Part 19 [Epilog]

1.2K 133 47
                                    

Ini epilognya readersnim wkwkwk kan kemarin blom ada tanda end...tenang tenang esmosyehh bat kemarin di komen wkwkwkk🤭

Typo adalah bagian dari estetika!

***

Seokjin membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tujuannya saat ini adalah kantor polisi dipusat kota Seoul. Tidak mempedulikan penampilannya yang berantakan dan sapaan dari beberapa polisi yang mengenalnya, Seokjin berjalan dengan cepat menuju ruangan Namjoon. Netranya membeliak kesana kemari untuk mencari kekasihnya itu. Namun nihil, keberadaan Namjoon tidak ditemukan Seokjin merasa frustasi. Ia harus segera memberitahu Namjoon mengenai Yoongi, namun ia tidak dapat menemukan eksistensi Namjoon dimanapun.

Dengan gusar, Seokjin bertanya pada bawahan Namjoon yang lain apakah mereka melihat Namjoon atau tidak. Seokjin seketika mengucap syukur ketika salah satu anak buah Namjoon memberitahunya jika Namjoon sedang menghadiri rapat. Namun Seokjin kembali dilanda kebingungan mengingat bagaimana caranya memberi tahu Namjoon yang sedang berada diruang rapat itu. Seokjin dengan segera pergi ketempat dimana rapat itu dilaksanakan. Ia pikir keselamatan Yoongi saat ini lebih penting daripada memikirkan konsekuensi yang harus ia tanggung karena mengganggu rapat Namjoon.

Namjoon akhirnya datang setelah anak buahnya mengabarkan jika sang kekasih ingin bertemu dengannya.

"Ada apa, aku sedang ada rapat kau tahukan?"

"T-tapi ini sangat penting Namjoon." Ucap Seokjin dengan gusar mereka harus segera menyelamatkan Yoongi.

"Tapi aku sedang rapat, dan ini rapat penting. Kau pulanglah kita akan bicarakan ini dirumah."

Seokjin semakin gusar ketika Namjoon meninggalkannya. Dengan terpaksa ia harus menyeret nama Yoongi. "Ini tentang Yoongi!"

Dan sepertinya Seokjin berhasil menarik atensi Namjoon. Kekasihnya itu mematung begitu mendengar nama Yoongi yang dilontarkan mulut Seokjin. Namjoon segera berbalik dan langsung mencengkram kedua bahu Seokjin.

"Ada apa dengan Yoongi hyung?"

"A-aku, mengetahui l-lokasinya Namjoon-ah."

Namjoon tanpa babibu segera menarik Seokjin untuk bergegas menuju tempat parkir. Namun Seokjin tahu, bahwa Namjoon akan bertindak gegabah. Ia mencoba menahan Namjoon yang sangat jelas nampak panik.

"Kenapa berhenti, Seokjin-hyung? Kita harus segera menyelamatkan Yoongi-hyung!"

Seokjin tidak marah meski Namjoon membentaknya ia tahu bahwa kekasihnya hanya terlalu kalut dan panik. "Kita tidak bisa kesana hanya berdua saja. Yoongi ada di sarang mafia dan jika kita kesana tanpa rencana dan persiapan, bukan Yoongi yang akan selamat tapi kita yang mati." Jelas Seokjin dengan lembut.

Namjoon terdiam sebentar sebelum menunduk lesu. "Kau benar, aku memang ceroboh. Maaf."

"Tidak apa, aku mengerti. Yang penting sekarang kita melapor pada kepala Bang lalu menyiapkan personil, senjata, dan rencana oke?"

"Baiklah, ayo kita bergegas. Kita harus segera menyalamatkan Yoongi-hyung dari sana."

***

Jumgkook mengamati Yoongi yang kini terbaring tak sadarkan diri di ranjang miliknya. Ia mengelus permukaan kulit pucat itu dengan penuh kelembutan, seakan Yoongi rapuh dan akan hancur bila ia perlakukan dengan kasar. Dalam hidupnya yang penuh kegelapan, Yoongi adalah malaikat sekaligus cahaya dalam hidupnya. Maka ketika cahaya itu menghilang dari hidupnya, Jungkook telah sepenuhnya ditelan kegelapan. Ia menjadi brutal dan tidak terkendali. Semua sisi kemanusiaannya ia buang jauh-jauh. Ia telah gelap mata dan hatinya telah mati. Ditambah ia adalah hasil didikan dari kedua orang tuanya yang gila. Makin menjadi-jadilah Jungkook yang kini telah tumbuh sebagai monster yang haus akan cahayanya, Min Yoongi.

Maria [kookga] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang