9 - Antargata

32 0 0
                                    

Kamar kecil itu terisi oleh keheningan meskipun sepasang manusia ada di dalamnya. Baik gadis itu dan pria yang bersamanya lebih memilih untuk tenggelam dalam pikiran dan kegiatan masing-masing. Seperti biasa mereka memang sering menghabiskan waktu di kamar gadis itu setelah jadwal kampus selesai.

"Tasia, coba kau dengarkan lagu ini, kau pasti suka"

Perkataan itu membuat fokus sang gadis beralih menatap pria di hadapannya. Tak berselang lama, sebuah melodi menyapa indera pendengarannya bahkan ketika ia belum sempat bertanya atau berkomentar. Kalian tahu? Mereka memiliki selera lagu dan musik yang berbeda. Ya memang tidak 180° berbeda, tetapi setidaknya selera bermusik pria itu tidak begitu cocok dengannya. contohnya saja, pria itu cukup sering mendengar lagu mellow yang mendayu-dayu ala Indonesia atau lagu anime Jepang atau entah lah apa itu sebutannya, sedangkan gadis itu lebih menyukai lagu-lagu BTS yang memiliki nuansa hip-hop dan pop.

Ia menatap pria itu curiga dan skeptis atas pernyataan pria itu bahwa ia akan menyukai lagu yang sedang berputar sekarang. Tentu saja ada penyebabnya, terakhir kalinya pria itu mengatakan hal yang sama saat ia memutar sebuah lagu dari Banda Neira, kalau tidak salah ingat Sampai Jadi Debu, judulnya. "Ini lagu apa? Kok lama kali intronya, bikin aku ngantuk" adalah respon yang diberikan gadis itu dan setengah kesal tentunya karena sudah satu menit ia menunggu pun lagunya belum benar-benar dimulai! "Enak lho ini lagunya, dengar lah" balas pria itu. Mendengar responnya membuat gadis itu tak habis pikir, benar-benar diluar dugaan seorang pria sepertinya mendengarkan lagu sejenis ini, di luar ekspektasi.

Tapi, tidak ada salahnya untuk percaya kembali bukan? Pada akhirnya gadis itu lebih memilih untuk mendengarkan lagu yang baru saja diputar dengan seksama. Sesaat mendengarnya, ia bingung harus memulai dari mana untuk mengatakannya, tapi ia menyukai lagu itu! namun ia lebih memilih menahan diri untuk tidak menunjukkan ketertarikannya pada lagu itu, sialnya tidak bisa.

"Judul lagu ini apa Mas? Kok enak?!" dengan menyebalkan bibir gadis itu berkata dengan antusiasnya. Sungguh sangat tidak sinkron dengan otaknya. Sekarang ia menyesal bertanya dengan begitu antusiasnya pada pria itu. Kalian tahu bagaimana responnya? Pria itu tertawa meledek gadis itu.

"Tuh lah kan, dah kubilang kau pasti suka. Makanya dengarkan lah dulu, semua itu butuh proses" ujarnya. Gadis itu hanya mendengus kesal. "Judulnya, Adu Rayu" sambung pria itu.

Mendengar perkataannya, gadis itu jadi teringat kalau ia pernah mendengar kalimat yang sama diucapkan oleh pria itu. kalau tidak salah ingat, beberapa hari atau mungkin pekan yang lalu ketika pria itu mengatakan sebuah kalimat berbahasa Jawa yang tidak dimengerti olehnya. Gadis itu pada akhirnya bertanya, "artinya apa Mas?" yang dijawab "intinya, cinta itu butuh proses. Cinta itu ada karena terbiasa." Jawabnya. Saat itu, ia hanya menatap pria itu keheranan, tidak ada angin tidak ada hujan kenapa tiba-tiba dia mengucapkan hal itu? jika kalian berpikir gadis itu akan tersenyum dan merasa pria itu mengatakan kalimat itu untuknya, maka kalian salah.

Layak untuk cantikmu, itu aku~

Lirik tersebut menandakan lagu yang diputar telah selesai. Lirik itu pula yang membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Layak untuk cantikmu itu aku, layak untuk cantikmu itu aku, kalimat itu terus berputar di kepalanya.

"ah kenapa lah mas ni harus ganteng pula, jadi insecure aku. Coba lah kan aku cantik." Batin gadis itu menatap pria di hadapannya. Bukan tanpa alasan tentu saja ia secara tiba-tiba mengatakannya.

Gadis itu sudah sering kali mendengar teman-teman mereka membandingkan mereka berdua. Empat kali, sejauh yang ia ingat. Kalimat yang diucapkan teman-temannya selalu terngiang di pikiran gadis itu. Saat itu, entah dosen yang mana tiba-tiba membahas tentang film Beauty and the Beast di kelas. Tiba-tiba seseorang yang duduk di belakang gadis itu menepuk bahunya, ketika ia menoleh ke belakang dua temannya menunjuk dirinya dan pria di sampingnya dengan tertawa pelan, sambil berbisik.

"Filmnya tentang kalian bedua, Beauty and the Beast. Tapi lu yang jadi beast-nya Min" lanjut mereka menahan tawa.

Gadis itu memaksakan diri untuk tertawa pelan, "iya ya gua hahaha", ia benar-benar memaksakan dirinya untuk tertawa. Jujur saja, ia sakit hati tapi jika dirinya dan pria itu dibandingkan, bahkan dirinya sendiri pun setuju bahwa ia yang menjadi beast dan pria itu yang menjadi the beauty. Dua kali perkara Beauty and the Beast dibahas pada gadis itu, tapi ia tidak ingat pada kesempatan apa, intinya tetap orang yang sama yang membahasnya kembali.

Di lain kesempatan, dua orang teman perempuan bertanya kepada gadis itu. "Eh Min, lu make pelet apa kok dia mau sama lu? Kemana-mana berdua terus" tanya temannya. Gadis itu sangat terkejut, ia tidak tahu harus memberikan respon apa. "pasti pake pelet kan lu makanya dia mau bareng sama lu" lanjut temannya. 

"Iya, dimana ada dia pasti di situ ada lu" sahut temannya yang lain.

"Ga make pelet, ga butuh. Cuman nanti yang mau dekat-dekat sama dia langsung gua colok matanya, apalagi cewek model lu yang dekati." Jawab gadis itu berusaha setenang mungkin. Mungkin teman-temannya ini bercanda dan tidak bermaksud serius, tapi tetap saja. Menyakitkan. Kalau bisa, ia benar-benar ingin menarik rambut mereka sampai ke akarnya.

Setiap mengingatnya, kesal dan sakit hati memang, bahkan sampai sekarang. Karena hal-hal semacam ini lah ia tidak pernah merasa ge-er pada pria itu. Toh dari awal bertemu, ia menganggap mereka bersahabat. Tapi, ia juga selalu heran kenapa selalu ia yang mengalami hal-hal semacam ini, kenapa mereka berani bertanya hal-hal ini setiap pria itu tidak ada di sampingnya? Apa mereka takut pada pria itu? Ya sama, gadis itu pun takut pada pria itu. Lagipula, jika dipikir selera pria itu pasti tinggi dan tidak pernah sekalipun ia berpikir kalau ia masuk kriteria gadis idaman pria itu. jadi, kenapa teman-temannya yang rewel tentang kedekatan mereka?

Pria itu pasti memilih gadis yang pintar, cantik, dewasa, dan anggun layaknya perempuan sesungguhnya. Sebanding dengannya yang tampan dan juga pintar. Lagipula, pria itu memiliki banyak teman yang cantik. Berbanding terbalik dengan gadis itu yang bahkan tiga semester pertama duduk di bangku kuliah ia sama sekali tidak memedulikan penampilan, tidak pernah pakai bedak, bahkan jika sangat malas ia memilih tidak mandi dan hanya mengenakan hoodie ke kampus. Ah... sekarang masuk akal jika orang lain bertanya dan memperlakukannya sedemikian. Mereka berdua memang sangat berbeda. Pria itu tampan dan gadis itu hanya lah seekor angsa buruk rupa yang selalu mengikuti pria itu di belakangnya. Menyedihkan memang.

Ketika ia menatap pria itu sekarang, mungkin pria itu benar, semua butuh proses. Mungkin dulu ia menatap pria itu hanya sebagai seorang teman, kemudian adik laki-laki, kemudian sahabat, dan mungkin suatu hari atau bahkan hari ini ia akan menatap pria itu sebagai sosok seorang pria. Meskipun benar demikian, ia akan tetap memilih bersembunyi. Tidak perlu banyak bicara dan tidak butuh basa-basi yang membosankan. Baginya, pria itu adalah tempat teraman untuknya. Si angsa buruk rupa akan terus bersembunyi di belakangnya, tidak peduli para putri cantik di luar sana mengatakan apa tentang mereka berdua. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CITRAPATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang