'Chapter |4|'

71 10 42
                                    


     Siang ini panas terasa sangat terik,membuat Gilang ingin terus berada di kantin sekolah karena lebih sejuk dan bisa mencium aroma masakan khas di kantin, kali ini ia memesan mie instan bersama Dito yang terus memakan mie miliknya padahal Dito sendiri sudah memesan 2 mie instan .

    Terlihat Jelita, Ellen dan Rere juga dikantin mengikuti Gilang atas permintaan Jelita, mereka duduk di bangku yang tak jauh dari keberadaan dimana Gilang dan Dito berada.

"Dito! Udah dong minta mie nya! Lo kan punya sendiri!!" kesal Gilang menyingkirkan piringnya dari dito

"Pelit lu Lang!! Dikit doang aelah" cibir Dito

"Gile lu.. Pelit apanya?! Banyak banget lo ambilnya, beli lagi sana.."

"Yaudah gue nambah 2 mie lagi ya hehehe, mbak Ditaa.. Dito pesen mie instan lagi satu" teriak Dito memesan 2 mie instan lagi

"Busett, perut lo Dit ngga takut usus buntu ha?"

"Mie instan itu enak banget lang, gue gabisa move on dari mie itu"

"Serah"

Dari kejahuan Jelita menatap muka Gilang yang tampan dan bersinar diantara anak-anak lain dan tersenyum bahagia ketika Gilang sedang marah ke Dito membuat mukanya semakin tampan dan berkarisma.

"Gilang ganteng ya re.." ujar Jelita terus tersenyum

"Hah?"

"Rakit biasa ternyata karam
Batal berlabuh hilang kemana
Sulit terasa mata terpejam
Ingat senyummu nan jauh di sana" Jelita tertawa mendengar pantunnya sendiri untuk Gilang dari jauh

"Emang mana sih Gilang si sepatu hilangnya?? Pake di pantunin segala aelah" tanya Ellen ikut mencari keberadaan Gilang

"Ah kalian punya mata kan? Buat lihat dong, orang dia bercahaya gitu"

"Cahaya cahaya apanya?! Cahaya ilahi gilang sepatunya hilang?" sinis Rere

"Re yaampun udah ya lo, jomblo diam.."

"Ye gue gini gini juga pasti ada yang mau"

"Siapa?" ledek Ellen tertawa

"Pak yanto! Puas lo?"

"Bwahahaha, btw dia punya rambut baru eh beneran tadi gue ketemu di depan gerbang sekolah nyariin lo re" tanpa disadari pak Yanto duduk di belakang Ellen mendengar ucapan Rere dan Ellen yang membicarakannya

"Ehemm,kenapa ngomongin kepala botak saya?gimana? Bagus kan, saya jadi trending di sekolah ini gara-gara potongan rambut saya berbeda dari yang lain huahaha" ujar pak Yanto mengusap-usap kepala nya yang botak membuat nya semakin bersinar

"Astagfirullah, pak Yanto ngangetin saya aja.. Pak Yanto apa kabar pak?"

"Nahh kann, ini sering gibahin orang dapet imbasnya kan?" Jelita tertawa melihat sahabatnya yang kikuk saat melihat guru matematika itu "gue duluan.." tambahnya meninggalkan kedua sahabatnya

||BEAUTIFUL LIGHT✨|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang