#30 Hoon - Berkunjung

100 16 4
                                    

Sekarang udah beberapa bulan sejak Hoon berangkat wamil, dan udah beberapa bulan juga aku kesepian. Aku mulai nyibukkin diri dengan ambil kerja paruh waktu di hari minggu, meski aku punya kerjaan utama disebuah kantor start up.

Tapi hari ini, aku berencana untuk ngeliat Hoon di campnya karena aku udah ambik cuti. Karena kangen ngeliat happy virusnya dia. Yang suka savage, ngide, moody, jahil, tapi ngangenin haha.

"Kapan ya dia keluar wamil. Kek lama bangett..." aku ngomong ama diri sendiri.

.
.
.
.
.
Sekarang aku udah di area campnya Hoon, tapi aku masih nunggu diruang tunggu sambil merhatiin pajangan kyk foto-foto piagam dr anggota militer disitu.

"Aera?! Ngapain kamu ke sini?" Tanya seorang laki-laki sebaya aku.

Aku yang merasa pundaknya ditepuk mulai nengok ke arah datangnya suara. Saat aku liat orangnya, dihati be like :

Siapa nih orang?!

Orang itu tinggi, kulitnya agak tanning, punya eye smile, ada tahi lalat di deket bibirnya, dan....

Ganteng juga nih orang :')

Disaat aku masih ke-enakkan fokus merhatiin tuh orang siapa, doi mulai nunjuk tanda nama diseragamnya.

"Ini ada tanda pengenalnya loh" kata dia sambil cekikikan.

"D-.. Da-... Dae-.. DAE HO?!!" Kata aku sambil setengah teriak.

"Gak ciren banget tah? Emang aku berubah ya?" Kata Dae Ho sambil senyum manis.

"Kamu berubah banget!" Kata aku sambil nepok-nepok paha karena kegirangan.

Kok bisa-bisanya dia berubah se-drastis ini ya? Perasaan aku fisik dia dulu itu lumayan kurus, lemah tak berdaya. Ibarat kalo kena angin langsung terbang. Tapi sekarang?!

"Kamu lagi wamil?" Tanya aku sambil pasang muka kepo.

"Enggak, aku kan memang kerja jadi anggota militer, Ra" kata dia sambil mengusap tengkuk keliatan salting.

"Really?! Dulu kamu cuman tulang, sekarang udah otot semua ya haha" kata aku sambil cekikikan.

Dae Ho cuman salting saat aku selalu ungkit-ungkit masa lalu dia yang culun. Dia memang terkenal baik, dan sabar sih dari dulu. Tapi aku gak pernah nyangka dia bakal jadi anggota militer, kirain bakal jadi dokter atau dosen.

"Makin gede, jadi makin cantik ya kamu Ra." Kata Dae Ho sambil ngacak-ngacak rambut kamu.

Eh?

Dia ngacak-ngacak rambutku? Gak salah? Mampus kalo sampe ketauan Hoon. Dia bakal ngambek 7 hari 7 malem inimah. Sebelum dia ngeliat, baikny-.....!!

"Aera?!" Panggil seorang laki-laki dengan suaranya yang sedikit kaget.

Aku yang tau itu suara siapa, langsung menepis pelan tangan Dae Ho dari kepalaku.

"Eh Hoon oppa! Udah nunggu lama disini? Hehe" kata aku basa-basi cengengesan.

Bego! Yang nungguin dia kan aku!

Sangking kalapnya ketauan, aku langsung salting dan gak ngerti harus ngapain di depan nih dua manusia tampan.

"Siang pak Dae Ho." Kata Hoon sambil membungkuk ke Dae Ho.

Aku yang tadinya bingung kenapa Hoon ngebungkuk ke Dae Ho yang lebih muda dari dia, akhirnya ingat bahwa Dae Ho tingkatnya lebih tinggi dan dia juga pekerja tetap. Jadi wajar jika dipanggil pak. Toh dia sunbaenimnya militer ckck.

"Oh siang. Hoon-ssi kamu kenal Aera?" Tanya Dae Ho dengan muka penasaran.

Hoon langsung nunjukin muka yang aku apal persis. Muka yang bakal bawa petaka dalam seminggu ini padaku.

"Ah dia pacarku pak." Kata Hoon dengan merangkul bahuku.

"Bener itu, Aera?" Tanya Dae Ho padaku.

"A-.. ah itu bener hehe" kata aku gugup.

"Oh begitu. Ternyata kamu udah punya pacar ya, Ra. Hmm"

Entah aku salah liat atau enggak. Dae Ho langsung nunjukin muka yang aku apal banget saat kami SMA bareng. Saat ujung mata eye smilenya ilang, bibirnya yg sedikit kaku, dan dia memainkan alisnya, adalah tanda dia kecewa atau sedih.

Kenapa aku bisa apal raut wajah Dae Ho? YA KARENA DIA MANTAN AKU! Kurang mampus apa coba kalo Hoon sadar kalo Dae Ho yang di depan dia ini ada Dae Ho mantanku.

Selama ini Hoon tau mantan-mantanku (cuman 2 sih). Tapi dia hanya tau Dae Ho yang versi culun. Jadi pasti dia belum sadar sepenuhnya kalo komandan dia saat menjalani wamil ini adalah mantan dari pacarnya yang sekarang.

"Kalo begitu, aku permisi dulu ya Aera." Kata Dae Ho sambil melambaikan tangannya padaku.

Tangan aku yang otomatis ingin membalas lambaian tangan Dae Ho, langsung digenggam erat dengan Hoon.

"Ish oppa. Dia kan cuman temanku, dan dia komandan oppa. Masa cuman ngebales dadah-an dia aja gak boleh?" Kata aku pura-pura polos.

"Kamu yakin dia cuman temen kamu?" Tanya Hoon ke kamu dengan muka serius alias serem.

"Iya dia temen aku" kata aku meyakinkan.

"Aku tanya sekali lagi. Apa bener dia cuman temen kamu?" Tanya Hoon sambil melepaskan genggamannya.

Aku bingung harus jawab apa. Kalau aku bilang dia mantan aku, nanti Hoon oppa yang tadinya gak sadar malah jadi sadar. Tapi kalo aku bilang dia cuman temen, bakal jd masalah jg kalo Hoon oppa udah tau.

Ah jawab cuman temen aja deh. Toh sebelum jadi mantan kan, juga temenan.

"I- iya cuman temen" kata aku gugup.

Hoon yang ngedenger aku jawab begitu langsung, balik badan dan pergi ninggalin aku yang diam mematung.

"Oppa!"

Aku yang ngeliat Hoon oppa pergi ninggalin, langsung ngejar dia sebelum dia keluar ruangan ini. Aku berhasil mencegat dia dengan berdiri selangkah di depannya meski sampai ngos-ngosan.

"Hhssh... Hsss.. opp-.. oppa kamu kenapa? Aku jauh-jauh dateng ke sini cuman ma-..."

"Mau apa? Balikan sama MANTAN KAMU?!" Tanya Hoon dengan sedikit ngebentak.

Aku yang kaget dengan bentakan Hoon oppa langsung tanpa sadar mundur selangkah.

Bodohnya aku mengira dia bakalan belum sadar kalo Dae Ho itu adalah mantanku. Entah terlalu naif atau bodoh. Yang pasti, ini bakal jadi peperangan panjang dengan Hoon oppa.

"Oppa. Maksud ku tadi itu, dia adalah temen aku sebelum jadi mantan. Gak salah kan aku? Hehe" Kata aku sambil coba ketawa kecil biar cairin suasana.

"Iya kamu gak salah. Gak akan pernah salah. Karena yang salah adalah saat aku mau jadi pacar kamu."

Dug!

Apa aku gak salah denger? Telinga aku masih berfungsi dengan baik kan? Dia Hoon oppa kan? Apa orang lain? Kok dia pergi ninggalin aku? Kok ada yang netes? Loh kok pipi aku basah?

Aku masih setia diam mematung dengan mempertanyakan ini semua dikepalaku. Apa yang aku lakukan sampai buat Hoon oppa mengatakan hal sebegitu menyakitkan?

Apakah kalimat itu benar-benar yang dirasakan Hoon oppa selama ini? Apakah dia memang selalu menyesal untuk menjadi pacarku? Apakah aku memang keterlaluan?

Ah tidak! Aku rasa aku tidak separah itu. Aku pernah menjahili oppa dengan hal yang lebih parah tapi dia tidak semarah ini.

Apakah dia sengaja mengatakannya karena selama ini dia benar-benar menyesal pacaran denganku? Apakah begitu?

"Kalau tau bakal begini hikss.. hikss.. ngapain aku ambil cuti seminggu penuh hikss..hikss.." kataku sambil mengusap-usap mataku yang penuh air mata, dengan kasar.
.
.
Dan tanpa sadar, dari tadi ada seseorang yang memerhatikan Aera dari kejauhan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hmm sampai sini dulu ya. Liat keadaan mau dilanjut atau tidaknya haha 😂🤔

WINNER ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang