"Perkenalkan, namanya Krist Perawat. Kau bisa memanggilnya Krist, ia yang akan menjadi temanmu berbagi rumah selama beberapa bulan kedepan." Ujar seorang wanita berusia kepala empat.
Singto mengangguk mengerti sebelum menarik pergelangan tangan Krist tanpa permisi dan mengusir halus sang pemilik rumah dengan cara mengajak pemuda yang baru dikenalnya itu masuk kedalam rumah lebih jauh.
"Dimana asalmu? Kenapa menyewa rumah?" Tanya Singto yang melangkahkan kaki ringannya ke arah sebuah kamar.
"Maaf, apa kau perlu tau?" Tanya Krist, terdengar nada ragu disana, membuat Singto berhenti melangkah. Ia berbalik untuk melihat pemuda itu, bagaimana mungkin di jaman sekarang ini ada pemuda sopan seperti ini?
Melihat Singto melamun membuat Krist penasaran, "Apa aku salah bicara?" Wajar jika Krist takut salah bicara, ia baru tiga bulan belajar bahasa Thailand.
"Logatmu. Aku kira mungkin kau dari luar kota, tapi sepertinya kau datang dari tempat yang lebih jauh." Singto ternyum sebelum kembali berkata, "Tidak apa jika tak ingin memberitahu. Lakukan yang bisa membuatmu nyaman."
Krist mengangguk mengerti, "Terima kasih."
"Nah, ini kamarmu dan ini kamarku." Singto menunjuk satu pintu yang sama membuat Krist mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Kita satu kamar? Tapi nyonya--" ucapan Krist terpotong saat Singto menarik pergelangan tangannya, "Sepertinya tidur bersama merupakan perkenalan yang--" kali ini Singto yang berhenti bicara tiba-tiba setelah tertegun melihat tato pada bahu Krist terlihat karena kerah kemejanya bergeser.
"Kau memiliki tato?"
.
.
.
.
.TEBECEH
Coba bayangin Krist punya tato di bahunya yang mulus!