5 - Kumara (bagian 2)

31 7 2
                                    

Siang itu begitu terik, panasnya matahari terasa menyengat kulit. Sialnya ia tetap harus keluar dari kamarnya, "ah panas kali lah negeri matahari ini, gak tahan aku" "mau makan apa ini aku pun bingung, bosan makan ayam geprek terus. Pilu nanti Min Yoongi nengok adeknya makan itu terus" lanjutnya. "beli makan di tempat ini aja, biasanya aku sama dia kalo beli makan disini, tempat makan kami" saran seorang perempuan di sampingnya. Gadis itu langsung memasang wajah datar dan menahan untuk tidak mengeluarkan kata "bacot" dari mulutnya. Sudah panas, ditambah temannya ini semakin membuatnya kesal. Kesabaran gadis itu benar-benar diuji. Bukan pertama kalinya orang ini terus mengatakan hal-hal serupa padanya. Saking seringnya gadis ini pun lupa, sangat menyebalkan tiap kalimat serupa terucap dari bibirnya.

"Gak, gak mau. Judulnya doang makanan Padang, tapi rasanya manis, entah apa maksudnya." jawab gadis itu kesal. "Oh yaudah, kalo aku sama dia mah biasanya kesitu." Balas temannya itu. Demi turut serta menjaga perdamaian abadi di dunia ini, gadis itu benar-benar menahan kesal setengah mati sekarang. Gadis itu terus mensugesti dirinya untuk tersenyum dan bersabar meskipun dalam hati ia terus mengucap semua sumpah serapah yang ia miliki dengan penuh keikhlasan hatinya. "Biasanya aku sama..." "dah lah aku beli nasi Padang tempat biasa aja." belum sempat temannya itu berbicara, gadis itu langsung memotong omongan temannya itu. Ia harus menghentikan temannya itu sebelum orang itu kembali banyak berbicara tentang kedekatannya dengan pria itu. Iya, pria itu. Pria yang selalu bersama gadis ini sejak hari pertama mereka bertemu, pria yang merupakan orang favorite-nya itu. Ia harus menghentikan temannya ini untuk lebih banyak berbicara sebelum kesabarannya habis. Sebelum ia melempar temannya ini ke sungai yang baru saja mereka lewati.

Tidak, gadis itu tidak cemburu tentu saja. Apa itu cemburu? Tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Setidaknya gadis itu merasa kekesalan yang ia rasakan bukan kerena cemburu, hanya saja ia benar-benar kesal setiap temannya ini selalu memamerkan kedekatannya dengan pria itu. Seolah ia dan pria itu yang menjadi tokoh utama, jelas-jelas tidak. Tokoh utama disini selalu gadis itu. Titik. Lagipula, asal dia tahu saja ya, yang meminta pria itu menemaninya mencari makan pekan lalu adalah gadis itu! Bisa-bisanya sekarang ia pamer. Gadis itu kan jadi iri! Sebab ia tidak bisa melakukan hal yang sama. Sekarang gadis itu menyesal setengah mati telah meminta pria itu menemani temannya ini mencari makan pekan lalu. Air susu dibalas air tuba, pikirnya. Padahal, ia meminta tolong kepada pria itu karena khawatir temannya ini tidak makan kalau tidak ada yang menemaninya mencari makan. Sebab gadis itu sudah berada di Jakarta dan teman sekamar temannya ini sudah berada di Tangerang. Karena temannya ini tidak kembali ke rumahnya, maka ia sendirian di asrama dan ia juga mengatakan tidak akan makan jika tidak ada kawan yang bisa dimintai tolong untuk menemaninya. Dengan hati yang tulus ikhlas akhirnya gadis ini menelepon pria itu yang kebetulan juga di asrama untuk menemani temannya ini mencari makan. Tapi, kenapa temannya ini bersikap seperti ini terhadapnya?! Tahu begini, dia tidak akan meminta pria itu menemani perempuan ini sejak awal! Agar tidak ada lagi yang bisa dipamerkan oleh temannya ini.

Ketika gadis itu mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya temannya itu melakukan hal serupa, itu memang faktanya. Pernah satu waktu, mereka sedang menghabiskan waktu bertiga dengan teman sekamar temannya yang bernama Debi. Pertanyaan Debi memecah keheningan diantara mereka, "Min, lu sama mas lu itu kenal sejak kapan?" tanya Debi kepada gadis itu, "sejak awal matrikulasi" jawabnya singkat. Tidak terdengar temannya itu ikut menimpali, tumben orang ini gak pamer, pikir gadis itu sambil mencuri pandang ke temannya yang duduk diam di atas kasur. Baru saja gadis itu hendak menyuapkan makanan ke mulutnya, temannya itu akhirnya ikut menimpali "iya aku sama Tasia kenal sama dia sejak matrikulasi, tapi aku duluan yang kenal sama dia, dia ngajak aku shalat duluan waktu itu, baru pas sorenya Tasia gabung sama kami berdua." Lihat, baru saja gadis ini hendak bersyukur karena temannya itu tidak pamer seperti biasa, ternyata temannya ini memulai lagi. Gadis ini tidak menimpali apa pun, lagipula Debi pun hanya meng-"oh" kan saja.

CITRAPATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang