Hampir 2 minggu Jelita terus mendekati dan muncul di hadapan Gilang seperti tamu tak di undang di sekolah, namun Gilang hanya mendiamkan dengan muka datarnya dan tak menanggapi gadis itu, jika di tanggapi gadis itu makin menjadi banyak tingkah. Terkadang Gilang tersenyum tipis melihat kebodohan atau kelucuan dari Jelita yang berusaha membuatnya tertawa namun senyumannya masih tertutup dengan muka datarnya, sehingga sesekali gadis itu kesal dengan sikap dingin Gilang.
Tak menyerah sampai situ saja, Jelita terus membuat hari-harinya dengan mengoda dan menghubungi Gilang lewat chat walau hanya singkat, tapi menurut Jelita itu sangat penting sekali untuk menghubunginya, ia juga tak sedih kalau pesan yang dikirimnya itu tidak dibalas beberapa hari. Terkadang Jelita membelikan coklat ataupun snack yang beli di kantin untuk Gilang, ia juga tau kalau coklatnya di berikan oleh Dito yang sangat suka mendapat makanan gratis, sakit di hati sebenarnya mengetahui itu, tapi dia bisa melupakan dengan cepat.
Hari ini sekolah sedang mengadakan class meeting karena para siswa sudah melaksanakan ujian semester satu, betapa senang dan semangat nya para siswa ikut berpatisipasi dalam kegiatan tersebut. Banyak yang ikut mendaftarkan diri mereka untuk mewakili kelas menjadi peserta lomba. Jelita sudah siap dengan baju olahraga dengan rambut di kucir dua untuk menyemangati Gilang yang akan bertanding di lapangan basket.
"Semangatt Gilang!!!" serunya dari kejauhan memberi semangat untuk Gilang yang sudah siap bertanding.
"Duh Jel, nggak capek apa lo teriak mulu dari tadi?" ucap Ellen yang menutup telinganya mendengar teriakan Jelita di sebelahnya.
"Ellen, Gilang butuh semangat dari gue," sahut Jelita menatap sahabatnya sekilas.
"Hah? Sejak kapan hah?" bingung Rere.
"Re," panggil Ellen.
"Apa?" sahut Rere menoleh ke hadapan Ellen.
"Gue kasian sama Lita, dia ngejar Gilang nggak di peduliin woylah gue jadi kasian dia semangat gitu tapi Gilang tetep nggak merhatiin dia," ucapnya lirih dan tak terdengar oleh Jelita.
"Husst udah, lo nggak tau skenario nya Gilang terserah dia mau nerima Lita apa engga, yang penting kita udah ngasih tau Lita," jawab Rere sambil memakan snack ringan dengan santai.
"Kok lo tega biarin dia sih, Re?"
"Dia keras kepala Ellen"
Suasana lapangan basket kini sangatlah ramai banyak yang berhempitan untuk dapat menonton acara itu. Gilang sudah memasuki area pertandingan, badannya terlihat lebih tinggi dan lebih tampan diantara pemain basket lain, membuat penonton dan para cheers semakin bersemangat.
Jadwal pertandingan pertama ini adalah kelas XI D melawan XI F, Dito menyemangati sahabatnya dari kursi penonton berdekatan dengan tiga gadis cantik dari kelas lawannya.
"Hai bidadari cantik," sapa Dito.
"Eh Dito? Hai juga," sahut Ellen dan Rere bersamaan.
"Temen lo semangat banget noh, masa kalian enggak?" ujar Dito terkekeh pelan.
"Buat apa teriak-teriak ngehabisin tenaga aja ngap, mending makan mie," jawab Rere memutar bola matanya.
"Dit, gue mau bicara sama lo sebentar," ajak Ellen menarik tangan Dito tanpa pikir panjang dan mereka keluar dari area lapangan basket, Dito hanya mengangguki dan menurut saja ajakan Ellen.
"Apaan, Len?" tanya Dito menggaruk kepalanya yang tak gatal karena bingung.
"Bantuin gue luluhin hati si Gilang temen es lo itu!" ucap Ellen lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
||BEAUTIFUL LIGHT✨||
Roman pour Adolescents"To the point! Gue gasuka bertele tele!!" ucap pria itu lantang dari tengah hujan deras menguyur "LITAA SUKAA SAMA KAMU!! LITA MAU JADI PACAR KAMU" Jawab gadis itu sedikit mengigil karena kena air hujan "Kalo iya lo mau.. Sini peluk gue.." pinta...