bagian 32

2.7K 230 21
                                    

"Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Rinenggan di perlukan untuk mengekstrak Chakra Biju ke dalam Gedomazo. Namun dengan hilangnya Rinenggan ini membuat kita dalam kekacauan besar. Sebenarnya aku terlalu meremehkan bocah itu, sekarang dia telah membuat tiga anggota kita berpaling kepadanya." Obito berucap di depan semua pria yang sekarang ini mengenakan jubah berwarna hitam dengan lambang awan merah.

"Kita tidak memiliki pilihan lain selain untuk menyerang Konoha dan merebut Rinenggan." Seorang pria bermasker dan memiliki mata berwarna hijau mengusulkan pendapatnya.

"Kita memiliki cara lain." Hal ini membuat semu pandangan mengarah ke arah pria berambut botak yang berbicara. "Kita bisa menggunakan ritual pengorbanan untuk membangkitkan pohon Senju."

"Bisa kau jelaskan Isshiki?" Tanya Obito yang di angguki oleh Isshiki. "Kepala klan Otsusuki mengutus dua Otsusuki ke seluruh dunia untuk mengambil buah dari pohon Senju. Sebenarnya hal ini untuk mempersiapkan ritual pengorbanan jika saja terjadi sesuatu pada pohon Senju. Aku di utus kebumi lebih dari ribuan tahun yang lalu bersama degan Kaguya Otsusuki yang merupakan anggota klan cabang, dan dia berhianat saat dalam tugas ini."

"Jadi maksudmu, Kaguya sang dewi kelinci sebenarnya digunakan untuk pengorbanan untuk membangkitkan pohon Senju, setelah dia mengetahui nyawanya dalam bahya dia memutuskan untuk menghinatimu. Apa aku benar?" Sasori menyimpulkan dengan nada mengejek. "Dan apa gunanya sekarang Kaguya Otsusuki telah tidak ada lagi. Bukankah itu tidak ada artinya sama sekali." Sambungnya lagi dengan sinis, kemudian muncul sebuah seringgaian tipis di wajahnya. "Atau kau ingin mengorbankan dirimu sendiri untuk membangkitkan pohon Senju?"

Isshiki mendengus mendengar ucapan Sasori. "Tentu saja tidak. Tapi kita memiliki sedikit keuntungan, entah bagaimana ceritanya, aku bisa merasakan dua Chakra Otsutsuki di dekat sini. Yang satu sedikit lemah dan hampir tidak terdekteksi dan yang satunya cukup kuat untuk seorang Otsusuki dari klan cabang. Kita bisa menculiknya dan kemidian mengorbakan nyawanya untuk membangkitkan pohon Senju."

"Di mana itu?" Tanya Obito yang merasa tertarik dengan topik pembicaraan ini.

"Konoha." Ucap Isshiki.

Naruto dan Hinata

Plak

"Sakit!!!" Hinata meringgis kesakitan karena pukulan dari Fugasaku-sama karena dia bergerak saat melakukan meditasi dan itu di lakukan agar dia tidak berubah menjadi katak.

"Fokus, dan jangan bergerak." Titah Fugagasaku membuat Hinata merenggut namun tetap melakukan latihan lagi.

Plak

"Sekali lagi"

"Haik"

"Lagi"

Plak

"Izinkan aku beristirahat sebentar Fugasaku-sama." Fugasaku menganggukan kepalanya dan  berbalik untuk meninggalkan Hinata sedirian.

Hinata mendongkakan kepalanya ke atas memandang ke arah kayu runcing yang sangat tinggi, dan hanya dengan mengunakan byakugan lah dia bisa melihat dengan jelas, Naruto sedang duduk di atas batangan runcing, dia berada di puncaknya beralaskan dengan sebuah papan kecil. Burung-burung hinggap di bahunya dan ada juga yang berada di kepalanya sambil mematuk-matuk rambut Naruto, namun dia sama sekali tidak terganggu dengan hal itu sedikitpun.

"Dia sangat keren." Hinata mengeleng-gelengkan kepalanya kagum dengan apa yang bisa di lakukan oleh Naruto.

"Kapan aku bisa melakukannnya?" Monolognya dengan lesu.

Kemidian dia bangkit menuju ke arah sebuah gubuk kecil yang berada di gunung Miyoboku itu. "Shima-sama kau sedang memasak sesuatu?" Saat masuk ke dalam dia mendapti seekor katak tua berambut ungu keriting.

"Ah.... masuk Hinata-chan." Hinata segera mengangguk dan melangkah ke arah Shima dan dia mendongkak untuk melihat ke penggorengan. Dia menelan ludah dengan kasar saat melihat yang di masak oleh Shima ternyata adalah ulat yag bergerak-gerak kepanasan di atas pengorengan.

"Panggil Naruto-kun dan suamiku, katakan masakannya sudah matang." Shima berbalik dan mendapati Hinata yang membeki dengan wajah pucat.

"Kau baik-baik saja Hinata-chan?" Mendengar suara itu membuat Hinata langsung sadar dan mengangguk kaku. "A-aku akan m- mereka." Dengan itu Hinata segera berlari meninggalkan Shima yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Hinata.

Sesampainya Hinata di luar dia mendongkak dan memanggil Naruto sekencang mungkin yang bisa di lakukan oleh suara kecilnya. Beberapa saat kemudian Naruto yang mendengarnya melompat da  mendarat di sebelah Hinata. Hinata langsung mengambil tangan Naruto sambil mengoyang-goyangkan tangannya "Kita pulang ke desa saja ya, Kumohon Naruto-kun aku tidak akan tahan dengan makanan seperti itu."

Naruto tersenyum sambil mengacak-ngacak rambut pendek Hinata. "Nanti juga kau akan terbiasa." Hinata memberikan pandangan memelas namun tidak di hiraukan oleh Naruto yang malah melangkah ke gubuk, Hinata menghentak-hentakan kakinya di tanah dengan wajahnya yag cemberut. Setelah berada di gubuk dia menatap Naruto dengan bertanya-tanya karena Naruto mebawanya ke sebuah ruangan kecil. Hinata alan menyuarakan protesnya namun setelah pintu terbuka matanya melotot sebesar piring saat melihat isi ruangan itu adalah ramen instan yang mengunung dan cukup untuk di makan selama bertahun-tahun, kemudian wajah sedih dan cemberut Hinata berubah menjadi senyuman lebar.



Di desa Konoha

"Setelah semua genin dan di tambah dengan satu Jonin selesai membersihkan permandiaan air panas,  Naruto (Bungsin) membawa Boruto ke apartemennya di sana mereka makan ramen bersama yang enatah bagaimana Boruto menyakinkan ayahnya untuk modifikasi ramen yang di campur dengan beragam topig dan membuat Naruto berteriak saat merasakan ramen itu karena kepanasan.

"Kau tidak pernah membersihkan apartemenmu ini ya?" Tuduh Boruto dengan nada jijik namun hanya di hiraukan oleh Naruto. Karena dia sudah meninggalkan apartemennya ke Amegakure setelah lulus dari ujian Chunin tahap ke 2 di hutan kematian, dan setelah final ujian Chunin dia sudah tidak kembali ke aparttemen dan mulai tinggal di rumah lama milik kedua orang tuannya dulu. Fan itu artinya sudah lebih dari sebulan telah ditinggalkan dan wajar saja jika kotor.

"Aku akan tidur dulu." Ucap Naruto menghiraukan ucapan Boruto dan menjatuhkan dirinya di kasurnya yang keras.

Boruto hanya menghela nafas dan membuat beberapa bungsin untuk membersihkan apartemen ayahnya setelah itu dia menggelar futon dan berbaring di atasnya tepat di samping ayahnya yang telah mendengkur halus.

Boruto hanya tersenyum dan mulai menutup matanya sambil bergumam denga suara kecil. "Oyasumi, Tou-chan."

Tanpa di ketahui olehnya, air mata Naruto meleleh ke pipinya, dia tidak pernah mengigat putranya mengucapkan selamat malam kepadanya. Dan ini adalah untuk pertama kalinya Naruto mendengar hal itu keluar dari mulut Boruto. Dia begitu ingin membalas ucapan itu, namun dengan keadaan seperti ini dia tidak bisa melakukannya.

Setelah beberapa menit, Naruto mendongkak nelihat ke arah Boruto yang telah terlarut dalam tidurnya. Dia turun dari ranjangnya dengan perlahan dan menuju ke arah kamar mandi. Dan membatalkan jutsunya membuat dirinya menghilang dalam kepulan asap. Tidak lama setelah itu, muncul bungsin lainnya dan pergi menuju ke ranhangnya.

"Uarashiki ya? Besok? Entah mengapa ada yang mengganggu dalam pikiranku tentang besok, tapi aku tidak yakin apa."

Naruto ( Time Trevel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang