4 - Kumara

39 9 2
                                    

Ia sudah jauh pergi meninggalkan Jakarta, memang tidak sejauh itu namun baginya rasanya sangat jauh sekali. Cuacanya pun benar-benar berbeda, selama perjalanan dari Jakarta awan hitam seolah mengikutinya kemanapun dan menemaninya, menangis bersama. Ya meskipun gadis itu tidak mengeluarkan air matanya. Namun, di tempat ia berdiri sekarang cuacanya begitu cerah! Lebih tepatnya terlalu panas karena nyatanya tempat ini memang dikenal sebagai Negeri Matahari yang tersembunyi di tempat yang dijuluki "planet lain".

Gadis ini sebetulnya tidak menyukai tempat ini dua tahun yang lalu. 2017, ia pergi ke tempat ini bersama kedua orang tuanya. Panas dan gersang adalah pendapatnya tentang tempat ini. Ia tidak menyukai tempat yang terlalu panas dan ia semakin dibuat kesal ketika ibunya berkelakar bahwa suatu saat nanti dia akan melanjutkan kuliahnya di sebuah universitas yang ada di hadapannya sekarang. "Wah kamu mah lanjut kuliah di universitas ini, deket sama kantor bapak" yang membuat gadis itu benar-benar kesal setengah mati saat itu, yang ia inginkan adalah melanjutkan kuliahnya di Andalas! Bukan di universitas yang letaknya di tempat sepanas ini. Namun takdir justru membawanya ke universitas yang pernah dikatakan ibunya dua tahun lalu. Takdir dan doa dari seorang ibu benar-benar kombinasi yang mematikan.

Yang berbeda dibanding dua tahun lalu adalah gadis itu sekarang sangat menyukai tempat ini dan justru tidak menyukai Jakarta. Ia menyukai kampusnya dan ia benar-benar bersyukur sekarang karena ia mengikuti kata hatinya untuk meninggalkan universitas impiannya dulu. Salah satu hal yang ia syukuri adalah tempat ini mempertemukannya dengan seseorang yang akan selalu menemaninya. Itu lah alasannya mengapa ia menyukai tempat ini setelah Deeza pergi, ia merasa seperti Tuhan memberikannya pengganti sosok seorang Deeza di hidupnya. Tentu saja orang ini tidak akan pernah bisa menggantikan sosok Deeza. Deeza ya Deeza, dia ya dia. Mereka berbeda tapi persamaannya adalah mereka orang yang gadis itu sukai.

Berbicara soal Deeza, gadis itu sampai sekarang masih berpikir apa dia sudah bisa merelakan Deeza pergi atau belum. Ia tak tahu jawabannya. Ia memang sudah mampu tersenyum seperti sedia kala, namun ia juga selalu teringat akan dirinya. Meskipun hanya sesaat, ia selalu memikirkannya. Entah lah, mungkin ia merasa itu adalah kewajibannya. Ia juga berpikir sudah berapa lama ia tidak menatap langit, lama sekali rasanya.

Hari ini pun sama, sudah setahun lamanya sejak Deeza pergi melintasi batas waktu di antara mereka. Gadis itu terduduk menatap dinding bisu di hadapannya, ia tersenyum seperti orang gila sekarang. Layaknya seperti seorang gadis yang sedang jatuh cinta, ia tersenyum sendiri. Bukan tanpa sebab, lagipula dia tidak gila, mungkin hanya mirip? Ia tersenyum ketika ia sadar bahwa Deeza tidak pernah meninggalkannya sendiri. Memorinya kembali mengulang mimpi yang baru saja ia alami. Dalam mimpi itu, Deeza menghampirinya dan bertanya "lo mau gue datengin setiap hari apa aja?" yang dijawab dengan semangat "setiap tanggal 7 tiap bulan, 14 Agustus, 23 dan 25 Desember!!" yang hanya dibalas oleh senyuman olehnya. Entah gadis ini yang terlalu polos atau bodoh, tapi ia sangat percaya mimpi itu. Tapi dia sungguh tidak peduli, ia akan menantikan tanggal tersebut.

***

Tidak seperti biasanya, akhir pekan pagi itu begitu cerah di Jakarta. Hari semakin cerah ketika gadis ini tersenyum bodoh memandangi telepon genggamnya, ia begitu senang ketika pria itu mengirimkan pesan meminta bantuan ini dan itu padanya. Tidak ada yang mengetahui, tapi ia benar-benar bahagia setiap orang ini melakukan itu padanya. Pria itu baru saja mengirimkan pesan untuk meminta bantuannya karena esok hari dia memiliki suatu acara yang entah itu apa dan gadis itu tidak terlalu memedulikan hal itu, yang terpenting sekarang adalah ia merasa sangat senang! Senang karena ia merasa seperti dibutuhkan dan bisa diandalkan oleh pria itu. Lihatlah, gadis itu kini tersenyum seperti orang gila sepanjang perjalannya menuju stasiun terdekat. Tapi sungguh, ia benar-benar merasa akhirnya ia bisa melakukan hal yang sama yang selalu pria itu lakukan padanya. Gadis itu selalu merepotkan pria itu sejak pertama kali mereka bertemu, ia selalu mengganggunya setiap hari dengan melakukan hal-hal konyol, meminta bantuan ini dan itu, bercerita ini dan itu. Ia dengan jelas menyadari ia benar-benar menyebalkan, bertingkah, dan manja kepada pria ini.

CITRAPATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang