7 - Batir (bagian 2)

24 4 0
                                    

Gadis itu tersenyum sumringah mendengar ketukan pada pintu kamarnya. Ia beranjak membukakan pintu untuk seseorang yang berada di baliknya. "kau dah makan belum? keujanan ga?" tanya gadis itu riang. Sudah lama ia menantikan orang itu menghampirinya,

"belum, dah pada tutup di Ciwok" balas temannya itu kelelahan, gadis itu melihat telepon genggamnya, waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh kurang.

"pesen goput aja dah, malas aku ke pesimel, dah malam nanti adek abang diculik kan repot" ujarnya sambil sibuk memilih makanan, ia memang sengaja menunda makan agar bisa makan malam bersama dengan orang ini.

Sembari menanti makanan tiba, mereka berbincang mencurahkan isi hati satu sama lain, kali ini tanpa kehadiran Debi yang saat itu sudah berada di Tangerang, "ada urusan gua" katanya. Jika kalian berpikir orang yang mengirimkan pesan dan yang ditunggu adalah pria itu, maka kalian salah. Gila saja pria itu bisa datang ke kamarnya, lagipula asrama perempuan dan laki-laki itu terpisah dan dijaga ketat oleh bapak dan ibu security selama 24 jam penuh. Tak lupa cctv yang setia mengikuti gerak-gerik semua penghuni asrama.

"lama kali rapatnya, untung aku ketolak waktu itu. rapat boleh tapi jaga kesehatan juga lah" komentar gadis itu kepada temannya. Iya, temannya yang sering membuatnya kesal itu. Jangan salah sangka, meskipun temannya ini terkadang membuatnya kesal jika sudah mulai pamer dan membandingkan diri mereka, gadis itu menyukainya. Gadis itu suka berteman dengan temannya ini, kalau tidak suka kenapa ia harus repot-repot menunda makan agar mereka bisa makan bersama?

"ya namanya organisasi ya, laper banget aku" jawab temannya. Beruntung makanan yang mereka pesan tidak butuh waktu lama untuk tiba, setelahnya hanya keheningan yang ada karena mereka fokus menyantap makanan masing-masing. Jika ada Debi, sedang makan sekalipun tidak ada yang namanya keheningan datang menghampiri.

Suasana saat ini sangat mendukung, unit kamar gadis ini memang sangat sepi dibanding unit kamar di kiri dan kanannya, ditambah cuaca malam itu berangin dan hujan. Rasanya sedikit sepi karena hanya ada mereka berdua sekarang. Mereka berdua melanjutkan cerita yang belum usai, gadis itu lebih banyak mendengarkan temannya yang sedang menyampaikan keluh-kesah padanya. Ia benar-benar kagum kepada temannya ini, teman ini benar-benar seorang yang pekerja keras, keadaan yang memaksa teman ini harus bekerja lebih ekstra dibanding gadis yang diam mendengarkan ini. Mereka berdua datang dari latar belakang yang berbeda dan gadis itu belajar banyak dari teman ini, karena itu ia menyukai temannya ini sama seperti Debi.

Namun, jika gadis itu ditanya dengan siapa ia senang menghabiskan waktu, maka gadis itu lebih memilih menghabiskan waktu bertiga dibanding hanya berdua dengan temannya ini, teman yang ia sukai tapi sekaligus teman yang terkadang tanpa sadar selalu membanding-bandingkan diri mereka berdua. Seperti sekarang ini, ketika temannya ini mulai menceritakan tentang seorang laki-laki yang selalu berusaha mendapatkan hatinya. Gadis itu yakin temannya ini tidak bermaksud demikian, ia juga yakin temannya ini hanya bercanda. Sayangnya, kalimat itu membuat gadis itu merasa tidak enak hati.

"Iya, dia bawel banget nyuruh makan mulu, padahal aku gak mau." Temannya mengeluh tapi ekspresinya bertolak belakang, ia terlihat senang dan senyum tidak lepas dari bibirnya.

"perhatian itu mah namanya, namanya juga suka kan ya pasti memberikan perhatian yang terbaik lah" respon gadis itu sekenanya.

"iyasih tapi dia ngeselin. Kalau kau pernah ga ngalamin? Kesel tau digituin atau kau sampe sekarang masih suka dibilang 'kau siapanya?' sama dia hahaha" ledek temannya itu.

Gadis itu keheranan karena seolah-olah ia memiliki hubungan spesial dengan pria itu, padahal kenyataannya ia dan pria itu seperti anjing dan kucing, sering bertengkar. Atau mungkin lebih tepatnya gadis itu yang sangat cerewet dan suka marah-marah. Meskipun tidak ada sesuatu di antara mereka, ketika temannya mengungkit hal itu lagi dan membandingkan perlakuan yang ia terima tentu saja gadis ini merasa kesal.

CITRAPATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang