Bersiaplah Karena Keadaan Memburuk

341 90 11
                                    

Oke. Sekarang, setelah semua kesialan ini, dirinya diberi 2 pilihan. Eh salah, 3 pilihan. Pertama, menyelamatkan Jeonghan. Kedua, menyelamatkan Joshua. Ketiga, diam saja selagi mereka sibuk bertarung sendiri. Jujur saja, pilihan ketiga terdengar lebih menggiurkan, dan tidak repot-repot amat. Apa lagi saat ini posisinya sangat tidak diuntungkan. Bereinkarnasi menjadi seseorang yang ahli segalanya membuat Junhui merasa dibodohi.

Sepertinya para iblis itu belum menyadari kalau Wen Junfei bukanlah Wen Junfei, melainkan Wen Junhui. Sepertinya mereka juga belum menyadari kalau orang yang saat ini mereka cari sebenarnya masih mengendap di dasar danau atau menginap di hotel kahyangan minta cuti.

Jadi ketika kera itu menyebutnya Wen Junpayah, Jun terima saja. Toh memang benar dia payah. Tapi kenyataan itu malah membuat para iblis terheran-heran.

"Wah ... wah ... dingin betul kepalamu ya? Kau tidak mau marah-marah?" tanya si kera.

"Eh ... tidak?" jawab Jun. "Memangnya aku suka marah-marah?"

"Oh iya! Suka sekali sampai kami bosan dibuatnya!"

Jun diam sebentar. Si sialan Wen Junfei ini sungguh ingin sekali membuat hidupnya sengsara. Kenapa pula dia suka marah-marah? Sesumbu pendek itukah dia? Junhui harus mencari cara supaya iblis itu tidak balik memarahinya, karena itu akan super duper merepotkan. Sudah cukup aula dihancurkan, tidak perlu sampai mendengarkan kera ngomel atau naga buang dahak.

"Benarkah? Kalau begitu, aku Wen Junfei mau minta maaf karena suka marah-marah dan mungkin membuat kalian sakit hati, juga membuat kalian bosan mendengarku mengoceh. Apa kalian mau memaafkanku?" seru Jun, membuat mereka berhenti bergerak.

Seolah mau memperburuk keadaan, Junhui juga memutuskan untuk berlutut sambil menangkupkan kedua tangan di depan wajahnya. Tubuhnya condong sedikit ke depan, membuat setiap helai rambutnya menyentuh lantai batu. Sekarang keadaan benar-benar sunyi. Tak ada suara sama sekali. Malah mungkin yang terdengar hanya suara detak jantungnya yang kini berdegup secepat Dokyeom mengupas jeruk.

Para iblis mendadak berkumpul menjadi satu barisan lurus. Mereka semua balik berlutut setelah melepaskan Jeonghan dan Joshua. Si kera dan pusaran angin berubah wujud menjadi pemuda langsing setinggi 3 meter, dengan celana khaki dan tato yang menyebar di sekujur tubuh. Kaki dan tangan mereka dipasangi gelang, tindik menghias alis dan telinga mereka yang lancip.

Yang bagus lagi adalah mereka bertelanjang dada.

"Kami tidak sanggup, Yang Mulia!" teriak si pemuda yang harusnya kera raksasa.

"Kami tidak berhak diajukan permohonan maaf!" lanjutnya.

Pemuda di sebelahnya, yang punya rambut putih, sibuk mengangguk-angguk saja.

"Eh? Lalu kenapa kalian menyerang Anggrek Putih? Bukannya kalian kesal denganku?" tanya Junhui, sepenuhnya kehilangan arah atas perubahan drastis yang dihasilkan.

Ia bangkit berdiri, menyembunyikan kantung serut ke dalam jubahnya, lantas menghampiri Jeonghan dan Joshua yang masih diam mematung. Sepertinya kena serangan syok.

"Kami ... kami memang kesal ... tapi tidak terlalu kesal untuk mendapat permohonan maaf dari Anda. Ini ... ini berlebihan, Yang Mulia. Tolong tarik permohonan maaf Anda," jawab pemuda kera lagi.

"Kan kalian tinggal memaafkanku saja. Apa susahnya? Aku bersungguh-sungguh minta maaf, kok. Jangan khawatir!"

Ketika Junhui menghampiri mereka, para iblis lantas bersujud.

Wo de tian, mereka ini kenapa sih?

"Shuai Yuan dan Fengbao tidak berani! Tolong tarik permohonan maaf Anda, Tuan! Kami tidak akan berdiri sebelum Anda melakukannya!"

The Crown Prince | JunhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang