9 | Sweet Shadow

79 33 1
                                    

Aku bangun dari tidur dengan kelopak mata yang membengkak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bangun dari tidur dengan kelopak mata yang membengkak. Semalaman menangis ditemani Selena lewat video-call, membuatku tidak bersemangat menjalani pagi ini. Bahkan teriakan Bella yang memenuhi basement sama sekali tidak mengusik indera pendengaranku. Semuanya bersiap-siap untuk berangkat memenuhi undangan KKG di pulau seberang, sementara aku masih duduk termenung di kasur dengan pandangan kosong.

"Han?" Tsana mengibaskan kedua telapak tangannya di depan mataku.

"Iya?"

"Ayo siap-siap."

Aku mengangguk kecil, dan beranjak ke kamar mandi. Air keran mulai mengguyur ember, bunyinya cukup menyamarkan suara tangis yang hendak keluar dari bibirku. Tetapi sebelum bulir itu mengalir, aku memutuskan untuk tidak menangis di sini.

"Gercep dong, Hana!" teriak Bella dari luar.

"Iya ...." sahutku pelan, kemudian melanjutkan mandiku yang sempat tertunda.

"Jangan marah kalau ditinggal ya," kali ini suara cempreng Luciana.

"Iyaaaa!" teriakku kesal, sedetik kemudian mereka menertawakanku dengan keras. Tidak tinggal diam, cepat-cepat aku menyelesaikan ritual mandiku.

Sekitar 40 menit kemudian Miranda dan Pak Herry tiba di basement, kemudian mengantarkan Bella dan Luciana ke pelabuhan Busung. Sementara aku dan Tsana menunggu giliran. Dari teras aku melihat sosok familiar itu datang mengendarai sepeda motor, dan berhenti tepat di depanku.

"Ayo naik," perintahnya dengan baju kaos panjang berwarna abu-abu, serta celana pdl Pramuka berwarna cokelat. Aku menghela nafas dalam dan segera duduk di jok belakang.

"Aku duluan ya, Tsan," pamitku pada Tsana yang berdiri tak jauh dari aku dan Lucky.

"Iya, hati-hati di jalan," tangan kirinya melambai ringan.

Di sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Busung, aku hanya diam. Barangkali menyadari itu, Lucky berinisiatif mengajakku berbicara.

"Berat ...."

"Iya, tahu." sahutku malas, "Badanku, 'kan?"

"Bukan itu."

"Lantas?"

"Melepaskan. Iya, kan? Melepaskan seseorang yang kita cintai pasti berat. Aku pernah di posisimu," katanya seakan-akan mengerti perasaanku.

"Benarkah? Entahlah, aku ragu kamu pernah di posisiku." tanyaku sedikit tidak percaya, mengingat chat-nya dengan sang pacar kemarin siang yang begitu manis.

"Percayalah, aku pernah merasakan sakitnya kehilangan, lebih dari yang bisa kamu bayangkan," suaranya agak menurun, terdengar agak menyedihkan, "Tapi lihat aku sekarang, biasa saja, 'kan?"

"Kok bisa?"

"Karena kesedihan tidak bisa mengembalikan sesuatu yang telah pergi," jawab Lucky bijak, "Oleh karena itu sebisa mungkin aku bangkit, dan membuat hidupku bahagia sampai tidak ada yang mengira bahwa aku pernah merasakan kehilangan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

67 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang