubungan kami. Kami pun berpisah dengan baik-baik.

Namun setelah berumur 24, aku bertemu seseorang yang berbeda bagiku. Dia yang bisa buat hidupku seru. Dia benar-benar tipeku.

Hoon yang punya pribadi jahil, to the point, dan suka bercanda sangat click dengan pribadiku.

Berbeda dengan Dae Ho yang buat hidupku seperti cokelat, kalau Hoon buat hidupku seperti es krim.

Ada rasa asem, manis, kecut, seger, dan lain-lain. Dengan kata lain, Dia bisa merangkap semua rasa.

Hoon oppa selalu punya ide aneh saat kita ngedate. Banyak yang berhasil, tapi banyak juga yang gagal.

Pernah dia ngajak ketemuan katanya mau ngedate, tapi ternyata malah diajak main badminton. Pokoknya dia itu suka bikin emosi, sekaligus juga bikin makin sayang.

Tapi hari ini, aku gak tau kenapa dia kayak begini. Omongan dia rasanya beneran sakit masuk hatiku. Kayak setiap kata-kata yang diucapin itu benar-benar dari hati dia.

Apa memang Hoon oppa selama ini nyesel pacaran denganku? Apa selama ini dia memang ngerasa bosan?

Air mataku masih aja gak mau berhenti meskipun aku udah jalan jauh dari camp Hoon tadi, dan sekarang duduk ditaman dekat area camp.

Aku juga heran kenapa aku tiba-tiba menangis. Apakah karena minggu kemarin aku ditipu temanku yang membawa kabur laptopku, dan akhirnya projects kantorku ditolak karenanya? Atau karena lima hari kemarin aku harus membayar hutang pengobatan adikku?

Apakah benar aku terlalu tegar? Aku rasa, hatiku tidak kuat lagi menahan sedih dan kesal ini. Rasanya lelah batin ini, disaat airmata gak bisa keluar.

Ya, aku akan menangis sejadi-jadinya. Aku lelah. Aku ingin beristirahat sejenak. Aku ingin sebentar saja menjadi lemah.

Sebentar saja.

.
.
.
.
.
Setelah lelah menangis sejadi-jadinya di area taman camp ini, ada seseorang yang mengelus bahuku dengan lembut dengan kehangatan didalamnya.

Benar-benar hangat.

Akupun menoleh pada seseorang yang mengelus pundakku. Dan sesuai dugaanku, dia adalah Dae Ho.

"Dae Ho?! Ngapain kamu disini?" Kataku sambil mengapus bekas air mata dipipi.

"Nontonin orang nangis hehe" kata Dae Ho dengan tertawa kecil.

Dia mulai duduk disebelahku dan menatap nanar kedepan.

"Nontonin orang nangis? Kamu sejak kapan disini?!" Tanya aku dengan perasaan kepo.

"Dari awal kamu kesini aku udah liatin. Maaf." Balasnya dengan nada serius.

"Hm bikin aku keliatan payah aja." Kataku sambil cemberut.

"Kamu gak payah. Bahkan saat kita pacaran dulu, aku cuman sekali liat kamu nangis. Itupun karena kucing yang udah sama kamu 8 tahun mati begitu aja tanpa sebab. "  Kata Dae Ho sambil mengusap-usap tangannya sendiri

"Kan nangis gak harus ditunjukkin ke kamu hehe" Kataku mencarikan suasana.

"Enggak, bukan gitu. Emang nyatanya kamu cuman nangis disaat itu beneran berarti buat kamu, ya kan?" Tanya Dae Ho dengan menatapku serius.

"Hmm.. mungkin begitu" kataku sambil menunduk.

"Apa kalian berantem?" Tanya Dae Ho.

"Ya begitulah."

"Karena apa?"

"Mungkin cemburu? ..."

"Aku sama Hoon oppa jarang berantem, kalaupun dia marah dia cuman gak chat/ngomel di line selama seminggu. Dia bukan tipe yang melampiaskan marahnya secara langsung. Dia benar-benar menjaga emosinya saat dengaku." Kataku serius.

"Kamu beneran sayang banget sama dia ya? Keliatan dari kamu yang ngejelasin panjang lebar, padahal aku nanyanya apa haha"

Dae Ho tertawa kecil sambil mengusap-usap puncak kepalaku. Setelah itu dia menatapku teduh dan mengusap bekas air mata yang masih ada dipipiku.

"Mungkin kalian kebetulan lagi sama-sama ada masalah/beban. Keliatan dari kamu yang tiba-tiba nangis, dan dari Hoon yang ngelampiasin marahnya ke kamu. Bukannya gitu?" Kata Dae Ho menenangkan kamu.

"Apa Hoon oppa ngalamin kesulitan saat wamil ini?!" Aku bertanya dengan sedikit penasaran.

"Mungkin? Aku pernah dengar, katanya kalau idol yang ngejalanin wamil akan dipersulit. Entah diremehkan, dikasih tugas yang lebih banyak, dan lain-lain. Tapi aku gak tau benar atau enggaknya loh ya." Kata Dae Ho seraya melepas tangannya dari pipiku.

"Hm begitu ternyata. Bodohnya aku sampai enggak kepikiran.." kataku dengan ekspresi sedih.

"Udah. Gak usah sedih lagi. Lebih baik sekarang kamu pulang, nanti sampe rumah telpon Hoon. Nanti aku yang nyamperin dia untuk angkat telpon kamu."

"Beneran?! Janji ya? Nanti paksa dia untuk angkat telponnya ya!" Kataku dengan wajah bahagia.

"Iya iya. Kamu keliatan seneng banget  haha" kata Dae Ho sambil nunjukin eye smile nya.

Dae Ho : Sakit juga rasanya disaat mulut berbohong sama hati sendiri.



Dae Ho : Aku masih sayang kamu, Aera..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Yang ngeVote dan Komen, gw doain bisa ketemu Hoon secara langsung. Aamiin 😝

WINNER ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang