Dinginnya AC tak lagi mampu mencairkan suasana yang tengah panas.
Tangan kanan Singto mulai menerobos masuk kedalam pakaian Krist yang sudah tidak terkancing dengan benar. Krist yang tenggelam dalam permainan lidah Singto tak lagi mampu berpikir dengan benar. Ia semakin merasa bergairah dikala jemari pemuda yang berada diatasnya ini memainkan niple merah muda miliknya.
"Aku rasa kita harus menyingkirkan kain yang mengganggu ini..." Bisik Singto disela - sela ciuman panas, tepat setelah melepaskan mainan merah mudanya dan beralih melepas satu persatu kancing kemeja Krist.
Dalam sekejap, Krist sudah tak lagi memakai sehelai kain pun mulai dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki, begitu pula dengan Singto.
Krist menyentuh dada Singto yang ada di atas tubuhnya, "Sing..."
Suara basah Krist benar-benar menggoda pemuda dihadapannya, Singto memajukan tubuhnya menyesap aroma harum disekitar leher si cantik.
Singto mengecup telinga Krist, membuat ia semakin merasa bergairah sebelum turun ke leher dan kembali turun ke dada.
Tangan Singto yang bebas mulai menyentuh milik Krist, memainkan ujungnya dengan salah satu jemari tanpa berhenti memberikan kecupan disekitar nipple pemuda berkulit putih tersebut.
Sesekali Singto menjulurkan lidahnya, menjilat lembut nipple Krist secara bergantian. Ia juga menyesapnya sesekali tanpa melepaskan mainan dibawah sana.
"Nnnngghhhhh...." Suara Krist yang tiba-tiba meluncur begitu saja membuat Singto tersenyum, lantas ia tak lagi memainkan ujung junior pemuda kelahiran Jepang tersebut.
Singto menggunakan telapak tangannya untuk menggenggam ringan junior Krist, memainkannya naik turun membuat ia menegang.
Kedua tangan Krist meremas surai hitam Singto, meminta lebih.
Singto yang mengerti pun memainkan temponya lebih cepat, membiarkan Krist mendapatkan pelepasan pertama.
"Aaaahhhh.... Sing.... Jangan berhenti...." Krist semakin menguatkan remasannya.
Sungguh, Singto merasa sakit saat Krist meremas rambutnya dengan kuat, tetapi ada kepuasan tersendiri ketika pemuda berparas cantik itu menyebut namanya disela-sela desahan.
"Sssshhh.... Mmmmhhh.... Mmmmmhhhh...."Krist benar-benar tidak mampu mengontrol suara yang meluncur dari bibir merah mudanya.
Singto menghisap kuat nipple Krist, sembari memainkan tempo cepat untuk bagian bawah.
"Nnnnhhhh..." Akhirnya pemuda yang berbaring dibawah Singto itu mendapatkan pelepasan pertama.
Sebuah cairan putih membasahi tangan Singto, nafas Krist yang tak beraturan menggema di ruangan kamar tersebut.
Singto memundurkan kepalanya, menatap sosok yang melemas dibawah. Ia tersenyum sembari mendekatkan tangannya yang basah, menjilat bagian yang basah karena pelepasan Krist.
"Maaf, tapi sekarang bagianku..." Singto tersenyum, ia tak berpindah dari tempatnya.
Ia masih tetap di atas tubuh Krist hanya saja kali ini, dengan tubuh tegap ia memainkan lubang hole pemuda yang masih lemas tersebut.
Singto hanya memainkan dibagian tepi, belum berniat memasukkan jemarinya yang basah.
"Shit, dia benar-benar seksi." Batin Krist saat mulai merasa Singto bermain dengan lubangnya.
Singto meraih sebuah bantal dengan tangan kiri, mengisyaratkan Krist untuk sedikit mengangkat kepalanya.
Kemudian, Singto memajukan tubuhnya. Ia mencium bibir Krist dan diwaktu yang sama ia memasukkan dua jari kedalam lubang hole tersebut.